RADARSEMARANG.COM – Memiliki sebuah agensi di usia muda memang hal yang besar bagi Adelina Nugroho. Apalagi, ia harus membina puluhan model yang usianya tak jauh berbeda dengan dirinya.
Astha Narayya Model Management Semarang didirikan pada April 2019. Astha memiliki dua jalur penerimaan talent. Yakni, dari akademi dan manajemen. Jumlah talent yang dimiliki Astha 55 model aktif di manajemen, dan 38 di akademi.
Adel –sapaan akrab Adelina Nugroho menceritakan, Astha didirikan sebagai salah satu inovasinya setelah terjun di dunia modelling sejak 11 tahun silam. Owner Agensi Model Astha ini mengaku ingin menciptakan perbedaan yang baru di dunia agensi modelling miliknya dengan mengunggulkan rasa kekeluargaan dan attitude talent-nya.
“Saya bikin agensi ini bukan semata-mata untuk mencari profit. Astha modelling menjunjung tinggi attitude dan rasa kekeluargaan,” katanya kepada RADARSEMARANG.COM, Kamis (29/10/2020).
Dijelaskan, Astha membuka audisi penerimaan model berdasarkan visi dan misi yang sama antara talent dan agensi. Astha lebih fokus untuk menerima model-model tidak hanya dari penilaian skill, namun juga mempertimbangkan attitude perilaku dari calon siswanya.
“Kami tidak hanya membuka kelas modelling, tapi ada juga kelas make up, catwalk, photoshoot, public speaking dan personal branding,” ujarnya.
Di Astha, diajarkan sopan santun ketika menghadapi klien. “Misalnya, ketika mendapat job atau sedang berbicara dengan klien, kita larang untuk mengaktifkan handphone,” jelasnya.
Tak hanya itu, di Astha juga melarang keras adanya senioritas. Tapi, attitude dan skill jauh lebih penting dibandingkan usia dan lama belajar di agensi. Uniknya, rentang usia antara owner dan talent tak jauh berbeda. Kisaran 1-3 tahun.
“Meski sebagai owner, saya tidak melulu ngelatih, kadang juga ikut terjun, kasih briefing pas event juga. Jadi, antara owner dan model saling membaur, tidak ada batas atau sekat. Ya, seperti keluarga sendiri,” bebernya.
Adel menambahkan, Astha tak hanya menyediakan model fashion show, tapi juga model photoshoot, make up, dan koreografi.
Dikatakan, di Astha, pembelajaran tidak hanya melalui forum kelas. Tapi, juga pelajaran langsung ketika menghadapi klien. “Model yang baik adalah yang bisa memberikan nyawa ke produk. Bagaiamana pun kondisi klien, model harus bisa menghadapinya. Misalnya, ada kendala waktu, jangan ditutup-tutupi atau dipendem sendiri. Karena di Astha tidak untuk saling bersaing, melainkan saling bantu layaknya keluarga sendiri,” paparnya.
Diakui, Agensi Model Astha masih jarang mengirimkan modelnya untuk mengikuti ajang perlombaan. Mereka lebih condong untuk membuat event sendiri. Seperti event yang telah diselenggarakan bersama BPPLK, yakni Semarang Fashion Convention (SFC).
“Di SFC kita mengangkat satu event di mana kita semi virtual dan bekerja sama dengan beberapa media. Dalam waktu dekat ini, kita akan bikin acara serupa, namun di Kota Purwokerto. Kami akan kirim 10-15 model untuk tampil di sana,” ujarnya.
Sebagai owner, Adel mengaku banyak mengalami suka duka ketika merintis agensi. Namun, ia merasa bangga karena dapat menyalurkan hobi dan ilmunya untuk dimanfaatkan dengan benar. “Terkadang terjadi perselisihan antara talent, vendor, dan lainnya. Ya, itu jadi pengalaman. Tapi, Alhamdulillah kita bisa atasi semuanya bersama-sama tanpa ditutup-tutupi,” katanya. (mg3/mg6/aro)