RADARSEMARANG.COM – Belimbing Wuluh ternyata kaya manfaat. Di tangan dosen Universitas PGRI Semarang (Upgris), buah berasa asam ini mampu disulap menjadi sirup yang menyehatkan. Seperti apa?
Pembuatan sirup Belimbing Wuluh itu buktikan oleh dosen dari Universitas PGRI Semarang (Upgris). Mereka adalah Mega Novita, Arisul Ulumuddin, dan Teguh Bachtiar, ditambah satu dosen dari Universitas Setia Budi, Surakarta, Dian Marlina. Ide tersebut tak lepas dari dampak Covid-19, yang harus menciptakan produk bermanfaat di tengah pandemi. Secara langsung juga telah diajarkan saat pelaksanaan KKNT Covid-19 di Desa Kembangarum, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak.
Mega Novita mengatakan, ide untuk memanfaatkan Belimbing Wuluh menjadi produk bernilai ekonomis dan menyehatkan itu muncul sebagai efek pandemi. Ya, pandemi Covid-19 telah mempengaruhi faktor ekonomi masyarakat. Banyak aktivitas perdagangan terhenti, karena adanya pembatasan sosial. Penghasilan masyarakat pun merosot. Tak hanya itu, banyak pabrik yang mengurangi tenaga kerja, mengakibatkan hilangnya sumber pendapatan pekerjanya.
“Dalam kondisi semacam itu, diperlukan ide dan upaya untuk mencari pendapatan keuangan tambahan bagi masyarakat. Untuk itulah, kami menginisiasi pembuatan sirup Belimbing Wuluh,”kata Mega Novita, ketua tim pembuatan sirup Belimbing Wuluh itu kepada RADARSEMARANG.COM.
Ide tersebut telah dirangkum dalam sebuah tulisan ilmiah berjudul “Produk olahan Belimbing Wuluh sebagai modal pemulihan ekonomi masyarakat Desa Kembangarum, Demak”. Juga sudah dibukukan dalam buku Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKNT) Covid-19 yang diterbitkan oleh Forum Perguruan Tinggi untuk Pengurangan Risiko Bencana (FPT PRB). Bahkan juga telah mendapat penilaian sebagai satu dari sepuluh penulis terbaik dengan raihan nilai tertinggi.
“Kami sekaligus mengangkat potensi lokal di Desa Kembangarum. Karena buah Belimbing Wuluh, kebanyakan tidak terlalu disukai orang, namun kami ubah menjadi suatu produk yang dapat menjadi modal pemulihan ekonomi masyarakat,”jelasnya.
Menurutnya, pengolahan Belimbing Wuluh itu cukup sederhana, sehingga ia memastikan bisa dilakukan oleh masyarakat. Adapun langkahnya, pertama potong-potong Belimbing Wuluh, lalu masukkan ke dalam wadah dan remas-remas sampai hancur. Setelah itu, tinggal menambahkan gula ke dalamnya dan didiamkan sekitar 15 menit sampai airnya keluar. Selanjutnya, dipindahkan ke dalam panci lalu dituang air, cengkih, kayumanis, dan bunga belimbing. Setelah terkumpul menjadi satu, lalu dipanaskan dengan api kecil sampai mendidih sambil diaduk dan disesuaikan rasa manisnya. “Terakhir, buang busa-busa yang ada di bagian atas rebusan kemudian angkat,” ujar doktor ilmu kimia lulusan dari Kwansei Gakum University Jepang ini.
Begitu diangkat sudah bisa menjadi sirup. Ia memastikan, kalau sudah menjadi sirup rasanya akan segar. Apalagi kalau diminum dengan es. Rasa asamnya tak begitu terasa. Timnya sengaja memilih Desa Kembangarum, karena banyak buah Belimbing Wuluh. Bahkan, sampai rontok dan berceceran. Sehingga sayang terbuang sia-sia.
Dari berbagai literasi yang diketahui timnya, Belimbing Wuluh juga berkhasiat meredakan batuk dan pilek, meredakan demam dan flu, mengatasi alergi, mengobati infeksi akibat gigitan serangga, mengobati penyakit gondongan, mengatasi penyakit diabetes, mengatasi tekanan darah tinggi, mengatasi wasir, serta menurunkan berat badan.
Selain itu, apabila mengonsumsi belimbing wuluh juga bisa meredakan nyeri, menjaga kesehatan tulang dan gigi, mengobati jerawat dan mengobati penyakit menular seksual. Dari situlah, timnya tergerak untuk membuatnya menjadi sirup.
“Mungkin bagi sebagian besar orang, rasa Belimbing Wuluh tidaklah selezat rasa belimbing biasa. Tapi kami mampu buktikan jadi sirup,”katanya.
Mega berharap, produk olahan buah Belimbing Wuluh ini dapat dikembangkan lebih serius lagi. Karena, menurutnya, diversifikasi produk dari Belimbing Wuluh, masih bisa dibuat beragam makanan lain. “Bukan cuma sirup, bisa juga dibuat manisan, dodol, dan keripik. Legalitas usaha dan perlindungan hak cipta juga dapat diurus,”ungkapnya. (jks/aro)