RADARSEMARANG.COM – Desa Ngrajek, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang terkenal sebagai sentra penghasil ikan tawar. Tak sedikit warga yang bekerja di sektor perikanan. Namun, Septiawan Prasetyo Nugroho memilih jalan berbeda. Alih-alih beternak ikan, dia justru beternak musang pandan.
Bau harum pandan menyeruak ketika RADARSEMARANG.COM memasuki area semi terbuka di halaman samping rumah Septiawan Prasetyo Nugroho pada Minggu (21/2/2021) siang. Bau itu bukan berasal dari tanaman pandan, melainkan dari kawanan musang pandan yang diternak Septiawan.
Musang-musang milik Septiawan sebagian besar ditempatkan di kandang kayu dan bambu yang dibikin bersekat. Sebagian lagi di kandang besi. Satu kandang diisi seekor musang. Kecuali musang yang masih bayi, musang dewasa yang sedang dikawinkan, dan indukan dengan anak yang masih menyusu.
Wawan –sapaannya– tertarik pada musang pandan sejak 2008. Awalnya, hanya punya tiga ekor. Hasil membeli dari pemburu. Dia lantas menekuni dan menjadikannya sebagai usaha. Dari tiga ekor itu, kini Wawan memiliki 35 ekor musang pandan.
Ketika koran ini keliling melihat satu per satu hewan ini, mereka tampak tenang. Paling hanya menggerakkan kepala, dan memerlihatkan mata bulat mereka. Bahkan, ada yang tetap tenang dalam posisi tidurnya. Tidak ada yang bersuara. Keberadaan mereka tercium hanya dari baunya yang menyebar.
Wawan lantas mengeluarkan seekor musang pandan yang menurutnya paling jinak. Warnanya hitam, tapi tidak cukup pekat. Bau pandannya harum sekali. Kata Wawan, usianya 9 tahun.
Wawan menggendong hewan lucu itu, dan meletakkannya pada sebuah tiang setinggi kurang lebih 75 cm. Ketika Wawan mengeluarkan sebuah pisang, mulut si musang mangap-mangap. Menampakkan taring-taringnya yang tajam.
Ketika Wawan menggerak-gerakan pisang itu ke udara, si musang turut menggerakkan kepala dan badannya. Namun usai sepersekian detik, Wawan menyuapinya juga. Keduanya tampak bersahabat.
Menurut Wawan, merawat musang pandan sangatlah mudah. Bahkan, lebih mudah ketimbang merawat kucing. Terutama soal pakan.
Musang pandan tergolong pemakan segala. Wawan pun menyiapkan tiga jenis makanan. Untuk pakan sehari-hari, dia memberi nasi dengan campuran pakan anjing sebanyak tiga kali. Sebagai selingan, dia sesekali memberi daging dan buah.
“Buah apa saja doyan, tapi diutamakan yang manis. Minumnya air putih. Kalau dikasih susu bisa mencret. Kecuali yang masih bayi. Sampai usia tiga bulan harus diberi susu formula bayi untuk nutrisi,” kata Wawan kepada RADARSEMARANG.COM.
“Asupan tambahannya paling minyak ikan sebulan sekali. Atau obat cacing karena kadang cacingan,” imbuhnya.
Dengan asupan campuran nasi dan pakan anjing, dalam sehari Wawan hanya perlu merogoh kocek sebesar Rp 15 ribu hingga Rp 20 ribu untuk semua musang pandan miliknya. Suatu nominal yang murah, dan tidak merepotkan. Padahal, harga jual musang pandan cukup menjanjikan.
Seekor musang pandan normal bisa laku hingga Rp 700 ribu. Sementara musang pandan dengan kelainan gen bisa terjual belasan hingga puluhan juta rupiah. Harga jual sefantastis itu tidak tergantung ukuran maupun usia. Namun lebih tergantung corak bulunya.
“Kalau yang punya corak warna putih bersih, bisa laku Rp 8 juta. Ada juga yang Rp 15 juta. Kalau yang ini Rp 8 juta,” ujar Wawan sembari menunjuk musang yang kaki belakangnya memiliki corak putih.
“Selain corak bulunya, harga jualnya bisa tinggi karena karakter dan anatomi tubuhnya. Ini kan ada kontesnya. Saya punya musang yang ditawar orang Rp 20 juta tapi belum saya kasih,” kata Wawan sambil nyengir.
Dalam setahun, Wawan bisa menjual hingga 10 ekor musang. Pelanggannya paling banyak dari Jakarta. Dia memasarkannya melalui grup pecinta musang di Facebook. Melihat prospeknya menjanjikan, Wawan bertekad mengembangkan peternakannya. (rhy/aro)