32 C
Semarang
Saturday, 21 December 2024

Tembok Sepanjang 43 Meter, Sudah Habiskan 12 Kg Cat

Warga Karangwatu, Magelang, Percantik Kampung dengan Mural Wayang

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM – Warga Dusun Karangwatu, Desa Pucungrejo, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang, punya cara sendiri untuk mempercantik lingkungan. Mereka bahu-membahu membuat mural wayang sepanjang 43 meter. Selain untuk dinikmati sebagai karya seni, mereka ingin menyelipkan nilai edukasi.

Tembok sepanjang 43 meter dengan tinggi 3,5 meter yang membentang dari depan gang Dusun Karangwatu tak lagi polos. Gambar tokoh pewayangan menghiasinya sejak tiga mingguan ini. Progresnya memang baru 50 persen. Namun warna-warni catnya sudah permanen.

Mural wayang tersebut diinisiasi Iswanto, warga Karangwatu sekaligus dalang wayang kulit. Jiwanya begitu melekat dengan dunia seni pewayangan. Dia lantas ingin membuat mural wayang, dan menjadikannya sebagai media edukasi.

Keinginannya tak bertepuk sebelah tangan. Pemerintah desa setempat menyambutnya dengan antusias. Proposalnya diterima, dan dana keluar.

Tak mau kalah, warga juga turut memberi dukungan. Mulai dari menjadi tenaga lukis, donatur makanan, hingga donatur uang untuk beli perlengkapan. Mereka punya semangat yang sama untuk mempercantik lingkungan. Dul Rohman, salah satunya. Dia  sering memberi jatah konsumsi.

Gang sempit di muka tembok itu pun kini makin ramai. Ketika RADARSEMARANG.COM datang pada Selasa (9/3/2021) sekitar pukul 13.00 lalu, banyak warga di sana. Ada yang konsentrasi melukis. Ada juga yang menunggu  sambil menonton. Mereka sangat kompak.

Menurut Iswanto, mural sepanjang 43 meter itu akan dibikin seperti komik. Dimulai dari ujung kanan, ada cerita hingga ujung kiri. Disusun scene demi scene. Jika gambar sudah rampung, di bawahnya akan ditulis narasi.

Dijelaskan, mural tersebut bercerita tentang kelahiran Wisanggeni. Iswanto lantas mengajak wartawan koran ini melihat dari ujung ke ujung tembok. Sembari berjalan pelan, dia menunjuk satu per satu tokoh wayang, dan menerangkan runtutan ceritanya. “Inti pesannya nanti, jangan salah memprediksi orang lain. Jangan percaya sama hoaks,” jelasnya.

Untuk membuat mural ini, Iswanto memulainya dengan membuat sketsa. Sketsa yang sudah jadi lantas dicat hitam sebagai outline. Setelah itu baru mulai diwarnai.

Teknik yang digunakan dalam pembuatan karya seni ini yakni melukis manual menggunakan kuas. Cat yang digunakan adalah cat tembok khusus outdoor. Jika dihitung, sudah menghabiskan kira-kira 12 kilogram cat berbagai warna.

Iswanto dan rekan-rekannya mengerjakan mural ini secara fleksibel. Biasanya sejak pagi hingga malam. Dengan jeda siang hari.“Kalau bangun tidur saya ingin melukis, ya saya langsung ke sini,” kata Iswanto sambil terkekeh.

Hal serupa dikatakan Agung. Sebagai marketing freelance parfum, dia mengaku punya waktu longgar untuk mengerjakan mural. Setelah progres  mencapai 50 persen, dia pun makin bersemangat. Targetnya, maksimal sebulan mural wayang ini sudah selesai.

Agung ikut proyek ini sejak awal. Dia berpartisipasi karena senang dengan mural. Apalagi mural wayang ini  memberi tantangan tersendiri. Sebab, dari segi pewarnaan lebih rumit. Sesuai karakternya, mural wayang minimal harus terdiri atas degradasi warna agar lebih hidup.

“Ini gambar matahari kalau di mural biasa warna kuning saja sudah cukup. Tapi ini ada banyak warna,” kata Agung sembari menunjuk gambar matahari di depannya.

Jika mural ini rampung, Agung berharap bisa menjadi media edukasi bagi warga. Selain itu juga menambah nilai estetika di lingkungan Karangwatu. Harapan jangka panjangnya, Karangwatu bisa menjadi destinasi wisata. Apalagi di Karangwatu masih ada 12 titik yang bisa dibikin mural. Tinggal mengurus izin, dan kembali bikin karya serupa. “Rencana dibikin mural wayang semua. Untuk edukasi dan melestarikan budaya,” katanya. (rhy/aro)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya