27 C
Semarang
Monday, 21 April 2025

Berawal dari Musibah, Justru Menjadi Berkah

Muhammad Haris, Pelopor Ternak Tawon Lanceng di Kabupaten Magelang

Artikel Lain

RADARSEWARANG.ID – Muhammad Haris sukses beternak madu lanceng di Kabupaten Magelang. Selama pandemi Covid-19, madu lanceng banyak dicari warga, karena diyakini bisa menaikkan kekebalan tubuh.

Masih memakai sarung dan kaus omblong, pagi itu Muhammad Haris menyambut RADARSEMARANG.COM di rumahnya, Kebonrejo, Candimulyo, Kabupaten Magelang. Tampak di kakinya ada ada lilitan perban seperti ada bekas luka parah. Dengan raut wajah sumringah, ia bercerita, membangun usahanya tersebut bermula dari musibah kecelakaan yang dialami pada 2012. Kecelakaan itu mengakibatkan kakinya nyaris diamputasi, dan membuat istrinya meninggal.

Dikisahkan Haris, saat itu mentalnya drop. Selain karena istri meninggal, ia harus menghadapi kenyataan kakinya mengalami luka parah. Berbagai pengobatan telah dicoba di banyak tempat, mulai dokter maupun alternatif, namun tidak kunjung sembuh. Bahkan membuat harta bendanya habis.

Ia pun pasrah, seakan tidak ada harapan. Sampai suatu ketika seorang dokter di Rumah Sakit Tentara (RST) Magelang menyuruhnya untuk mencoba mengoleskan madu tawon lanceng di lukanya tersebut.
“Awalnya saya kira dokter tersebut hanya bercanda, tetapi saat itu saya tetap mencobanya,” kenang Haris.

Ia mencari tawon lanceng yang saat itu dianggap sebagai hewan tidak berguna, sehingga tidak ada yang memeliharanya. Awalnya, ia memelihara madu lanceng di enam kotak kandang dengan modal Rp 120 ribu. Dengan penuh kesabaran, ia mengikuti saran dokter tersebut. Setiap hari lukanya diolesi madu dari tawon lanceng yang dipelihara. Hingga sebuah keajaiban datang. Luka di kakinya berangsur membaik.

PANTANG MENYERAH: Muhammad Haris menunjukkan madu tawon lanceng yang diproduksi. (kanan) Kebun milik Muhammad Haris yang digunakan untuk beternak tawon lanceng. (FOTO-FOTO:LUQMAN SULISTIYAWAN/RADARSEMARANG.COM)
Muhammad Haris menunjukkan madu tawon lanceng yang diproduksi. (LUQMAN SULISTIYAWAN/RADARSEMARANG.COM)

Haris pun semakin serius belajar cara beternak tawon lanceng. Karena berlatar belakang santri, ia bingung bagaimana beternak tawon lanceng yang benar. Ditambah pada 2014, belum ada tutorial ataupun materi beternak tawon lanceng di Indonesia. Meski begitu, Haris tak patah arang. Ia belajar tentang materi ternak tawon lanceng di media sosial memanfaatkan google translate. Karena Haris melihat di Malaysia ternak tawon lanceng cukup bagus.

Hingga suatu ketika di Facebook, ia berkenalan dengan Profesor Abu Hasan Jalil, pakar makrologi lanceng di Malaysia. Tanpa diduga, ia mengajukan dirinya untuk datang ke Indonesia guna mengajari Haris beternak lanceng secara gratis.

“Awalnya saya nolak, karena saya nggak punya uang untuk biaya belajar dan ongkos beliau ke Indonesia. Tapi di luar dugaan, beliau bilang tidak meminta bayaran bahkan ongkos ditanggung sendiri,” cerita Haris.

Selang beberapa waktu, Profesor Abu Hasan Jalil benar datang ke rumah Haris. Ia banyak mengajarkan ilmu kepada Haris. Titik balik pun terjadi. Berkat keuletan dan ketekunan, Haris mulai membuka usaha ternak lanceng yang dinamai “Gubug Lanceng.” Usahanya itu pun terus mengalami perkembangan, bahkan turut mempopulerkan tren beternak lanceng di Indonesia.

Meski telah berhasil, Haris tidak pelit ilmu. Ia sering mengajari orang yang ingin memelihara tawon lanceng, bahkan juga menyebarkannya di Youtube. Kini, Haris sudah memiliki 1.300 kotak kandang lanceng, dengan omzet ratusan juta rupiah. Ia menjual madu lanceng dari harga Rp 75 ribu hingga Rp 400 ribu tergantung ukuran botol. “Alhamdulillah yang beli ada yang datang langsung ke rumah ataupun secara online,” tuturnya.

Di masa pandemi Covid-19 ini, lanjut dia, omzetnya justru naik tiga kali lipat dibandingkan biasanya. Ia bisa menjual madu lanceng sekitar 75 liter. Menurutnya, madu lanceng dicari di masa pandemi karena khasiatnya yang mengandung amino acid, serta kandungan lainnya yang cukup baik untuk kekebalan tubuh. Meski banyak dicari, Haris enggan untuk menaikkan harga. Karena tidak mau memanfaatkan kesulitan orang lain.

Haris juga kerap membagikan madunya tersebut ke rumah sakit di Magelang secara gratis untuk membantu kekebalan tubuh para tenaga medis. Sebagian hasil lancing, juga ia donasikan untuk yatim piatu serta kaum dhuafa. Haris enggan menerima bantuan dari mana pun, karena ia merasa ingin mandiri dan tidak ingin mempunyai mental meminta-minta.

“Dulu Pak Ganjar datang ke sini nawari saya, butuh bantuan apa? Tapi saya jawab butuh bantuan doa saja Pak. Saya nggak mau punya mental untuk meminta-minta, karena semua sudah diatur sama Yang Maha Kuasa,” katanya. (*/aro)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya