RADARSEMARANG.COM, Turyanto sangat kreatif. Warga Jalan Jonggring Saloko RT 8 RW 13 Kelurahan Krobokan, Semarang Barat menciptakan kap lampu bermotif wajah orang dari bahan paralon air. Karyanya itu bahkan sudah dipasarkan hingga luar pulau Jawa.
NUR WAHIDI, Radar Semarang
Turyanto hanya lulusan SMP. Namun ia memiliki kelebihan membuat kerajinan. Meski awalnya hanya iseng, namun produk handmade-nya itu ternyata memiliki nilai seni tinggi. Kap lampu hias bermotif wajah orang dari paralon itu ternyata banyak diminati warga. Kap lampu buatan Turyanto ini memang unik. Untuk membuatnya butuh ketelitian dan kesabaran tinggi.
Saat ditemui RADARSEMARANG.COM di rumahnya, Turyanto masih menyelesaikan pesanan kap lampu dari paralon tersebut. Ia mengaku belajar membuat kap lampu itu secara otodidak. “Awalnya hanya iseng, ternyata banyak yang tertarik. Hingga keterusan sampai sekarang,” katanya.
Untuk membuat kap lampu, bahan baku utamanya paralon air. Ukurannya mulai 4 inchi, 5 inchi, dan 6 inchi. Sedangkan panjangnya mulai 30 sampai 40 cm. Saat membeli paralon, Turyanto pilih-pilih. Tidak semua merek bisa dipakai. “Biasanya saya memilih paralon merek Rucika atau Maspion lebih kuat kalau dibentuk,” ujarnya.
Sedangkan untuk merek lain, lanjut dia, biasanya rawan pecah. Sedangkan untuk ketebalan paralon, biasanya ia memilih yang seri C atau D. “Kalau yang seri AW terlalu tebal, sehingga sulit untuk dibentuk,” akunya.
Dalam proses pembuatan kap lampu, Turyanto biasanya menyediakan paralon tiga buah. Hal itu dilakukan apabila terjadi kesalahan atau rusak, ada peralon pengganti. Untuk membuatnya mula-mula foto yang diberikan pemesan ditempelkan di permukaan paralon lalu diblat. Biasanya foto wajah orang. Bisa foto wajah pemesannya, foto anaknya, atau foto orang yang akan dikirimi kap lampu tersebut sebagai suvenir. Setelah diblat, tahap selanjutnya dilakukan proses pengerjaan motif sesuai foto. Mirip diukir. Tapi bukan ditatah. Alatnya dengan mini grinder, mata bor tuner, dan cutter. “Biar lebih cantik ditambah ornamen lainnya. Semua dikerjakan dengan hati-hati agar paralon tidak pecah,” akunya.
Turyanto mengaku, pembuatan kap lampu ini bisa memakan waktu lima sampai enam hari. Tetapi kalau foto anak kecil atau balita, bisa mencapai delapan hari. Karena guratan wajah anak kecil itu kurang jelas. Tetapi kalau orang dewasa lebih terlihat.
“Guratan wajah di foto anak kecil itu tidak jelas terlihat, sehingga harus mengira-ira agar pas bagaimana. Kalau orang dewasa bisa terlihat goresannya, sehingga lebih mudah,” ujarnya.
Setiap kap lampu paralon yang dibuat, Turyanto menjualnya dengan harga Rp 250 ribu hingga Rp 700 ribu. Biasanyanya dia memasarkannya lewat media online. Sampai saat ini, produknya sudah dipesan warga Jabar, Jatim, Jakarta bahkan dari luar Jawa, seperti Nusa Tenggara Timur (NTT).
“Justru kalau di Kota Semarang malah kurang pada berminat. Pemesannya banyak dari luar kota,” akunya.
Ia mengaku, akan banyak pemesan jika ada momen-momen tertentu. Misalnya saat tahun baru China atau Imlek. “Begitu karya saya unggah di IG (Instagram), banyak warga Tionghoa yang tertarik lalu pesan. Rata-rata mereka minta kap lampu dengan motif Tionghoa karena bertepatan dengan Imlek,” katanya.
Termasuk saat Natal dan Tahun Baru, pemesannya juga meningkat. “Pernah ada orang dari NTT pesan lebih dari tiga. Dia pesan kap lampu dengan lukisan Yesus. Bahkan kini hampir setiap tahun pesan. Tahun 2019 kemarin pesan hingga 8 unit. Saya tidak tahu apa mau dijual lagi. Dari saya harganya Rp 250 ribu hingga Rp 700 ribu,” paparnya. (*/aro)