RADARSEMARANG.COM, MAN 2 Kota Semarang patut berbangga. Sebanyak 30 peserta didik yang aktif mengikuti olimpiade sains telah berhasil mempersembahkan 100 medali lebih untuk sekolahnya. Prestasi itu diraih dalam empat bulan terakhir, di tengah pandemi Covid-19.
SELAMA ini, MAN kerap dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Dianggap mutu pendidikannya di bawah SMA Negeri. Bahkan, setiap mengajukan dana rehabilitasi sekolah, selalu saja ditanya soal prestasi dulu. Hal itu kerap dialami Kepala MAN 2 Kota Semarang Syaefudin. Ia selalu ditanya Kanwil Kemenag saat mengajukan bantuan dana rehabilitasi sekolah. “Mana prestasinya?”
Hal itulah yang mendorong MAN 2 Kota Semarang untuk membuat gebrakan baru. Ia menggandeng Fauzan Affan, guru pembimbing olimpiade untuk mulai merangkul peserta didik berprestasi di sekolahnya.
“Jadi, kami gali potensi anak-anak kami, lalu diberi bimbingan intensif. Pokoknya apapun yang dibutuhkan untuk menunjang pembelajaran kami beri,” kata Fauzan Affan kepada RADARSEMARANG.COM.
Hasilnya, dalam empat bulan terakhir, sekolah ini sudah mengoleksi 100 lebih medali dari sejumlah olimpiade.
Saat koran ini datang ke madrasah yang berlokasi di kawasan Bangetayu Kulon, Genuk ini, disambut tiga siswa dari tim olimpiade. Mereka adalah Muhammad Rizky F Sudibyo, Laila Najma Rahmatika, dan Muhammad Imam Jayadi. Ketiganya tetap masuk sekolah untuk mempersiapkan lima olimpiade mendatang. Bahkan mereka menginap di sekolah agar dapat belajar dengan guru pembimbing.
“Ya, rumah dinas guru, kami jadikan asrama untuk anak-anak olimpiade,” ujar Fauzan.
Hampir selama dua bulan ketiganya menginap di sekolah agar dapat fokus belajar dengan terarah. Alhasil, di lomba olimpiade fisika, Rizky mendapat 12 medali. Pada bidang kimia, Imam mendapat 8 medali. Sedangkan bidang biologi, Najma memperoleh 4 medali. Ketiganya, diakui Fauzan, merupakan siswa yang paling gigih.
Rizky dengan perawakan kurus, tinggi, dan berkacamata sudah menyukai matematika sejak SMP. Setelah duduk di bangku MAN 2 Kota Semarang, ia juga menyukai mata pelajaran fisika. Baginya, matematika dan fisika mengasah logikanya, dan membantu memikirkan masa depan.
“Fisika itu logikanya kuat. Banyak tantangan saat membuat perhitungan,” jelasnya.
Lain dengan Najma. Ia mendalami biologi karena suka mengamati fenomena alamiah yang unik dalam keseharian. Berawal dari membedah ikan di laboratorium biologi, ia jatuh cinta pada bidang tersebut. Materi biologi pun kompleks membuatnya harus belajar lebih ekstra. Namun itulah yang menantang baginya.
Sedangkan Imam mengaku suka melakukan eksperimen. Awalnya, tertarik dari proses produksi batik, dan bagaimana cairan warna bekerja. Pada eksperimennya baru-baru ini dia mencoba membuat minuman es dari lidah buaya.
MAN 2 memang baru fokus mengikuti olimpiade sejak November 2020. Sehingga 20 kompetisi yang diikuti merupakana olimpiade yang dilakukan secara virtual. Sejauh ini, peserta belum memiliki pengalaman olimpiade secara tatap muka. Namun hal itu tak mengurangi antusiasme mereka.
Biasanya, pada olimpiade yang digelar secara virtual, sekolah menyiapkan layar LCD dan dua kamera stand by dari depan dan samping. Lalu peserta harus menjawab banyak pertanyaan pada ajang tersebut. Tak jarang panitia meminta peserta menyiapkan bahan material yang nantinya digunakan untuk eksperimen saat olimpiade berlangsung.
Terakhir kali, Rizky diminta mempraktikkan mekanika fluida saat olimpiade fisika. Ia melakukan eksperimen dengan cairan dalam kaleng botol, lalu menganalisanya. Juri memberi penilaian dengan menyaksikan dari layar kaca.
“Begini saya merasa lebih percaya diri sih, karena nggak lihat peserta lain, jadi malah nggak minder, dan banyak pikiran saat olimpiade berlangsung,” tandas Rizky.
Ahmad Riyatno, wali kelas XI IPA 2 menyampaikan, keberhasilan anak didiknya tak lepas dari faktor doa orang tua dan guru. Termasuk orang tua Rizky yang selalu rutin menghubungi pihak sekolah saat anaknya akan mengikuti kompetisi. Ia memastikan doa tak pernah lupa dipanjatkan untuk anaknya.
Pada olimpiade fisika nasional Eureka Physics Olimpiad (EPO), Rizky mendapatkan juara 3. Sedangkan pada lomba Indonesian Student Science Competition (ISSC) Najma dan Imam meraih medali perunggu. Untuk lomba National Science Competition, Imam kembali meraih medali perak.
“Paling seru dan sulit pas Kompetisi Sains Madrasah (KSM) sih, karena pertanyaan banyak yang berbahasa Inggris dan Arab. Lalu pesertanya puluhan ribu dari seluruh Indonesia,” tutur Najma.
Tak berhenti sampai di situ saja. Setelah memborong lima medali pada Kompetisi Sains Nasional, kini Fauzan melatih peserta didiknya untuk mengikuti ajang kompetisi tingkat internasional. Seperti Canadian Euclid dan Philippine International Math and Science Olympics (PIMSO)
“Untuk PIMSO saat ini masih tahap penyisihan tingkat nasional,” katanya.
Sebagai apresiasi untuk pencapaian peserta didiknya, Kepala MAN 2 Kota Semarang Syaefudin memberi beasiswa untuk mereka yang berprestasi. Baik peserta didik yang aktif di olimpiade maupun penghafal Alquran.
“Ya, semangat kami, ingin mengubah pandangan masyarakat tentang madrasah yang sering dianggap second class. Makanya, kami tunjukkan kepada masyarakat bahwa peserta didik kami juga mampus bersaing,” tuturnya.(*/aro)