27.9 C
Semarang
Tuesday, 7 October 2025

Uang Pensiunan Rp 2,4 Juta, Kini Jadi Ojek Online

Nasib Mantan Tentara di Timor-Timur yang Tinggal di Kota Lama Semarang

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM – Hari ini, 5 Oktober, sebagai Hari Tentara Nasional (TNI). Saat HUT ke-75 ini, rupanya tak sedikit purnawiran TNI yang nasibnya masih memprihatinkan. Di antaranya, Harsito dan Muhtar, mantan tentara yang pernah ditugaskan ke Timor-Timur.

Bangunan tua berjajar di salah satu jalan di kawasan Kota Lama Semarang. Semua bangunan itu bercat hijau. Di bagian belakang terdapat bangunan berlantai dua. Kondisinya kumuh. Di bagian depan yang berlantai kayu, terdapat banyak jemuran pakaian. Bangunannya sudah tampak rusak. Tangga kayu saat diinjak sedikit bergoyang. Agak waswas.

Bangunan tua itu saat ini dihuni oleh mantan tentara yang pernah ditugaskan di Timor-Timur yang kini berganti nama menjadi negara Timur Leste. Ada empat orang. Harsito, Muhtar, Muhammad dan Alfi. Mereka tinggal bersama dengan keluarganya. Dulu jumlahnya lebih banyak. Namun, sudah banyak yang meninggal. Ada juga yang memutuskan pindah dari tempat itu karena sudah tidak nyaman.

Salah satu pensiunan TNI yang masih bertahan adalah Harsito. Pria 63 tahun ini mengaku sebenarnya sudah tidak boleh tinggal di kompleks milik TNI AD tersebut, karena masa kerjanya sudah habis. Bahkan pada Agustus lalu, ia dan teman-temannya sudah diperintahkan untuk pindah dari bangunan itu. Namun Harsito dan ketiga temannya meminta perpanjangan waktu.

“Saya diberi waktu sampai Agustus tahun depan (2021). Kami diminta pergi, katanya bangunan ini akan direnovasi lagi,” kata Harsito kepada RADARSEMARANG.COM, Minggu (4/1/2020).

Ia mengaku, sebenarnya pemerintah sudah memfasilitasi ia dan teman-temannya untuk membeli rumah dengan cara mengangsur. Namun pria tiga anak dan enam cucu ini masih kebingungan uang untuk mengangsurnya. “Kalau DP-nya diambil dari uang tabungan pensiun bisa, lha nanti buat bulanannya bagaimana?“ ujarnya setengah bertanya.

Harsito mengaku menerima uang pensiun sebesar Rp 2,4 juta per bulan. Sedangkan UMR Kota Semarang mencapai Rp 2,7 juta. “Jadi, uang pensiun kami kalah dengan gaji karyawan swasta,” tuturnya.

“Ini bapak sekarang kerjaannya malah jadi ojek online lho,“ sambung Iin, 60, istri Harsito.

Saat ngobrol dengan Harsito, datang Muhtar, 72, yang juga mantan tentara yang pernah bertugas di Timor-Timur pada 1975. Muhtar mengaku pernah diberangkatkan dua kali ke Timor Timur pada 1976 dan 1978.

MENDERITA: Dua purnawirawan TNI, Harsito dan Muhtar, di rumah tua di kompleks Kota Lama Semarang. Agustus 2021, keduanya harus pindah dari rumah ini. (MAFTU KHATULLAILA/RADARSEMARANG.COM)
Dua purnawirawan TNI, Harsito dan Muhtar, di rumah tua di kompleks Kota Lama Semarang. Agustus 2021, keduanya harus pindah dari rumah ini. (MAFTU KHATULLAILA/RADARSEMARANG.COM)

Ia bercerita tentang perjuangannya saat di Timor-Timur yang kala itu ditindas oleh Portugal. Ia dan teman-temannya bertaruh nyawa untuk menjaga perdamaian. Namun melihat kondisi saat ini, dirinya benar-benar kecewa. Sudah dua kali sejak bulan kemarin, ia dan temannya tidak mendapatkan gaji tambahan dari gaji pokok yang biasanya diterima.

Muhtar mengatakan, pemerintah sebenarnya sudah perhatian dengan cara menggaji pensiunan TNI setiap bulan. Namun kesenjangan dirasakan saat melihat temannya pensiunan Polri yang lebih disejahterakan.

Ia mengaku, temannya pensiunan Polri mendapat upah yang semestinya. Para pensiunan Polri mendapatkan piagam bertuliskan namanya, dan mendapat tandatanganan yang menyatakan bahwa mereka menjadi veteran. Namun para veteran tentara yang ada di Kota Semarang, kata dia, tidak ada satu pun yang mendapat piagam tersebut. Bahkan, hingga teman-temannya meninggal, tidak ada yang menerima piagam itu.

“Saya kecewa berat, semua teman veteran tentara di Semarang gak ada yang dapat, padahal sama-sama tugas di Timor Timur. Pemerintah masa bodoh. Saya kalau sudah ngomong soal veteran, rasanya kecewa berat. Wis mbak, ndak usah ngomong itu lagi, “ tuturnya dengan raut muka tak bersemangat.

Saat diminta menceritakan perjuangannya saat bertugas di Timor Timur, pikiran Muhtar menjadi kacau. Rupanya, dia sudah memendam rasa kecewa berat kepada pemerintah. “ Sudah taruhan nyawa, sampai di sini disia-siakan, saya sudah tidak mau ngomong lagi. Tidak ada perhatian, “ tegasnya. (mg10/aro)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya