RADARSEMARANG.COM – Kolektif Hysteria membuat mural setinggi lebih dari lima meter di tembok Rumah Susun Sewa (Rusunawa) Bandarharjo. Tak hanya corat-coret, para seniman mengaku sengaja mempercantik rusunawa. Ini adalah kali pertama di Kota Lunpia. Konsep yang diusung adalah memadupadankan lingkungan rusunawa dengan seni.
Sejak Senin (16/11/2020) sampai Selasa (17/11/2020) ada pemandangan yang berbeda di Rusunawa Bandarharjo Blok B. Beberapa seniman lintas daerah berkumpul menyusun bambu di tembok rusunawa bagian utara. Bambu bambu itu sengaja disusun untuk mempermudah mereka dalam membuat karya mural. Selain bambu, ada puluhan kaleng cat tembok dan pilox.
Lima seniman yang tergabung rupaya tidak hanya dari Kota Semarang. Mereka memadupadankan imajinasi seni, sehingga menjadikan sebuah karya yang monumental, yakni seni mural. Para seniman tersebut berasal dari Kota Semarang, Jogjakarta, Salatiga, dan Malang. Mereka mengaku, mural di tembok sengaja dibuat. Tak lain, tujuannya untuk mempercantik tampilan Rusunawa Bandarharjo. Nantinya, hasil karya mereka akan dipamerkan secara virtual di galeri nasional. Konsep yang diusung kali ini, yakni simbolik keluarga.
Menurut koordinator dan juga seniman mural Arif Hadinata, konsep simbolik keluarga dipilih karena penghuni Rusunawa Bandarharjo sebagian besar merupakan sebuah keluarga. “Jadi kita ambil konsep itu,” kata Arif kepada RADARSEMARANG.COM, Selasa (17/11/2020).
Jika dikulik secara rinci, mural tersebut bergambar ibu-ibu membawa cawan berisi air. Cawan berisi air tersebut kemudian dituangkan. Di bagian belakang ibu-ibu tersebut, berdiri anaknya. Kemudian di sampingnya lagi, suami dari ibu-ibu itu sedang mengawasi. Adapun gambar tersebut akan memiliki tinggi lima meter dan lebar empat meter.
Untuk memperkuat mural, mereka menggabungkan beberapa warna. Seperti biru, kuning, pink, dan hijau.
Arif berujar, gambar mural yang dipilihnya yakni jenis pop art. Jika secara pemahaman awam, jenis pop art akan mudah dimengerti. “Maksud dari gambar tersebut yaitu sebuah kebersamaan dalam keluarga,” ujarnya.
Untuk target pengerjaannya, Arif bersama teman-temanya menargetkan pengerjaan selama tiga hari. Mulai Senin (kemarin) sampai Rabu. “Kalau hujan ya bisa molor sampai Kamis,” katanya.
Sebelum mengerjakan mural, mereka terbiasa melakukan persiapan. Perihal konsep dan hal-hal yang lain. Untuk konsep gambar sendiri, mereka membutuhkan waktu tiga minggu. Paling memakan waktu adalah ketika memadupadankan warna. “Karena warna itu paling penting supaya memeroleh gambar yang menarik,”imbuh Arif.
Dijelaskannya, untuk bisa menggambar mural sebelumnya mereka sudah melalui proses perizinan. Baik ke Pemkot Semarang maupun warga penghuni rusunawa. Jauh-jauh hari, mereka sudah memikirkan secara matang untuk mereka bisa berkarya di tembok rusunawa. “Awalnya kami tidak yakin diperbolehkan warga, ternyata warga justru antusias,”jelas Arif.
Jika dilihat secara estetika, adanya mural di tempat itu juga semakin mempercantik. Sebab, lokasi Rusunawa Bandarharjo termasuk dalam kawasan kumuh, tembok kusam, dan tidak terawat. Adanya mural diharapkan bisa semakin memperindah rusun dan membuat penghuninya lebih betah. “Biar lebih indah dan kesan tidak terawat bisa hilang,”tegas Arif.
Dalam menentukan lokasi, bersama teman-temannya ia terlebih dahulu melakukan survei. Jadilah, dipilih Rusunawa Bandarharjo yang paling tepat untuk aksi mural. Menurut Arif, dari segi bentuk dan lingkungan butuh adanya sentuhan seni mural yang membuat rusun jadi lebih menarik. “Sebelumnya kami rencananya mau membuat di dua tembok. Tapi tembok satunya terlalu banyak kabel. Jadi kita fokuskan di satu tembok saja,”ujarnya.
Adanya aksi mural ini, mereka berharap pemerintah lebih memberikan ruang kepada seniman mural untuk ikut andil dalam menata estetika kota. Dikarenakan, selama ini belum pernah seniman dilibatkan dalam menata estetika kota. Khususnya di Kota Semarang.
“Berkaca dari Kota Surabaya dan Jogjakarta yang sudah melibatkan seniman dalam menata estetika kota. Terlebih untuk bisa meningkatkan potensi wisata,”kata Arif. (avi/aro)