26.4 C
Semarang
Monday, 23 June 2025

Durian Monti, Rasa Terbaik setelah Empat Hari Didiamkan

Waktunya Berburu Durian Lokal di Jateng (4)

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM – Durian Monti khas Gunungpati menjadi ikon durian di Kota Semarang. Sebutir durian, beratnya bisa mencapai tujuh kilogram. Rasanya manis, dagingnya tebal berwarna oranye.

Tak lengkap rasanya jika berkunjung ke Kota Semarang, belum mampir ke Sentra Kebun Durian Gunungpati. Di sini dikembangkan durian Monti atau Montong Gunungpati. Buah ini menduduki daftar durian dengan kualitas super. Bersanding dengan durian Bawor, Duri Hitam, dan Musang King.

Durian Monti dikembangkan dari bibit durian montong dan durian lokal dengan teknik sambung pucuk atau okulasi. Komposisinya, batang bawah dari durian lokal, sedangkan batang atas durian montong Thailand.

“Disebut Monti karena untuk membedakan montong impor dan lokal,” jelas Ketua Asosiasi Petani Konservasi Kota Semarang Tumidiarso kepada RADARSEMARANG.COM.

Dijelaskan, pohon durian Monti di Sentra Kebun Durian Gunungpati ini rata-rata sudah berumur 14 tahun. Setiap kali panen, satu pohon biasanya menghasilkan 25-30 butir. Untuk beratnya, di kisaran 5-7 kilogram per butir. Durian ini memiliki kualifikasi rasa manis pahit, daging tebal, berwarna oranye, dan tidak lembek.

MONTI SUPER: Wakil Ketua Kelompok 1 Sentra Kebun Durian M Sodiq menunjukkan durian Monti kualitas super. (kanan) Daging durian Monti yang tebal, warna oranye, dan rasanya manis pahit. (FOTO-FOTO: IDA FADILAH/RADARSEMARANG.COM)
Daging durian Monti yang tebal, warna oranye, dan rasanya manis pahit. ( IDA FADILAH/RADARSEMARANG.COM)

Sekilo durian Monti dibandrol dengan harga Rp 75 ribu. “Harga ini sudah turun dari biasanya, Rp 85 ribu/kg. Ya, kami menyesuaikan kondisi pandemi,” kata pria yang akrab disapa Pak Tumidi ini.

Dikatakan, setiap tahun, durian Monti bisa dinikmati sejak Oktober hingga Maret. Untuk durian jatuh atau dipetik dari pohon, belum bisa dinikmati langsung. Harus didiamkan selama tiga sampai empat hari. “Proses itu untuk memaksimalkan rasa terbaik,” jelasnya didampingi Wakil Ketua Kelompok 1 Sentra Kebun Durian M Sodiq.

Sayangnya, masa panen 2020-2021 ini boleh dibilang kurang baik. Bahkan, terjadi penurunan hingga 70 persen. Meski begitu, ia sudah memanen durian Monti hingga 1,5 ton sejak Oktober 2020 hingga Januari 2021 ini. “Semuanya sudah dipesan oleh konsumen,” katanya.

Tumidi optimistis pada Februari hingga Maret mendatang, terjadi perbaikan kualitas durian Monti. Sebab, dengan cuaca panas yang bagus, maka akan menghasilkan buah yang terbaik.

Menurutnya, kualitas durian tergantung dari beberapa faktor. Seperti letak geografi, cuaca, perawatan, dan keberuntungan petani. “Kalau tiga faktor sudah terpenuhi, tapi keberuntungan tidak berpihak ya sama saja,” ucapnya.

Tumidi menyebut, beberapa pelanggan sudah memesan sejak durian tersebut masih di pohon. Sehingga ia pun menempelkan nama agar tidak dilirik pelanggan lain.

Sentra durian ini bediri di lahan 4 hektare yang dikelola 19 anggota. Terdapat 450 pohon durian, dan beberapa pohon lain seperti kelengkeng, jambu, rambutan, dan jeruk.

Di sini, lanjutnya, selalu tersedia durian. Sebab, ada banyak petani durian Monti dari hasil program Konservasi Tanah dan Pengentasan Kemiskinan. Di Kota Semarang, jelas dia, total lahan durian Monti seluas 120 hektare, yang dikelola 967 petani. Kebun durian Monti itu tersebar di lima kecamatan, yaitu Gunungpati, Tembalang, Banyumanik, Mijen, dan Ngaliyan.

“Kita berusaha setiap saat ada durian walaupun harus mengantre,” katanya.

Dalam kesempatan itu, Tumidi juga menunjukkan cara membelah durian ala Thailand. Menurutnya, teknik ini belum banyak dilakukan di Indonesia. Jika biasanya membuka durian dari bawah atau poros dan mengikuti alur. Tumidi menggunakan teknik membelah durian di luar alur, tepatnya di pertengahan alur kulit durian. Uniknya, dengan cara seperti ini langsung bisa menjadi tempat sajian.

Teknik ini dinilai efektif untuk melayani tamu dalam jumlah besar. Jika menggunakan sarung tangan, dalam waktu satu menit bisa melayani lima orang. Sehingga untuk melayani 50 orang, hanya membutuhkan waktu setengah jam. “Pernah saya praktikkan saat ada rombongan satu bus dari Jakarta. Luar biasa, ternyata lebih cepat dan efektif. Praktis langsung menjadi wadah,” jelasnya.

Diakui, peminat durian tak hanya warga lokal. Justru kebanyakan dari luar daerah seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Pati, Kudus, dan Solo. Pejabat daerah maupun pusat juga menjadi pecinta durian Monti ini. Seperti Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi, Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden Ali Mochtar Ngabalin, Menteri Sosial Tri Risma Harini, dan lainnya. (ifa/bersambung/aro)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya