30 C
Semarang
Wednesday, 16 April 2025

Memudahkan Lawan Bicara untuk Memahami lewat Gerak Bibir

Sejiwa Foundation Produksi Masker Transparan untuk Para Difabel

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM – Memiliki keterbatasan fisik tak membuat orang patah semangat. Para penyandang difabel binaan Sejiwa Foundation membuat masker transparan. Sengaja diproduksi untuk para penyandang tunarungu.

Pemilik Sejiwa Foundation Yuktiasih Proborini membeberkan alasannya membuat masker transparan. Hal pertama yang terlintas adalah tidak semua orang paham bahasa isyarat. Penyandang tunarungu hanya bisa memerhatikan gerak bibir lawan bicaranya untuk berkomunikasi.
“Jadi, yang dilihat adalah bibir mereka ketika berbicara. Sehingga memudahkan lawan bicara untuk memahami,”katanya saat ditemui RADARSEMARANG.COM di sekretariat Sejiwa Foundation Jalan Kanfer Raya Blok O-15, Banyumanik, Kota Semarang, Jumat (30/10/2020)

Menjadi persoalan ketika lawan bicara mereka memakai masker. Mereka yang tunarungu, akhirnya akan kesulitan mencerna informasi. Kata Probi, sapaan akrabnya– jangankan mencerna, melihat gerak bibirnya saja tidak akan bisa jika ditutup masker. Akan sangat sulit ketika mereka tidak tahu informasi yang disampaikan. “Maka dibuatlah masker transparan ini (sambil menunjukkan). Ini juga bisa digunakan oleh sesama penyandang tunarungu dan orang lain,”imbuhnya.

Akhirnya, tekad dan semangatnya bertambah. Kebetulan ia juga tergabung dalam komunitas penyandang disabilitas se-Indonesia. Dengan bantuan dari rekan-rekan di Jakarta, ia mengumpulkan penyandang disabilitas di Semarang. Banyak dari mereka yang memang pasangan suami istri. Ia hanya membantu memfasilitasi. Agar penyandang disabilitas bisa mandiri dengan menghasilkan produk yang berguna. “Jadi, dengan bermacam percobaan, dipakainya menggunakan pengait yang ditarik. Total ada lima orang yang membuat masker,”bebernya.

Awalnya, kain sebagai bahan utama masker hanya ada 30 kilogram. Itu sudah cukup banyak. Ternyata beberapa bulan ke depan, pesanan untuk masker transparan membludak. Ia mengaku, kabar produksi masker sudah sampai ke telinga rekannya. Tanpa pikir panjang, rekannya mengirim kain baru total 1,2 ton. “Saya pertama minta bantuan. Eh malah diberi banyak sekali. Itu di belakang sisanya masih ada, tapi ukurannya kecil-kecil,”katanya.

Hal ini menunjukkan bahwa penyandang disabilitas sangat mampu berkompetisi. Bedanya hanya kesenjangannya. Probo bertekad, akan meruntuhkan kesenjangan itu. Dengan membukakan jalan untuk berkreasi. Sisanya akan dinikmati sendiri oleh mereka para penyandang disabilitas. “Saya hanya menjadi penghubung. Mereka yang kreatif. Saya tahu sendiri bagaimana pengorbanan mereka,”ungkapnya.

Hingga detik ini, sudah ribuan masker transparan yang diproduksi. Pelan-pelan, mereka akan diarahkan untuk menjadi wirausaha. Ia berharap, penyandang disabilitas bisa dipandang hebat. Tentunya lewat karya keren, yakni masker transparan. Ia ingin suatu hari nanti anggapan remeh soal disabilitas perlahan-lahan hilang sendiri. “Sekarang saya dorong mereka untuk memiliki nomor izin berusaha (NIB). Karena dengan begitu, mereka bisa mendapatkan fasilitas dari Dinas Koperasi,”jelasnya. (avi/aro)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya