RADARSEMARANG.COM, Abigail Roos bersama temannya tak pernah menyangka. Ide bisnis yang berawal dari usaha pencarian dana untuk kepanitiaan, justru kini menjadi ladang usaha. Bisnis jasa pencarian kosnya pun kini menjadi favorit para mahasiswa di kawasan Tembalang, Semarang.
FIANI ROSYADAN, Radar Semarang
Abigail Roos tercatat sebagai mahasiswi jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Diponegoro (Fisip Undip) Semarang. Bersama temannya, gadis 21 tahun ini merintis bisnis jasa pencarian kos @kosditembalang atau disingkat KDT. Idenya muncul secara tak sengaja. Bermula dari defisit dana acara seminar nasional yang diadakan oleh sekelompok mahasiswa Undip pada Mei 2019 silam.
Menurut Abigail Roos, saat itu ia menjabat ketua panitia sekaligus Badan Pengurus Harian (BPH) kepanitiaan. Ia merasa dana yang diperlukan untuk menutup defisit acara tersebut masih jauh dari cukup. Mahasiswi kreatif ini pun memutar otak agar mendapatkan pemasukan tambahan di luar pendapatan dari divisi dana usaha.
“Kondisi itulah yang menjadi cikal bakal digagasnya ide bisnis KDT,” jelasnya kepada RADARSEMARANG.COM.
Dikatakan Bigel –sapaan akrabnya– sebelum tercetus bisnis KDT itu, bisnis jasa pertama yang dilakukan bersama panitia adalah thrift shop alias jual barang bekas murah. Hasilnya, dari defisit Rp 25 juta, bisnis thrift shop tersebut mampu menutup kekurangan dana hingga setengahnya. Jumlah itu tentu belum cukup. Gadis asal Bekasi ini tak ingin panitia nombok alias menutup defisit itu menggunakan dana pribadi.
“Saya bersama dua anggota BPH kembali menyusun ide bisnis yang berpotensi mendulang pendapatan. Melalui proses perencanaan bisnis yang matang, akhirnya digagaslah bisnis KDT tersebut,” paparnya.
Diakui, perjalanan merintis KDT tidaklah mudah. Dua bulan pertama menjadi masa terberat bagi Bigel dan kedua temannya. Mereka menghubungi ratusan kontak pemilik kos di area Tembalang. Tak berhenti di situ, mereka juga menghampiri ratusan kos untuk mengumpulkan data sekaligus mendokumentasikan kondisi kos yang hendak ditawarkan kepada customer, yang didominasi mahasiswa baru Undip.
“Awal-awal capek banget. Karena keliling muterin Tembalang selama seminggu full, temen aku sampai jatuh sakit,” jelas Bigel.
Pada Juni-Juli 2019 saat musim penerimaan mahasiswa baru, KDT kebanjiran pesanan atas jasanya. Hal tersebut terjadi berkat gencarnya promosi dan kerja sama yang mereka lakukan.
“Kita kerja sama dengan BEM Undip dan organisasi daerah kampus untuk promosi di grup-grup WhatsApp mahasiswa baru. Kita juga melakukan paid promote, sebar poster di burjo (warung bubur kacang ijo, Red) sekitar Tembalang, dan nawarin secara langsung ke mahasiswa atau orang tuanya pas lagi pendaftaran ulang mahasiswa baru. KDT makin dikenal karena informasi dari mulut ke mulut,” ungkap gadis kelahiran 25 September 1999 ini.
Bigel menjelaskan, modal awal yang dikeluarkan dalam bisnis jasa ini hanya Rp 500 ribu. Dana itu digunakan untuk biaya promosi yang meliputi paid promote (promosi berbayar, Red) dan cetak poster.
Dalam waktu dua bulan, lanjutnya, KDT meraih omzet sebesar Rp 5 juta. Walaupun tak banyak, Bigel merasa senang dengan pencapaian tersebut.
“Memang tak banyak, tapi untuk belajar bisnis lumayan lah. Lagi pula bisnis ini juga buat menambah uang saku, dan pengalaman untuk memperbagus portofolio,” terang Bigel.
Pada November 2019, kepanitiaannya telah usai. Namun Bigel dan salah satu anggota BPH kepanitiaannya melihat prospek bisnis KDT terbilang bagus. Selain membantu mahasiswa baru yang kesulitan mencari kos, lanjutnya, bisnis ini dapat menjadi ladang rezeki tambahan. Keduanya pun melanjutkan bisnisnya hingga saat ini.
Namun pada 2020 ini, bisnis KDT mengalami drop akibat pandemi Covid-19. Mahasiswa yang mencari kos mengalami penurunan karena perkuliahan dilaksanakan secara daring. Menurut Bigel, mahasiswa baru belum banyak yang mencari kos di masa pandemi. Namun Bigel dan temannya tak putus asa. Ia mengembangkan jasa lain yang dibutuhkan di masa pandemi, yaitu KDT BOX dan KDT GO. Bisnis jasa itu ia promosikan di akun Instagram @kosditembalang. KDT GO merupakan jasa packing barang milik mahasiswa yang masih ditinggal di kos mereka, dan mengirimkannya ke alamat yang bersangkutan. Sedangkan KDT BOX merupakan jasa packing dan pindahan kos di area Tembalang.
“Ya, memang tak seramai bisnis jasa mencari kos. Tapi, ini inovasi yang kami lakukan di tengah pandemi Covid-19,” katanya.
Bigel berharap pandemi segera berakhir, sehingga bisnis kreatif yang dikembangkan bersama kawannya ini bisa kembali bergeliat. “Terutama untuk bulan Januari 2021 ketika para mahasiswa sudah kembali ke kampus,” harapnya.(*/aro)