31 C
Semarang
Wednesday, 16 April 2025

Kenal Teman Sekelas di Daring, Canggung saat Bertemu Langsung

Hari Pertama PTM sekaligus Hari Pertama Masuk Sekolah

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM – Sejak lolos seleksi peneriaan peserta didik baru (PPDB) Juli 2020, para siswa kelas X SMA belum pernah saling bertemu. Termasuk bertemu dengan guru dan wali kelasnya. Nah, pembelajaran tatap muka (PTM) kemarin, menjadi hari pertama mereka masuk sekolah.

Mutiara Cahyani terlihat masih asing saat memasuki SMA Negeri 1 Kendal. Maklum, baru kemarin ia benar-benar merasakan belajar di sekolah yang terkenal dengan sebutan Smanik ini. Sejak diterima Juli 2020, siswi kelas X MIPA ini baru kemarin bisa merasakan ruang kelas, dan bertemu langsung dengan wali kelasnya.

Tiara mengaku sangat senang. Terlebih ia bisa bertemu juga dengan teman-temannya. “Selama ini hanya bisa lihat teman saat pembelajaran daring. Hari ini (kemarin) bisa ketemu langsung, rasanya seneng banget,” akunya.

Karena baru sekali bertemu langsung, Tiara mengaku masih canggung dengan teman-teman sekelasnya. “Ya masih ada rasa canggung, karena belum terlalu akrab. Hampir 10 bulan hanya saling sapa via daring,” katanya.

Tiara juga mengaku senang bisa bertemu dengan para guru di Smanik. Ia bisa merasakan atmosfer di ruang kelasnya dengan suasana pembelajaran bersama teman dan guru.

Menurut dia, belajar secara daring dengan tatap muka sangat jauh beda. Saat daring, ia mengaku susah untuk fokus dalam belajar. Sebab, tidak bisa bertanya banyak kepada guru. “Tanya bisa, tapi kadang kurang cepat responnya,” akunya.

Sedangkan PTM, menurutnya, lebih asyik. Sebab, dia bisa mendengarkan intonasi guru dalam berbicara secara jelas. Selain itu, bisa mendengarkan jelas instruksi, emosi, dan karakter dari masing-masing guru saat mengajar.

“Lebih asyik belajar tatap muka. Kami juga lebih cepat paham ketimbang daring,” tuturnya.

Tapi, diakuinya, tidak semua teman mendapatkan keberuntungan mengikuti PTM. Ada 2/3 teman sekelasnya yang masih harus belajar secara daring. Karena alasan lokasi jauh, sarana transportasi yang tidak sesuai protokol kesehatan, dan sebagainya.

Hal senada dikatakan Hanif Nur Ilham Alfaiz. Ia berharap PTM ini bisa terus dilakukan, dan ditambah kuota siswanya. Karena banyak temannya yang ingin PTM ketimbang pembelajaran jarak jauh (PJJ). “Kami sadar dan sudah bisa menjaga diri. Artinya bisa mematuhi protokol kesehatan,” tuturnya.

Terlebih ini juga demi masa depan anak-anak Indonesia. Karena, menurutnya, selama setahun tidak belajar di kelas, membuat otak siswa jadi tumpul. Banyak pelajaran yang tidak ia kuasai. “Semoga Pak Gubernur Ganjar Pranowo mendengar keluhan para siswa ini,” harapnya.

Kepala Smanik Yuniasih mengatakan, di hari pertama PTM, ada 102 siswa yang masuk dari seharusnya 108 siswa. Ada enam siswa yang berhalangan karena sakit dan sebab lain. “Setiap kelas yang masuk sembilan siswa, dari kapasitas 36 siswa,” paparnya.

PTM hari pertama kemarin, semua siswa dilakukan rapid test yang difasilitasi Dinas Kesehatan Kendal. Siswa yang non reaktif langsung bisa ikut pelajaran di kelas. Sedangkan yang reaktif dilakukan rapid antigen secara langsung.

Total siswa Smanik sebanyak 1.223 siswa. Tapi yang mengikuti PTM hanya kelas X sebanyak 108 dari total 420 siswa. “Memang kami pilih kelas X agar mereka kenal sama guru dan teman-temannya,” katanya. (bud/aro)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya