RADARSEMARANG.COM – Jenazah Kapten Didik Gunardi, pilot NAM Air, penumpang pesawat Sriwijaya Air SJ-182 yang mengalami kecelakaan, kemarin dimakamkan di kampung halaman. Diberangkatkan dari tempat tinggalnya di Bekasi. Ia dikebumikan di sebelah makam almarhumah ibundanya.
Rumah asal Kapten Didik Gunardi di Desa Srinahan RT 11 RW 04, Kecamatan Kesesi, Kabupaten Pekalongan, penuh petakziah ketika RADARSEMARANG.COM tiba di sana pada Rabu (20/1) sekitar pukul 11.00. Karangan bunga dari PT. Sriwijaya Air dan Pemerintah Desa Srinahan terpampang di halaman. Para petakziah terus berdatangan. Begitupun karangan bunga, juga kian bertambah.
“Rombongan kini baru saja keluar dari exit tol Pemalang. Beberapa menit lagi tiba,” kata Riyani, 55, kakak ipar Kapten Didik sesaat sebelum jenazah tiba.
Para petakziah yang semula duduk, sontak berdiri ketika suara sirine mobil jenazah dan mobil kawalan terdengar dari kejauhan. Beberapa warga mengondisikan petakziah. Mereka mengamankan jalan untuk memberi ruang mobil rombongan masuk.
Dari dalam rumah, suara isak tangis mulai pecah. Ayahanda Kapten Didik, Ruslani, mantan Kepala Desa Srinahan dua periode, turut menangis. Keluarga menenangkannya. Memastikan dia tetap duduk karena sedang sakit stroke ringan.
Mobil jenazah dan mobil pengawal berhenti tepat di depan rumah masa kecil Kapten Didik itu. Suara isak tangis makin kencang ketika peti jenazah Kapten Didik diturunkan. Istri dan kelima anak Kapten Didik juga turun dari salah satu mobil rombongan dengan tangis. Beberapa kerabat memapah mereka masuk ke dalam rumah.
Keluarga dan beberapa tetangga kemudian menyalatkan jenazah di dalam rumah. Suara isak tangis masih terus terdengar dari luar rumah diiringi suara hujan siang itu.
Selang beberapa waktu, jenazah Kapten Didik dibawa ke teras rumah, ke hadapan para petakziah. Beberapa perwakilan direksi maskapai NAM Air tiba, dan langsung memberi sambutan singkat.
“Tadi pagi kami sudah melaksanakan serah terima jenazah di rumah saudara kami Kapten Didik di Bekasi. Demi rasa hormat, kami juga hadir ke sini,” kata salah seorang perwakilan NAM Air.
Sambutan itu kemudian dilanjut dengan pembacaan doa dari paman Kapten Didik, Syarif. Para petakziah mengikuti. Istri Kapten Didik, Ari Kartini, terus menangis sambil menggendong anak bungsunya yang masih balita. Keempat anaknya yang lain, juga terus menangis sambil menengadahkan tangan.
Pembacaan doa selesai. Peti jenazah Kapten Didik mulai diangkat. Menerobos para petakziah. Ari Kartini mengikuti dari belakang. Wajahnya banjir air mata. Sementara anak pertama dan kedua Kapten Didik, Priscillia Fatma Tiara Gunardi dan Beryl Nahda Gunardi juga mengikuti sambil mendekap potret ayahnya. Mereka ikut ke pemakaman.
Ari Kartini merupakan mantan pramugari Pelita Air. Baginya, Kapten Didik Gunardi merupakan sosok penyayang dan lembut. Selama ini, kata dia, Kapten Didik tak pernah marah. Baik kepadanya, maupun anak-anaknya.
“Dia sering menyuapi kami saat makan bersama. Itu momen yang hangat tiap suami saya sedang di rumah,” ungkapnya terbata-bata kepada RADARSEMARANG.COM usai pemakaman.
Jumat (8/1) sebelum peristiwa jatuhnya SJ-182, Kapten Didik sempat mengutarakan cita-citanya ke depan untuk anak-anaknya.
“Waktu itu, dia bilang ingin menyekolahkan anak bungsu kami, yang merupakan anak laki-laki satu-satunya, sampai menjadi pilot sekaligus dokter,” tuturnya.
Meski lelah, lanjut Ari Kartini, tiap pulang dari penerbangan Kapten Didik tetap menyempatkan waktu untuk anak-anaknya.
“Kalau malam anak bungsu kami nangis, dia mau bangun menggendong meski sedang lelah. Dia memang sangat hangat,” kenang Ari Kartini.
Selama berkeluarga, Kapten Didik belum pernah memerintahkan Ari Kartini masak. Begitupun kepada anak-anaknya.
“Katanya, dia tahu saya sudah lelah mengurus anak-anak,” cerita dia.
Anak kedua Kapten Didik, Beryl Nahda Gunardi turut menyampaikan kenangannya tentang ayahnya. Menurutnya, selain sangat dekat, Kapten Didik selalu menuruti keinginan anak-anaknya.
“Selama mampu, Papi pasti memfasilitasi keinginan kami. Tidak pernah menolak selama itu baik untuk kami. Selalu Papi usahakan,” kenang Beryl.
Kapten Didik Gunardi lahir di Kabupaten Pekalongan pada 9 Mei 1972. Menikah dengan Ari Kartini, Didik dikaruniai lima anak. Yakni, Priscillia Fatma Tiara Gunardi, 23; Beryl Nahda Gunardi, 18; Meysya (SMP kelas VII); Nafiza Gunardi (SD kelas 2), dan Saka Gunardi, 2. (nra/aro)