RADARSEMARANG.COM, Nur Annisa Metya Novikasari tercatat sebagai mahasiswi Prodi Teknologi Pangan, Universitas PGRI Semarang (Upgris). Ia mencoba berinovasi mengganti junk food dengan makanan sehat. Namanya Pattroug Patties Analog.
ADENNYAR WYCAKSONO
Makanan cepat saji atau junk food menjadi makanan yang banyak dihindari oleh masyarakat. Pasalnya, dari sisi kesehatan, junk food terkenal sebagai makanan yang berbahaya. Makanan ini diklaim bisa menimbulkan obesitas, jantung, kanker dan lainnya.
Bahaya mengonsumsi junk food ini menjadi pelecut semangat Nur Annisa Metya Novikasari untuk membuat makanan sehat yang terbuat dari bahan non daging.
“Terinspirasi membuat makanan yang aman dan sehat. Saya melihat banyak orang suka dengan gaya hidup yang suka makan fast food. Padahal makanan ini banyak menimbulkan penyakit,” kata Metya, sapaan akrabnya–saat ditemui RADARSEMARANG.COM.
Berdasarkan pemikiran tersebut, Metya lalu membuat menu pengganti daging olahan yang lebih sehat. Yakni, dengan mengombinasikan bahan non daging sebagai pengganti makanan cepat saji atau junk food. “Kebetulan saya buat Pattroug Patties Analog, berbahan kacang-kacangan yang lebih sehat,” jelasnya.
Dikatakan, produk kuliner ini semacam pengganti daging yang biasa dipakai untuk junk food. Bahan yang digunakan adalah kacang merah, kacang hijau, dan kacang tanah yang memiliki sumber protein sehat dan lebih aman bagi tubuh.
“Prosesnya semua bahan tadi dijadikan satu, kemudian dibuat patties yang mirip dengan daging sapi bulat seperti di dalam burger. Ini sebagai pengganti daging yang ada dalam junk food,” paparnya.
Dengan menggunakan bahan non daging, lanjut Metya, makanan yang dibuat lebih aman untuk kesehatan. Selain itu, menu patties yang menjadi makanan lain, juga bisa menyasar kalangan vegetarian yang tidak memakan daging.
“Menu ini juga sangat cocok untuk mereka yang vegetarian. Ke depannya akan terus dikembangkan, agar bisa lebih bermanfaat,” katanya.
Dosen pengampu Prodi Teknologi Pangan Universitas PGRI Semarang Khoiron Ferdiansyah menerangkan, setiap mahasiswa ditantang untuk membuat sajian kuliner yang enak dan sehat. Karena itu, diperlukan kemampuan mengolah sekaligus pengetahuan terhadap kandungan bahan-bahannya.
“Mahasiswa ditantang untuk mengelaborasikan kemampuan akademik mereka tentang kandungan bahan-bahan makanan sekaligus kretivitas mereka dalam merancang sebuah produk kuliner yang sehat dan menarik secara tampilan,” ujarnya.
Selain itu, lanjut dia, mahasiswa juga dipersilakan untuk menampilkan kreasi kuliner mereka sekaligus belajar membuat brosur produk untuk promosi. “Acara ini juga bagian dari praktik mata kuliah pengembangan produk. Selain membuat tentu juga tantangan lainnya adalah untuk menjual produk tersebut,”katanya. (*/aro)