30 C
Semarang
Sunday, 15 June 2025

Mengunjungi Perpustakaan Warak Kayu di Taman Kasmaran, Semarang

Dikira Kafe, Ada Juga yang Datang hanya untuk Swafoto

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Perpustakaan Warak Kayu sudah setengah tahun berdiri. Selama pandemi Covid-19, pengunjung perpustakaan yang mirip kafe ini memang tak sebanyak sebelumnya. Apalagi di musim hujan, rata-rata pengunjung sehari hanya 10-20 orang.

TITIS ANIS FAUZIYAH/RADARSEMARANG.COM SEPI PENGUNJUNG: Pustakawati  merapikan buku di Perpustakaan Warak Kayu di kompleks Taman Kasmaran Semarang. (kanan) Dua pengunjung membaca buku di area jaring tali. Musim Hujan Jumlah Pengunjung Menurun
TITIS ANIS FAUZIYAH/RADARSEMARANG.COM
SEPI PENGUNJUNG: Pustakawati merapikan buku di Perpustakaan Warak Kayu di kompleks Taman Kasmaran Semarang. (kanan) Dua pengunjung membaca buku di area jaring tali.
Musim Hujan Jumlah Pengunjung Menurun

PRIA berkaos merah itu menaiki tangga kayu dan memasuki ruangan perpustakaan. “Eh bukan kafe ya mbak? Kafenya di mana ya?” tanyanya dengan salah tingkah pada Ariella, satu-satunya pustakawati yang bertugas siang itu. Tak hanya sekali atau dua kali, arsitektur perpustakaan Warak Kayu yang unik dan menarik sering kali disangka kafe oleh orang yang datang.

Selama pandemi, perpustakaan buka mulai pukul 08.30 hingga 15.30. Perpustakaan mini ini kerap jadi destinasi liburan keluarga. Bangunan perpusatakaan ini memang unik. Dari kejauhan, bentuk bangunan seperti naga yang badannya timbul tenggelam di antara pepohonan. Hampir seluruh bagiannya terbuat dari kayu, dengan warna natural dan desain modern.
Siang itu, belum ada pengunjung yang datang untuk membaca buku. Hingga tiba dua orang kakak beradik membaca di sana. “Sejak musim hujan emang agak sepi sih, mungkin orang jadi males keluar rumah,” ujar Ariella kepada RADARSEMARANG.COM di Perpustakaan Warak Kayu.

Gorden antiair warna krem ibarat tembok yang menangkal angin dan air hujan harus diperbaiki beberapa kali karena perekatnya yang melembek terkena hujan angin. Rak buku sebelah kanan diberi penutup plastik agar terjaga dari air hujan dan debu yang masuk melalui rongga-rongga kayu.

Sejak dibuka pada Agustus 2020 lalu, perpustakaan yang terletak di kompleks Taman Kasmaran Jalan Dr Sutomo Kalisari ini telah dikunjungi berbagai kalangan, khususnya anak-anak dan remaja. Mayoritas pengunjung berasal dari Semarang dan sekitarnya. Namun ada juga dari Jakarta. Selain membaca buku, sebagian pengunjung juga peminat arsitektur. Ada juga yang melakukan foto prewedding dan syuting film pendek di perpustakaan ini. Perpustakaan mini ini tak jauh dari Kampung Pelangi yang menawarkan keindahan kampung warna-warni. Sehingga banyak pengunjung yang datang sekadar untuk foto selfie alias swafoto.

Dikatakan Ariella, tahun lalu beberapa anggota DPR sempat berkunjung dan memberikan donasi 500 eksemplar buku dari Perpusnas. Saat ini, total koleksi buku yang dimiliki sekitar tiga ribu eksemplar, didominasi novel dan buku anak. Hal tersebut dikarenakan anak-anak dan remaja yang diprioritaskan sebagai target pengunjung. “Emang didesain unik dan asyik biar anak-anak tertarik dan betah baca buku di sini” imbuh Ariella.

Ayunan kayu, jaring tali di lantai atas dan desain lantai kayu yang nyaman menjadi daya tarik tersendiri untuk anak-anak. Jaring tali atau net yang tampaknya hanya pajangan untuk memperindah desain ternyata dapat diduduki sebagai tempat membaca buku.

Seating tribune di sebelah tangga juga dapat digunakan untuk membaca buku, mengobrol, sekadar duduk-duduk atau acara workshop. Sayangnya, karena Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) selama pandemi korona, perpustakaan yang dikelola oleh Yayasan Harvest Center tersebut belum dapat menggelar acara apapun.

Seperti diketahui, perpustakaan mikro bernama keren Microlibrary Warak Kayu ini tahun lalu menerima penghargaan prestisius di bidang arsitektur, Architizer A+ Awards. Kemenangan itu diumumkan pada 4 Agustus 2020 lalu di New York, Amerika Serikat. Tahun ini, panitia penghargaan menerima 5 ribu karya dari lebih 100 negara dalam berbagai kategori.

Selain itu, awal tahun ini Microlibrary Warak Kayu juga berhasil menyabet gelar Building of the Year Award 2021. Perpustakaan ini menjadi satu di antara 15 pemenang bangunan terbaik yang tersebar di seantero dunia. Microlibrary ini merupakan inisiasi SHAU atau Suryawinata Haizelman Architecture Urbanism Indonesia yang berkolaborasi dengan berbagai stakeholder, mulai dari pemerintah hingga komunitas. (*/aro)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya