RADARSEMARANG.COM – Dulu tamiya dianggap sangat keren dan bergaya. Selain harus dirakit sendiri, tamiya juga memiliki jalur khusus untuk memainkannya. Seiring berkembangnya zaman, tamiya kini terkalahkan dengan adanya gadget. Namun Komunitas Terminal Tamiya Semarang tetap mempertahankan popularitas tamiya di kalangan milenial.
Jalur permainan serta set timer menjadi pemandangan mencolok saat mengunjungi arena bermain Komunitas Terminal Tamiya Semarang. Setiap peserta secara bergantian memasukkan tamiya pada kotak start. Setelah tiga putaran, masing-masing peserta dapat mengetahui kehebatan dan kekurangan tamiya miliknya.
Komunitas yang berdiri sejak akhir 2016 ini memilih salah satu kios yang berada di lantai 3 Java Malsebagai arena mereka bermain. Awalnya, ketua komunitas, Buyung -sapaan akrabnya- merupakan seorang penggemar dan pengoleksi tamiya. Karena merasa tamiya miliknya terlalu banyak, ia memutuskan untuk membuka sebuah toko tamiya dan menjualnya.
“Dari buka toko ini terus kepikiran juga buat buka arena main tamiya. Makin lama setelah buka arena jadi ramai dan jumlah temen-temen anggota yang main tambah banyak, kita jadikan sekalian komunitas,” ungkapnya kepada RADARSEMARANG.COM.
Buyung mengatakan, komunitas ini menjadi satu-satunya komunitas yang membuka arena di lingkungan mal di Semarang. Tujuannya agar berbagai kalangan dapat melihat dan mengetahui apa itu tamiya. Selain itu, komunitas TTS ini sangat ramah bagi kalangan anak-anak.
“Kalau di arena main lain biasanya peserta pada merokok. Sedangkan kita disini ada larangan merokok. Ya, tentunya lingkungan main kita aman buat anak-anak dan segala usia. Biarpun dibilang tidak akan ramai karena dilarang merokok, saya gak peduli. Ini konsep saya,” jelasnya.
Komunitas ini memiliki kegiatan rutin yang dilakukan dua kali dalam seminggu. Biasanya kegiatan dilakukan setiap Rabu dan Minggu. Selain latihan rutin, sesekali pihak pengurus juga mengadakan race dengan hadiah tertentu. “Kadang juga kalau temen-temen ada yang ulang tahun minta diadakan lomba buat merayakan,” tambahnya.
Selain perlombaan lokal, lanjut dia, komunitas TTS juga berkolaborasi dengan komunitas tamiya di kota lain untuk mengadakan lomba tingkat nasional. Setiap bulannya panitia penyelenggara lomba dilakukan secara bergantian sesuai lokasi lomba. Kota-kota tersebut, seperti Jakarta, Surabaya, Jogja, Solo serta Semarang.
Menurut Buyung, bermain tamiya tidak semudah seperti kebanyakan orang katakan. Merakit tamiya dapat dikatakan sama seperti hal yang dilakukan mekanik sungguhan. Itulah yang menjadi ilmu tambahan yang didapat saat bermain tamiya.
“Kalau anak-anak zaman sekarang disuruh main tamiya pasti cuma bisa main aja. Mereka belum tentu paham betul cara merakitnya dan menyetingnya. Apalagi sekarang pada milih gadget dibandingkan mainan. Padahal tamiya gak kalah seru dibanding gadget,” ujarnya.
Komunitas dengan anggota aktif sebanyak 50 orang ini tidak hanya menyediakan arena bermain tamiya. Buyung juga menyediakan berbagai model tamiya keluaran terbaru. Bagi anggota yang hobi mengoleksi tamiya akan mudah mendapatkannya.
“Terkadang juga ada anggota yang hanya beli untuk koleksi. Setiap bulannya pasti ada yang baru dari tamiya,” katanya.
Komunitas yang terbuka untuk umum ini tidak memberikan persyaratan khusus untuk masyarakat yang ingin bergabung. Caranya hanya dengan bergabung melalui grup Facebook Terminal Tamiya Semarang (TTS). Kemudian untuk ikut bermain di arena, masyarakat cukup datang ke lokasi dan mendaftarkan diri.
“Kita gak ada syarat harus gimana-gimana, tinggal gabung. Kalau mau main tinggal daftar saja. Daftar di toko juga bisa,” lengkapnya.
Bagi Buyung, mendirikan komunitas ini bukan untuk meraih keuntungan semata. Ia lebih mengutamakan tujuannya untuk mendukung masyarakat yang hobi dengan tamiya. Bahkan komunitas TSS juga pernah memberikan dukungan bagi tim yang berlomba di tingkat nasional.
“Semoga ke depannya semakin banyak orang Semarang yang kenal dan mendukung tamiya tetap jadi salah satu hobi dan biar gak terlalu sering mainan gadget,” tuturnya. (mg1/aro)