29.2 C
Semarang
Sunday, 22 June 2025

Setiap Hari Waswas, 18 KK Terpaksa Mengungsi

Derita Warga Tambaklorok, Semarang Utara, Korban Gelombang Tinggi

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM – Kerusakan rumah warga Tambaklorok, Kelurahan Tanjung Mas, Semarang Utara akibat diterjang gelombang tinggi bertambah menjadi 18 bangunan. Para penghuninya pun terpaksa harus mengungsi ke tempat yang aman.

Tinggal di pesisir laut memang penuh risiko. Selain kerap direndam air pasang alias rob, saat cuaca buruk juga terkena gelombang tinggi. Ini seperti yang dirasakan warga Tambaklorok, Semarang Utara. Gelombang tinggi datang setiap saat. Bahkan, puluhan rumah di pesisir laut rusak dihantam ombak besar.

“Jumlah rumah yang rusak awalnya 13 rumah, sekarang bertambah. Ada lima rumah lagi yang rusak,” kata Ketua RW 15 Tambaklorok, Kelurahan Tanjung Mas, Slamet Riyanto, kepada RADARSEMARANG.COM, Kamis (10/12).

Sebanyak 13 rumah yang rusak tersebut berada di RT 1 RW 15. Rumah tersebut diterjang gelombang tinggi pada Minggu (6/12) sekitar pukul 01.00. Sedangkan lima bangunan yang rusak diterjang ombak, Selasa (8/12) sekitar pukul 02.00.

“Di RT 01, ada dua rumah. Di RT 02, ada dua rumah, dan di RT 06 ada satu rumah. Kalau yang 13 rumah itu rata-rata yang rusak bagian dapurnya,” bebernya.

Rumah yang diterjang ombak tersebut mengalami kerusakan cukup parah. Tembok bagian belakang sampai roboh. Salah satunya rumah milik Ketua RT 01 Sutrimo. Tembok belakang bolong. Praktis, orang yang masuk ke rumahnya bisa langsung melihat hamparan laut di belakang rumahnya. Begitu juga tembok di bagian tengah, mengalami retak dan membahayakan.

“Hari kedua, gelombang datang lebih besar, angin juga lebih kencang. Akhirnya tembok sampai jebol. Ruang tengah sampai ruang tamu. Itu yang lima rumah. Memang gelombangnya tinggi, kisaran dua meter lebih,” katanya.

 RUSAK PARAH: Rumah warga yang jebol diterjang gelombang tinggi. (kanan) ibu-ibu PKK menyiapkan makanan bagi warga terdampak. (FOTO-FOTO: M HARIYANTO/RADARSEMARANG.COM)

Rumah warga yang jebol diterjang gelombang tinggi. (M HARIYANTO/RADARSEMARANG.COM)

Sabuk pemecah gelombang yang berada d ibelakang permukiman warga kurang lebih sepanjang 250 meter juga jebol. Kerusakannya cukup parah. Hancur berantakan. Kurang lebih sepanjang 175 meter. Praktis, gelombang air laut sampai ke belakang permukiman warga lantaran tidak ada pemecah ombak.

“Kondisi air laut pasang dipengaruhi angin. Kalau air surut, sebesar apapun tidak bisa melampaui talut itu. Tapi gelombang sudah tinggi dan didorong angin kencang, akhirnya melampaui pembatas dan menerjang rumah warga,” lanjut Slamet.

Menurutnya, sekarang ini warga masih khawatir karena curah hujan tinggi disertai angin kencang masih terus terjadi. Mereka juga meninggalkan rumah untuk sementara ke tempat yang lebih aman.

“Untuk penghuni rumah sebagian besar masih merasa waswas, karena kejadian itu seringnya malam hari. Warga sini ya ngungsi di rumah saudaranya. Ada yang dikosongkan, dan pulang ke rumah orangtuanya,” jelasnya.

Terkait adanya dapur umum, sebelumnya sempat didibuka oleh Forum Komunikasi Warga Semarang. Meski demikian, pihaknya telah berkoordinasi dengan Camat Semarang Utara dan pemangku wilayah setempat untuk sementara dapur umum ditiadakan.

“Nanti kalau ada bantuan bisa dikomunikasikan dengan ibu-ibu PKK. Sebanyak 13 KK yang terdampak itu kita utamakan. Kepada para nelayan yang berdampak tidak bisa melaut juga kita kasih. Pemerataan,” terangnya.

Terkait langkah selanjutnya, Slamet mengatakan Calon Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi juga telah datang mengecek lokasi tersebut. Slamet menyebutkan, Hendi sudah memerintahkan kepada instansi terkait untuk secepatnya membangun tanggul darurat.

“Minggu depan sudah dimulai. Saya juga mengimbau kepada warga untuk selalu waspada. Ketika terjadi bencana susulan,” katanya.

Kemarin, tampak ibu-ibu PKK setempat berkeliling membagikan makanan kepada warga yang terdampak.

Sutrimo mengaku, perabotan rumah tangganya di dapur hilang karena tersapu gelombang. Bahkan, ia dan keluarganya telah meninggalkan sementara rumahnya. “Sementara tinggal di rumah tetangga yang bangunannya agak tinggi. Barang-barang dan dokumen sudah saya selamatkan dulu. Istri dan anak tinggal sementara di rumah tetangga. Saya sama warga yang laki-laki, berjaga-jaga malam hari,” ujarnya.

Keluh kesah sama juga diungkapkan Sriyamah. Dinding kamar mandi rumahnya jebol diterjang ombak. Menurutnya, saat peristiwa terjadi berada di rumah melihat siaran televisi. Tiba-tiba bangunan rumahnya dihempas gelombang bagian pelataran.

“Saya sampai menangis. Sekarang saya mengungsi ke tetangga yang letaknya agak jauh dari laut. Barang-barang saya sekarang sudah diamankan. Kejadian ini baru kali pertama selama 43 tahun menempati rumah di sini,” akunya.

Para nelayan setempat juga enggan melaut karena tingginya gelombang. Mereka lebih memilih mencari penghasilan serabutan di daratan. Ada juga yang memilih memperbaiki perahu dan jala penangkap ikan yang rusak. (mha/aro)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya