30 C
Semarang
Tuesday, 17 June 2025

Seperti Warung Kopi Kekinian, Jamaah Didominasi para Karyawan

Mengunjungi Masjid Kontainer di Pekunden, Semarang

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM – Masjid Achmad Bin Adenan di Jalan MH Thamrin, Pekunden, Semarang ini unik. Masjid dibangun mirip kontainer.

Tak biasanya Senin (15/2/2021) siang itu, matahari bersinar terik. Padahal biasanya langit Kota Semarang diselimuti mendung. Pukul 11.30, tiga anak perempuan tampak berjalan menyeberangi Jalan MH Thamrin. Mereka berjalan menuju sebuah bangunan kontainer warna oranye. Ketiga bocah perempuan itu adalah Vina, Shasa, dan Ainun. Mereka membawa sajadah dan mukena. Rupanya, ketiganya hendak melaksanakan salat dzuhur berjamaah di masjid yang sekilas mirip warung kopi kekinian.

Bangunan kontainer itu adalah Masjid Achmad Bin Adenan. Bentuknya memang unik. Selain oranye, bangunan kontainer juga dicat warna-warni, seperti kuning, biru, hijau, dan merah. Beberapa anak laki-laki lainnya datang menyusul di belakang. Sambil menyelempangkan sarung di pundaknya, mereka menyeberangi jalan, lalu berlari di atas paving hitam yang masih setengah basah.

Menurut sekuriti biro umrah dan haji plus Fatimah Azzahra yang diamanahi menjaga masjid, Agus, setidaknya ada belasan jamaah di setiap waktu salat. Namun saat jamaah salat maghrib, jumlah jamaah cenderung lebih banyak. Pada waktu salat Jumat pun saf selalu penuh, bahkan terkadang perlu menggelar tikar di halaman luar karena melebihi kapasitas.

“Kebanyakan warga yang sering jamaah di sini ya karyawan dan pekerja di kantor dan toko di sekitar sini. Juga warga kampung sekitar,” jelas pria 26 tahun ini kepada RADARSEMARANG.COM.

 MASJID KONTAINER: Masjid Achmad Bin Adenan yang dibangun unik mirip kontainer. (kanan) Anak-anak saat belajar mengaji di dalam masjid. (NURCHAMIM/RADARSEMARANG.COM)
Anak-anak saat belajar mengaji di dalam masjid. (NURCHAMIM/RADARSEMARANG.COM)

Dikatakan, masjid berukuran panjang sekitar 12 meter dan lebar 6 meteran itu dapat menampung sekitar 40 hingga 50 jamaah. Namun selama pandemi kapasitas dikurangi. Karena saf dibuat berjarak sekitar satu meter. Para jamaah juga wajib mengenakan masker. “Masjid ini muat empat saf. Satu saf kurang lebih 10 hingga 12 jamaah,” bebernya.

Diakui, masjid tersebut memang baru berusia sekitar tiga bulanan. Belum banyak orang yang tahu keberadaannya. Terlebih bentuknya yang unik dan anti-mainstream. Tak sedikit yang mengira bangunan warung kopi atau coffee shop.

“Masjid ini dibangun untuk mengenang almarhum ayah dari pemilik biro umrah dan haji plus Fatimah Azzahra,” tambah Reza, takmir Masjid Achmad Bin Adenan.

Karena bentuknya yang unik, kata dia, masjid tersebut berhasil menarik perhatian banyak orang. Setidaknya, keberadaan masjid ini memfasilitasi tempat ibadah bagi para karyawan dan pekerja di kawasan ini. Juga membangkitkan semangat dan antusiasme salat berjamaah bagi anak-anak warga sekitar. Masjid ini juga sangat nyaman. Dilengkapi mesin pendingin atau AC. Tempat wudhu juga bersih. Ada juga perlengkapan salat bagi pria maupun wanita.

Dikatakan, selain salat berjamaah, kegiatan keagamaan juga digelar di masjid ini. Misalnya, kegiatan pengajian dan mengaji bagi anak-anak. Di kompleks masjid ini, juga ada bangunan kontainer merah yang rencananya akan dibuka untuk warung kopi minimalis. “Mungkin nanti konsepnya take away si,h” imbuh Reza.

“Saya kadang ikut jamaah dzuhur atau ashar berjamaah di masjid ini, tapi lebih sering ikutan pas maghrib sama temen-temen yang lainnya, kadang sampai 10 orang,” kata Vina, warga Pekunden.

Ia mengaku, masjid kontainer ini sangat nyaman. “Selain salat, kadang teman-teman pada foto-foto di sini. Karena catnya warna-warni, bagus banget,” ujarnya. (cr1/aro)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya