RADARSEMARANG.COM – Musik K-Pop semakin ramai diminati generasi milenial Indonesia, tak terkecuali di Kota Semarang. Komunitas Dance Cover K-Pop pun bermunculan. Salah satunya Dancing Girls Semarang.
Dulu dance cover K-Pop kerap dianggap sebelah mata. Namun Komunitas Dancing Girls Semarang berhasil menampik cap negatif tersebut dengan terus berkarya.
Andi, koordinator sekaligus kakak dari salah satu founder Dancing Girls bercerita, komunitas ini terbentuk karena keisengan semata. Mulanya, tiga gadis remaja tanggung bernama Ayu, Ratna, dan Destria mengikuti kompetisi dance di Mal Ciputra Semarang pada 2013. Setelah kompetisi selesai, Andi melihat ada potensi yang dapat dikembangkan dari kelompok dance tersebut.
“Waktu itu tiga founder-nya masih SMP. Mereka satu sekolah. Memang dari dulu mereka suka menari dan suka K-Pop. Saya rasa, sayang banget kalau tidak dikembangkan jadi komunitas yang lebih besar,” terangnya kepada RADARSEMARANG.COM saat ditemui di basecamp latihannya di GOR Tri Lomba Juang.
Ia mengaku, dirinya dahulu pernah tergabung dalam komunitas dance cover juga. Dari pengalamannya itu, ia ingin membantu mengembangkan Dancing Girls menjadi komunitas yang lebih profesional.
“Komunitas ini memang awalnya cuma untuk seru-seruan aja. Buat mewadahi adik-adik perempuan yang suka K-Pop dan nge-dance. Alhamdulillah sekarang nggak cuma nge-dance buat hobi aja, tapi buat perform, konten media sosial, dan kompetisi juga,” ungkap pria 27 tahun ini.
Seiring berjalannya waktu, anggota komunitas ini terus bertambah. Kini, total anggotanya sebanyak 15 orang. Ia menerangkan, kegiatan utama para member adalah latihan dance cover bersama. Mereka sering meng-cover koreografi lagu beberapa girlband asal Korea Selatan, seperti SNSD, Twice, ITZI, hingga Blackpink. Tak jarang mereka meng-cover koreografi boyband juga.
Andi menjelaskan, semua anggota Dancing Girls sudah memiliki basic dance. Jadi, tidak perlu belajar teknik menari dari nol.
“Semisal mau meng-cover lagunya Blackpink. Kami membentuk tim kecil terdiri atas empat orang, karena anggota Blackpink ada empat. Kemudian berlatih sendiri-sendiri melalui video sesuai dengan peran yang dipilih. Semisal milih jadi Lisa (anggota Blackpink), ya nanti ngikutin gerakannya. Nanti pas ketemu, tinggal menyamakan detail gerakan aja,” paparnya.
Komunitas Dancing Girls, lanjutnya, awalnya mulai tampil di depan publik untuk lomba-lomba saja. Menurutnya, kala itu Dancing Girls tidak selalu menjadi juara. Seusai kompetisi, mereka selalu mengadakan evaluasi untuk memperbaiki kesalahan.
“Kami punya motto ‘pantang menyerah’. Kalau pas lomba ternyata kalah, kami selalu evaluasi. Apakah dance-nya kurang, kostumnya kurang, atau materinya kurang. Alhamdulillah penampilan berikutnya bisa jadi lebih baik,” bebernya.
Lambat laun, permintaan job pun berdatangan. Mereka diminta untuk tampil dalam berbagai acara. Tentunya mendapatkan honor secara profesional. Baginya, peran media sosial sangatlah berpengaruh bagi karir Dancing Girls.
“Kami mulai dikenal masyarakat terutama Semarang pas meng-cover koreo dance lagu milik Blackpink berjudul Kill This Love 2019. Waktu itu saya upload di Instagram Dancing Girls. Saya tag beberapa akun Instagram dengan followers banyak. Nggak nyangka, postingan kami di-repost sana-sini. Sejak itu, kami mulai mendapat banyak tawaran job,” ujarnya.
Dancing Girls, sambungnya, juga mulai berkiprah di media Youtube. Andi mengaku, video penampilan Dancing Girls meng-cover koreografi girlband Twice telah mencapai 80 ribu viewers. Mereka pun dilirik oleh Komunitas K-Pop dance cover asal Jakarta dengan akun Instagram @kpopdancecover_id untuk melakukan project bersama.
“Awal tahun ini, kami diberi project untuk mengumpulkan dancer dan K-popers Semarang. Kami diminta melakukan dance cover masal koreo milik girlband Everglow dan direkam. Dancing Girls diperbolehkan memublikasi video project tersebut di media sosial kami. Nggak nyangka, konten kami di-posting ulang di feeds Instagram milik Wali Kota Semarang Pak Hendi. Ini menjadi suatu apresiasi bagi kami,” katanya bangga.
Lebih dari itu, mereka pernah diundang untuk tampil di depan Duta Besar (Dubes) Korea Selatan untuk Indonesia. Semua itu berawal dari undangan jamuan makan siang bersama sang dubes saat mengunjungi Kota Semarang. Salah satu member menghadiri acara tersebut. “Setelah itu, hubungan kami dengan pihak kedutaan masih berlanjut,” ujarnya.
Pascapertemuan itu, lanjut dia, Dancing Girls dihubungi kembali dan diminta untuk tampil dalam acara pembukaan pabrik tekstil baru asal Korea Selatan di Brebes. “Di sana ada Pak Dubes dan staf-stafnya. Kami juga bertemu Jang Hansol, pemilik channel Youtuber Korea Reomit,” ujarnya.
Bagi mereka, berkesempatan untuk tampil di hadapan Duta Besar Korsel menjadi suatu kebanggaan tersendiri.
Andi mengatakan, Dancing Girls berharap ke depannya mereka dapat terus berkarya, mengukir prestasi, dan membanggakan nama Semarang. (mg4/aro)