32 C
Semarang
Monday, 20 October 2025

Hasil Penjualan untuk Donasi Korban KDRT

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM – Pandemi Covid-19 membuat sebagian besar industri terkena imbas. Termasuk industri kecil menengah (IKM). Rorokenes, sebuah brand tas lokal asal Semarang, yakin IKM bisa bangkit dengan optimistisme yang dimiliki masing-masing pelaku usaha.

Pemilik Rorokenes Syahnaz Nadya Winarto mengakui, pandemi ini sedikit menghambat bisnis yang ia jalankan. Penurunan omset juga ia rasakan. Bahkan bisa dibilang tidak sedikit, sekitar 30 sampai 40 persen dibandingkan sebelum pandemi.

“Turun omset pasti, apalagi barang yang saya jual adalah barang tersier. Namun IKM harus tetap survive,” tegasnya.

Rorokenes memiliki 13 karyawan. Itu belum termasuk mitra atau klaster yang bekerjasama. Gaji karyawan tetap dibayar. Begitu pula dengan pihak ketiga yang bekerja sama dengan Rorokenes.

Optimistisme tetap muncul. Belum lama ini Syahnaz mengaku masih ada permintaan ekspor dari UAE, Qatar juga Australia. “Hole sales ekspor memang sempat berhenti total, namun, Alhamdulillah retail masih berjalan dan masih ada pesanan,” bebernya.

Saat pandemi ini, selain membuat tas, Rorokenes juga membuat dompet sebagai produk turunan tas dengan sistem bundling. Bukan karena terimbas pandemi, Syahnaz mengaku program tersebut sebagai salah satu cara gerakan untuk berdonasi bagi korban kekerasan dalam rumah tangga, kekerasan seksual dan lainnya. “Hasil penjualan ini, untuk penguatan wanita, advokasi korban KDRT yang ada di Indonesia,” katanya.

Ketika koran ini menanyakan, siapa tokoh di Indonesia yang telah menggunakan tas buatannya, Syahnaz tidak bisa menjelaskan satu persatu. Yang jelas mulai pejabat dari kabupaten/kota, menteri hingga ibu negara pernah menggunakan tas Rorokenes. “Kalau konsumen, ya ibu negara Iriana Jokowi pakai. Pejabat kota, kabupaten sampai kementerian juga banyak yang pakai,” katanya.

Dari segi harga, Syahnas menjelaskan tas buatannya memiliki harga yang terjangkau, namun tetap dengan detail dan kualitas yang setara dengan tas-tas kelas dan bisa disejajarkan dengan brand dunja seperti Louis Vuitton, Bottega, Chanel, Gucci, Hermes, atau Dolce Gabbana.

Kualitas dan harga memang sempat membawa masalah saat Rorokenes ingin mengikuti pameran di Moskow Rusia tahun lalu. Bea cukai Rusia menilai harga jual terlalu murah untuk kualitas tas tersebut. Harga Rorokenes yang murah dinilai bisa merusak harga pasaran tas setempat dan menghindari pajak. Tas-tas Rorokenes ditahan dan tidak bisa ikut dipamerkan. Bahkan saat ini masih ada sekitar 10 tas yang ditahan pengadilan Rusia. “Karena pandemi pengadilan pun mundur jadwalnya. Bukan saya mau ngambil, clearance aja sih,” katanya. (den/ton/bas)

 

 


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya