RADARSEMARANG.COM – Sosok yang ramah dan sederhana. Hanya memakai baju putih dan celana pendek ketika RADARSEMARANG.COM menemuinya. Siapa sangka Harjanto Halim adalah direktur salah satu perusahaan makanan dan minuman terkemuka tanah air. Baginya jabatan adalah amanah untuk berbagi kepada sesama
Kala ditemui, ia sedang mencangkul tanah. Sengaja disiapkan untuk ditanami bibit singkong. Lahannya tak terlalu luas. Hanya saja sedikit memanjang. Lahan berada di depan kantor. “Saya suka menanam, terutama singkong,” katanya.
Berawal dari kesukaannya menanam, tercetus ide untuk berbagi. Bagi Harjanto, pandemi Covid-19 mengubah pola hidup masyarakat. Semua menjadi serba kekurangan, termasuk dalam mencukupi kebutuhan hidup. “Banyak orang yang tidak bisa keluar rumah. Akhirnya pangannya juga tidak bisa terpenuhi,”imbuh Harjanto.
Diakuinya, ia memiliki rekan di Rembang. Kebetulannya rekannya memiliki banyak bibit singkong yang masih layak tanam. Tanpa pikir panjang, bibit tersebut ia ambil untuk dibagikan ke masyarakat.
Idenya keluar bukan tanpa alasan. Tanaman singkong, dikenal dengan kadar gula lebih rendah dibandingkan nasi. Dasar itulah yang menjadi pemantik untuk menanam singkong. Ditambah, saat ini mencari bibit singkong adalah hal yang susah. “Singkong sudah jarang ditemui. Padahal orang-orang kota kebutuhan pangannya besar,”papar Harjanto.
Dengan banyaknya bibit yang dibagikan, butuh dua truk untuk mengangkut. Truk pertama sudah diserbu banyak orang. Hanya menyisakan sedikit batang saja. Akhirnya, ia memutuskan untuk mengambil lagi bibit singkong di Rembang. “Saya putuskan mengambil 60 ribu lagi. Total 120 ribu bibit singkong.”
Batang singkong yang diambil rata-rata berukuran sekitar 1 meter.Kemudian dipotong kecil-kecil dengan ukuran 15-20 cm. “Per batang panjang bisa dapat 5 potong bibit kecil,”jelasnya.
Kabar pembagian bibit singkong sampai ke mana-mana. Termasuk lewat media sosial. Permintaan pun berdatangan. “Tidak hanya kota Semarang, ada yang dari Kudus dan Pemalang. Mereka tahu dari facebook,”ungkap Harjanto.
Ia ingat betul masyarakat atau organisasi mana yang ikut mengantre mendapatkan bibit singkong. Sebut saja Komunitas Difabel, Pondok Pesantren, Komunitas MAJT, Keuskupan Gereja. Mereka membagikan langsung bibit singkong kepada jemaat gereja maupun masjid. “Ada juga dari MUI ambil untuk beberapa ponpes di Jateng. Ada juga dari komunitas Gerakan Tanpa nasi (Gentan Nasi) mereka ambil dan dibagikan kepada anggotanya,” tuturnya. (avi/ton/bas)