30 C
Semarang
Sunday, 15 June 2025

Perajin Berinovasi Membuat Souvenir sesuai Selera Pasar

Bisnis Kerajinan Gerabah Desa Klipoh, Borobudur Tetap Moncer di Masa Pandemi

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM – Di tengah pandemi Covid-19, bisnis kerajinan gerabah di Desa Klipoh, Borobudur, Kabupaten Magelang tetap bertahan. Bahkan penjualan para perajin gerabah di desa ini justru moncer dengan beragam inovasi produk.

Beragam jenis kerajinan gerabah tertata rapi di galeri milik Supoyo, warga Desa Klipoh, Borobudur, Kabupaten Borobudur. Segala bentuk kerajinan gerabah ada mulai dari perabotan rumah tangga sampai suvenir untuk hiasan. Sejak dulu, Desa Klipoh sudah dikenal sebagai penghasil gerabah. Namun
karena tidak ada pengembangan, penjualan mereka tidak berkembang.

Hingga 2004 muncullah sebuah ide untuk mengorganisasi kelompok perajin gerabah di desa ini supaya mereka bisa berkembang dan memperoleh keuntungan dari membuat gerabah.

Diceritakan Supoyo, saat itu, ia yang ditunjuk sebagai koordinator kelompok. Gayung pun bersambut. Setelah dibentuk kelompok perajin gerabah di Desa Klipoh, pemerintah setempat men-support dengan memberikan beragam pelatihan dan menjadikan Desa Klipoh sebagai desa wisata. Alhasil, desa ini kerap disambangi pengunjung ketika datang ke Candi Borobudur.

“Biasanya kalau pengunjung ke Candi Borobudur mampir ke sini untuk belajar membuat gerabah,” katanya kepada RADARSEMARANG.COM.

Saat ini, di Desa Klipoh terdapat 90 perajin yang masih eksis memproduksi kerajinan gerabah. Kini mereka semakin inovatif. Tak sekadar membuat perabotan rumah tangga seperti zaman dulu. Tetapi juga berinovasi dengan membuat suvenir, seperti pot bunga, tutup lampu, dan lainnya. “Kita selalu berinovasi dengan membuat sesuatu yang baru melalui kerajinan gerabah, menyesuaikan selera pasar,” ujar Supoyo.

Berkat inovasi yang dilakukan tersebut, penjualan gerabah terus meningkat. Bahkan di musim pandemi Covid-19, penjualan justru meningkat tiga kali lipat dibandingkan biasanya yang memperoleh omzet sebesar Rp 8 juta per bulan. Kebanyakan pembeli memesan pot bunga dari gerabah. Kerajinan gerabah yang dibuat warga Klipoh dijual ke berbagai daerah di Jateng maupun luar Jawa.

Dikatakan Supoyo, kerajinan gerabah mampu bertahan dan bersaing dengan alat-alat yang terbuat dari plastik, karena memiliki nilai seni. Tidak heran jika para pembeli kepincut, bahkan di musim pandemi sekalipun. Hanya saja, kata Supoyo, di musim pandemi pengunjung yang belajar membuat kerajinan gerabah di Desa Klipoh berkurang drastis.

“Di musim pandemi tidak ada yang berkunjung ke Desa Klipoh. Biasanya mereka belajar membuat kerajinan gerabah dan membelinya. Jadi pemasukan kami berkurang dari sisi pengunjung,” ujarnya.

Sebelum pandemic, menurut Supoyo, galerinya selalu ramai pengunjung, baik dari dalam negeri maupun luar negeri untuk belajar membuat gerabah. Tercatat beberapa artis ibu kota pernah belajar membuat kesenian gerabah di galerinya. Seperti Anang Hermansyah, Eko Patrio, Wulan Guritno, hingga penyanyi Raisa.

Supoyo pun berharap pandemi Covid-19 segera berakhir supaya perajin gerabah mendapat tambahan pemasukan dari kunjungan wisatawan.

Supoyo sendiri justru khawatir jika ke depan perajin gerabah di Desa Klipoh tidak ada penerusnya, mengingat anak muda di desanya tidak banyak yang tertarik membuat kerajinan gerabah.

“Sekarang anak muda di Desa Klipoh jarang yang bisa membuat gerabah, karena kemajuan teknologi. Paling dalam satu tahun, lewat pelatihan hanya ada satu sampai dua orang yang tertarik dengan kerajinan gerabah,” katanya.

Sebagai ketua kelompok perajin gerabah di Desa Klipoh, ia terus mendorong anak muda untuk belajar membuat gerabah meski tidak banyak yang tertarik. Ia tidak ingin kerajinan yang diwariskan nenek moyangnya sejak dulu punah terkikis oleh kemajuan zaman. (*/aro)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya