RADARSEMARANG.COM, Sayidi, 43, warga Dukuh Bedono, Desa Bedono, Kecamatan Sayung, Demak cukup kreatif. Ia berhasil menciptakan sepeda air yang bisa menjadi alternatif sarana transportasi kala rob datang tiba-tiba.
WAHIB PRIBADI, Demak, Radar Semarang
SEPEDA warna kuning-putih itu langsung meluncur di air saat pedal dikayuh. Sebagai penopang sekaligus pelampung, di kanan-kiri dipasang paralon panjang sekitar 2 meter dengan ukuran 5 inchi. Kedua ujung paralon ditutup dop. Juga dilengkapi selang sepeda motor, kipas penggerak energi di air, laker, dan peralatan lainnya.
Menurut Sayidi, ide pembuatan sepeda air itu muncul di tengah kegalauan warga Desa Bedono yang setiap hari rumah dan jalan tergenang rob.
“Saya membuat sepeda air rakitan ini bermula dari kondisi kampung saya yang terus-menerus terkena rob. Ketinggian rob biasanya antara 60 hingga 70 sentimeter. Kalau sudah begitu, tidak ada pilihan lain kecuali harus ada sarana transportasi yang memadai,”katanya kepada RADARSEMARANG.COM.
Dikatakan, akibat rob, tak sedikit pengendara motor yang mesinnya ngadat di tengah jalan lantaran mesinnya kemasukan air. “Berawal dari itu, muncul ide membuat sepeda air ini,”jelasnya.
Untuk merangkai sepeda air itu butuh waktu tiga minggu. Namun ide awal setidaknya sudah ada dalam pikirannya sejak 7 hingga 8 bulan lalu. Bahan yang dibutuhkan antara lain sepeda onthel anaknya yang nganggur di rumah, paralon ukuran cukup besar yang dibelinya di toko material di Genuk Semarang, selang sepeda motor, kipas penggerak energi di air, dan laker.
“Saat ada ide itu, saya kemudian mencoba menggambarnya di komputer. Secara otodidak. Meski tidak bisa sempurna tetap saya gambar terus. Kalau dihitung proses awal sampai jadi, ya setidaknya butuh biaya Rp 3,5 juta,”ujar Ketua RT 6 RW 1 Desa Bedono ini.
Pria kelahiran Demak, 4 Juni 1977 ini mengungkapkan, penciptaan sepeda air tersebut barangkali suatu saat dapat menunjang wisata pantai di Bedono. Sepeda air ciptaannya itu telah diujicoba dan dinyatakan berhasil. Tinggal penyempurnaan terkait kecepatan saat digerakkan di air.
“Ya, rasanya seperti gowes biasa. Kalau gowesnya kenceng ya jalannya kenceng. Kalau narik pedalnya pelan ya jalannya pelan,”jelas suami dari Siti Khotidjah ini.
Untuk sementara ini, sepeda air itu baru mampu untuk satu orang. “Nanti akan kita kembangkan dengan dua penumpang,” kata ayah dari Rahma Amalia dan Najmu Sakib Arahma ini.
Sayidi merasa bersyukur lantaran sepeda air rakitannya itu bisa dioperasikan. Ia hanya lulusan SDN Timbulsloko, Sayung lulus 1990. Usai lulus SD, ia bekerja. Ia pernah bekerja di bengkel pengelasan di Semarang selama 9 tahun. Setelah itu, keluar dan membuka usaha pengelasan sendiri. Seperti ngelas teralis, pagar dan lainnya.
“Saya sudah 25 tahun kerja ngelas,”akunya.
Dia berharap, kreasinya tersebut dapat diperbanyak, sehingga dapat membantu warga yang kesulitan akses kala rob datang menenggelamkan kampung.(*/aro)