RADARSEMARANG.COM – Para pemuda saat ini tidak hanya dituntut produktif. Namun juga kreatif. Berangkat dari hobi memelihara kucing, Ikbar Haskara Damarjati dapat menjadi pengusaha muda sukses dengan memanfaatkan peran kucing sebagai daya tarik kafe miliknya.
Demam kafe kucing sedang menjangkiti anak hype Semarang. Ya, Neko Kepo Kafe namanya. Hanya satu-satunya di Semarang, banyak anak muda khususnya pecinta kucing penasaran dan beramai-ramai berkunjung ke sana. Dan di balik fenomena tersebut ada seorang Ikbar Haskara Damarjati. Pemuda kreatif yang mampu memanfaatkan kucing menjadi daya tarik bagi kafe miliknya.
Ikbar –sapaan akrabnya– mengaku dari kecil memang suka dengan hewan menggemaskan tersebut. Bahkan ia memiliki banyak kucing peliharaan. Mulai dari ras lokal hingga mancanegara. Rasa sayang yang berlebih tersebut bertahan sampai dewasa. Bahkan sampai bekerja pun ia pun masih memilih kucing sebagai hewan peliharaannya. “Karena ibu dulu suka, jadinya saya ikut suka kucing,” ujarnya kepada RADARSEMARANG.COM.
Ia mengisahkan awal mula mulai membuka kafe kucing ketika ia dilanda kebosanan setelah tiga tahun bekerja di perusahaan. Sama seperti kebanyakan pemuda sekarang, Ikbar masih memendam asa menjadi pengusaha. Ia pun mulai memikirkan usaha apa yang masih memiliki peluang bagus. Dan terbesitlah ide kreatif menggunakan kucing miliknya untuk menjadi elemen penting dalam kafe yang dirintis.
“Jadi saya mikir saya suka nongkrong dan main sama kucing. Kenapa saya tidak bikin saja kafe yang bisa buat nongkrong tapi ada kucingnya agar sekalian bisa bermain dengan mereka,” lanjutnya.
Akhirnya dari niat tersebut ia memiliki keberanian untuk berhenti bekerja. Dan mulai merintis usaha kafe kucing yang direncanakan. Pertama kali ia membuka kafe tersebut di Malang pada 2019 lalu. Dan diberi nama Neko Kepo. Neko dari bahasa Jepang yang artinya kucing. Dan Kepo dari rasa keingintahuan dari kucing tersebut kepada benda atau orang di sekitarnya.
“Kebetulan saya suka main game kucing buatan Jepang namanya Neko Atsume. Makanya saya kepikiran nama kafe saya ada unsur Jepangnya” ujarnya.
Untuk menu makanannya sendiri ia menjelaskan kafenya memang tidak terlalu cocok untuk makan berat. Pihaknya mengaku hanya menyediakan menu kekinian menyesuaikan selera anak muda yang memang menjadi mayoritas pengunjung. Seperti kopi kekinian, jus, coklat, kentang goreng, donat, dan makanan ringan lainnya.
“Karena konsep kita kan lebih menonjolkan main dan makan sama kucing. Jadi, makanannya ringan buat nongkrong, bukan makanan berat,” katanya.
Meskipun menggunakan kucing sebagai daya tarik kafenya, namun Ikbar menjamin kesehatan dan kenyamanan mereka selalu menjadi prioritas nomor satu. Pihaknya akan rutin memandikan, memberi vaksin dan melakukan perawatan. Bahkan setiap cabang kafe pasti memiliki pet care yang khusus untuk menangani para kucing. Sehingga semua kucing miliknya tersebut dalam keadaan sehat dan nyaman untuk berinteraksi dengan pengunjung.
“Selain itu, kita awasi juga pengunjung, jangan terlalu mengintimidasi kucing. Misalnya, dengan menarik ekornya atau memeluk berlebihan yang membuat kucing tidak nyaman,” ujarnya.
Dalam perkembangnnya ternyata banyak orang berkunjung ke kafenya. Karena tertarik dengan konsep unik yang ditawarkan. Melihat respon bagus tersebut, ia ingin mengembangkan bisnis dengan membuka cabang di kota lainnya. Dan ia mulai membuka di Surabaya, Jember, dan terbaru Semarang dan Jogjakarta. “Jadi sementara ada lima cabang kafe kucing yang saya punya,” katanya.
Pihaknya mengaku masih berniat membuka cabang lagi. Hanya saja, hal tersebut tidak mudah. Ikbar mengaku pemilihan kota tidak boleh sembarangan dan harus selektif. Sebab, hal tersebut akan berpengaruh pada para kucingnya. Seperti jika membuka di kota yang memiliki potensi bisnis rendah, tentu kafenya akan tutup. Dan hal ini berimbas pada tidak adanya biaya untuk memberi makan kucing. Sehingga kucing dapat telantar dan bahkan mati. Dan mengakibatkan dosa untuknya.
“Makanya saya biasanya buka di kota besar yang pangsanya memang besar. Mungkin ke depan bisa buka di Bali, Jakarta atau Bandung gitu,” lanjutnya.
Di era persaingan bisnis yang kian ketat, Ikbar menyadari ide kafe kucingnya bisa saja diadopsi orang lain. Namun ia mengaku tidak khawatir. Menurutnya, dengan semakin banyak kafe kucing, justru semakin membantunya. Terutama dalam mengampanyekan gerakan stop menyiksa dan lebih mencintai binatang. Sehingga ia tidak merasa takut bersaing.
“Justru malah senang ya, karena jadi ada ekosistem pecinta binatang khususnya kucing ya kalau kafe kucing semakin banyak,” pungkasnya. (akm/aro)