RADARSEMARANG.COM – Durian Desa Brongkol, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang cukup dikenal. Beberapa kali durian khas desa ini meraih juara festival. Salah satunya durian J-PINK.
Nama durian J-PINK diberikan oleh Juwanto. Pohon durian J-PINK sudah berusia hampir 20 tahun. Varietas durian ini paling banyak dicari setiap musim panen.
Pohon durian J-PINK merupakan hasil budidaya Juwanto. Ceritanya, pada 2012, ia coba-coba menyambung ujung pohon durian dengan jenis durian lain. Tentu untuk membuat rasa durian semakin enak.
“Sejak usia 17 tahun saya sudah terbiasa merawat pohon durian. Jadi, sudah cukup makan asam garam,” kata pria yang kini berusia 55 tahun ini kepada RADARSEMARANG.COM.
Pohon durian hasil menyambung itu lalu ditanam. Juwanto merawatnya dengan tekun. Ia sirami dan dipupuk. Selama mengembangkan pohon durian, ia mengaku tidak pernah menggunakan pupuk kimia. Namun lebih ke pupuk organik. Sebab, pupuk kimia bisa mengubah rasa durian menjadi ampang.
“Memang buahnya terlihat lebih besar, tapi jika dijual pembeli akan kecewa. Karena rasanya ampang,” ujarnya.
Dikatakan, dari segi fisik, durian J-PINK serupa dengan durian pada umumnya. Namun daging dalamnya yang membedakan. Semakin lama didiamkan, warna daging semakin kuning dan tampak semburat oranye.
Soal rasa, jangan lagi ditanya. Ketika masuk di mulut seperti makan es krim mahal. Rasa pahit dan manis seperti berlomba ketika dikunyah. Daging dalamnya cukup tebal. Tapi tidak setebal durian montong. Bagi pecinta durian, biasanya kurang kalau hanya menyantap sebutir durian J-PINK.
“Enak lagi setelah lima hari durian J-PINK didiamkan. Ya, minimal didiamkan 24 jam dulu setelah memetik. Memang J-PINK ini dicari para penggila durian. Kalau baru pemula kurang suka. Rasa pahit, manisnya ditambah tekstur yang creami,” katanya sambil menunjukkan sejumlah perbedaan durian lokal di desa ini.
Dikatakan, tak sedikit orang lebih suka menikmati durian J-PINK yang fresh. Setelah petik langsung dibuka dan disantap. Aromanya yang kuat membuat durian J-PINK semakin menggugah selera.
Juwanto mengaku, harga durian J-PINK cukup mahal. Per kilo dibandrol Rp 100 ribu. Sedangkan durian lokal lainnya mulai harga Rp 50 ribu per kilo. Tak hanya durian J-PINK, Juwanto juga menyediakan beberapa durian lokal, seperti Vega, Pelangi, hingga Inul.
Jika tak ingin yang terlalu pahit, lanjut dia, biasanya penggemar durian akan diarahkan ke durian Vega. Vega ini yang mudah dan sering dijumpai.
Juwanto mengatakan, memilih durian tidak melulu soal keluarnya aroma hingga bentuk fisik. Menurutnya, mengenali durian hingga mengetahui yang diinginkan baru akan menemukan yang pas.
“Memilih durian itu seperti mencari jodoh. Maunya yang apa kita carikan. Tidak bisa dipaksa, karena setiap jenis durian memang berbeda rasanya,” katanya.
Untuk panen tahun ini, diakui, sudah habis. Biasanya setiap musim panen bisa ratusan butir. Namun tahun ini hanya 20 persennya. “Padahal sudah banyak yang pesan. Karena untuk mendapatkan durian J-PINK ini, pembeli ada yang pesan sebelum masa panen,” ujarnya. (ria/bersambung/aro)