26.1 C
Semarang
Monday, 23 June 2025

Kerap Diborong Pejabat hingga Turis Mancanegara

Ning Setiyowati, Istri Mantan Lurah Krobokan yang Sukses Berbisnis Tahu Bakso Ikan

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Ning Setiyowati telah memulai usaha Tahu Bakso Ikan sejak 1996. Dulu produksi hanya 300-400 biji per hari, kini telah mencapai 4.000-5.000 biji. Wali Kota Semarang, Gubernur Jateng, hingga mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pernah mencicipi tahu bakso ikan produksinya.
TITIS ANIS FAUZIYAH, Radar Semarang

GENAP 25 tahun usaha Tahu Bakso Ikan Bu Ning berjalan. Dalam perjalanan bisnisnya, ia dibantu ketiga anaknya, baik produksi hingga pemasaran. Awalnya, hampir sekitar 10 tahun usahanya stagnan lantaran belum memiliki pelanggan tetap, dan pasar yang tepat.

Pada 2011, saat anaknya bekerja sebagai staf Lion Air di Bandara Ahmad Yani, teman kantornya kerap memesan tahu bakso milik Bu Ning. Lalu muncul inisiatif untuk menitipkan dagangan di toko oleh-oleh bandara. Setelah mendapat akses untuk memasarkan produknya, penjualannya meningkat. Banyak traveller yang menjadikan Tahu Bakso Bu Ning sebagai oleh-oleh wajib.

“Sekarang kan oleh-oleh khas Semarang nggak cuma lunpia dan wingko babat. Tapi tahu bakso juga sudah masuk daftar wajib,” katanya sambil tertawa kecil kepada RADARSEMARANG.COM, Selasa (6/4).
Tahu bakso produksinya memang beda, karena menggunakan isi daging ikan. Teksturnya lebih kenyal dan cita rasa cenderung gurih beraroma ikan. Ning sengaja menggunakan ikan karena saat itu belum ada tahu bakso isi daging ikan. Menurutnya, selain jadi camilan, dapat juga dimakan untuk melengkapi kebutuhan gizi protein.

“Daging sapi memang enak, tapi nggak semua orang doyan sapi. Kalau ikan saya lihat hampir semua kalangan suka ikan,” imbuhnya.

Bahan pokok ikan kakap fillet, ia dapatkan dari pabrik langganannya di Tambak Aji. Sedangkan untuk bahan baku tahu, ia beli dari warga setempat yang memproduksi tahu. Dengan begitu, Ning turut membantu perekonomian sesama warga. Tahu yang rusak, ia sisihkan untuk diolah menjadi camilan keripik tahu.

Dalam sehari, biasanya ia menghabiskan kurang lebih 40 kg daging ikan. Adonan yang telah dibumbui dimasukan ke dalam tahu yang telah dibelah. Daging ikan pun menjadi isian tahu.
Sebelum dikukus, daging di pinggiran tahu dirapikan dan ditata ke dalam loyang bulat besar. Pengukusan dilakukan dua kali dengan durasi 15 menit. Setelah matang, tahu ditiriskan, dan didinginkan menggunakan blower agar tidak mudah basi. Lalu siap dikemas dalam plastik dengan isi 10 tahu per kotak kardus.

Untuk pelanggan luar kota bisa memesan tahu dengan kemasan yang divakum agar lebih tahan lama meski diletakkan di luar kulkas. Biasanya tahan hingga 3-4 hari bila tahu dipadatkan menggunakan vakum. Sedangkan bila disimpan di kulkas mampu bertahan kurang lebih seminggu.

Harga per kotak relatif murah, hanya Rp 22ribu untuk 10 tahu bakso ikan. Namun Ning tidak menjualnya di pasar tradisional, karena memang bukan target pasarnya. Pembeli di pasar cenderung berbelanja dengan harga miring.

“Kalau kami kan mengutamakan rasa, jadi agak mahal sedikit. Nggak papa meski nggak bisa laku di pasar tradisional. Jadi, lebih fokus untuk oleh-oleh memang,” tegasnya sembari memasukkan adonan ikan ke dalam tahu.

Selain itu, Ning mengaku tidak menitipkan tahunya di toko maupun bandara, akan tetapi reseller langsung membeli dalam jumlah besar untuk dijual kembali. Uang hasil penjualan pun dibayar cash atau transfer. Hal tersebut meminimalkan kerugian ataupun penipuan.

Meski begitu, ia mengungkapkan sering kali menerima pesanan ghaib alias penipuan. Beberapa kali penipu mengirimkan bukti transfer ke nomor WhatsApp-nya. Namun saat dicek melalui m-banking, tak ada transferan uang yang masuk. Bahkan dua hari lalu nomornya juga sempat dibajak.

Ning dan keluarganya kini sudah kebal terhadap berbagai modus penipuan. Bila ada kejadian serupa, ia tak menanggapi si penipu tersebut. Ia lebih fokus untuk mempertahankan kepercayaan pelanggan pada produknya.

Jelang bulan puasa dan hari raya Idul Fitri biasanya penjualan melonjak. Paling banyak bisa habis 5.000 biji per hari. Orang Semarang sendiri berbondong-bondong membeli tahu baksonya untuk oleh-oleh ke kampung halaman. Setiap keluarga, paling tidak membeli 5-20 kotak.

Ning sempat kecewa tahun lalu penjualannya menurun drastis. Ia tak menyangka Covid-19 akan berlangsung cukup lama. Mudik hari raya juga ditiadakan. Tentu saja hal itu berdampak pada bisnisnya.
Namun saat ini produksinya sudah mulai normal kembali. Saat koran ini tiba, Ning dan ketiga karyawannya membuat 3.000 biji tahu. Di malam hari anaknya membantu produksi tahu selepas kerja. Sedangkan siang hari, karyawan yang membantunya.

Istri mantan Lurah Krobokan Achmad Suparno ini mengaku memiliki pelanggan dari berbagai kalangan pejabat. Foto Gubernur Jateng Ganjar Pranowo terpampang bersama foto pelanggan istimewa lainnya. Bahkan mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pernah mencicipi tahu bakso ikan produksinya. Termasuk para turis mancanegara juga kerap datang ke rumah sekaligus tokonya di Jalan Wiroto V No.3, Krobokan, Semarang Barat.

Pemasarannya kini juga mengikuti tren. Ning menjual tahunya di platform Go Food dan Grab Food. Baru-baru ini juga merambah ke Tokopedia. Meski begitu penjualan online seimbang dengan yang datang langsung ke tokonya.

Di samping sibuk menyiapkan produksi tahu setiap hari, Ning menyisihkan hasil penjualannya untuk bersedekah. Ia membagi 20-30 nasi kotak setiap hari. Driver ojek online, tukang sayur, atau siapapun boleh mengambil. “Saya sedekah bukan untuk pamrih, tapi untuk saya sendiri dan keluarga. Sebagai wujud syukur selama ini sudah diberi kemudahan rezeki oleh Allah SWT,” tandasnya. (*/aro)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya