33 C
Semarang
Sunday, 15 June 2025

Di Kantor Terapkan Ilmu Perawat, Melayani dengan Hati

Sutrisno, Dari Perawat Puskesmas Jadi Kepala Dinas Tenaga Kerja Kota Semarang

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Sutrisno memiliki rekam jejak sebagai perawat puskemas dan rumah sakit. Namun siapa sangka, takdirnya kini membawanya sebagai Kepala Dinas Tenaga Kerja Kota Semarang.

ALVI NUR JANAH, Radar Semarang

PAGI yang cerah. Koran ini menyambangi kantor Dinas Tenaga Kerja Kota Semarang di Jalan Ki Mangunsarkoro, Selasa (16/6). Tujuannya, menemui Kepala Dinas Tenaga Kerja Sutrisno. Sebelumnya, koran ini memang sudah membuat janji. Sejenak menunggu, koran ini dipersilakan masuk ke ruang kerja kepala dinas. Saat itu Sutrisno sedang membuka-buka berkas kerja di ruang kerjanya. Ruang kerjanya menjadi satu dengan ruang rapat. Hanya dipisahkan pintu kayu berwarna coklat.

“Maaf, tak nyambi nyusun program rencana kerja dulu sebentar ya,”ujarnya menyambut kedatangan RADARSEMARANG.COM, Selasa (16/6).

Sutrisno mengaku, ia sekarang sedang disibukkan dengan program persiapan ketersediaan lapangan kerja. Khususnya bagi masyarakat terdampak Covid-19. “Akan ada persiapan pelatihan berbasis IT, serta melakukan rapat koordinasi dengan dunia usaha tentunya,”kata pria berkacamata ini.

Di tengah pandemi Covid-19, Sutrisno harus lebih total dalam bekerja. Dampak pandemi begitu dahsyat menerpa dunia usaha. Banyak kasus PHK dan perusahaan yang merumahkan karyawan. Itu menjadi tugas beratnya. Tumpuan penyerapan tenaga kerja secara tak langsung berada di pundaknya.

Ia mengaku, dalam bekerja, kuncinya hanya satu. Yakni, selalu berpegang pada motto hidupnya Dadio wong sing iso ngerti wong, lan iso ngewongke wong. “Artinya jadilah manusia yang bisa mengerti dan yang bisa memanusiakan manusia,”jelasnya.

Motto hidup itu selalu dipegangnya jauh sebelum menjadi Kepala Dinas Tenaga Kerja Kota Semarang. Termasuk ketika masih menjadi seorang perawat. “Perawat bagi saya adalah filosofi untuk mencintai sesama. Bukan keluarga dekatnya, tetapi ia harus merawat dengan penuh cinta,”terang alumnus S1 Jurusan Kesehatan Masyarakat ini.

Ia sedikit mengulang kembali masa-masa ketika ditugaskan di puskesmas dan rumah sakit. Bersama rekannya sesama tim medis, piket di bangsal sudah menjadi rutinitasnya. “Sembari membesarkan hati setiap pasien agar tetap bersabar dan bersyukur. Rasa sakit adalah bentuk kecintaan Allah kepada hamba-Nya.”

Menurutnya, guru terbaik adalah pengalaman. Begitu pula dengan perjalanan hidupnya. Memiliki pendidikan sebagai perawat tidaklah semudah yang dibayangkan. Apalagi saat dulu bertugas, banyak cerita yang secara tak langsung membentuk kepribadiannya. “Dulu ada keluarga pasien yang masih memandang sebelah mata perawat. Karena menurut mereka tugas perawat hanya membantu merawat saja. Tidak lebih,”ujarnya mengingat.

Dari pengalaman itu, kepribadiannya ditempa untuk selalu melayani dengan hati. Tidak peduli dengan pandangan orang lain. Melayani dengan hati juga ia terapkan di lingkungan kerjanya sekarang. “Ilmu perawat itu mengayomi dan mengasihi. Memperlakukan pasien seperti keluarga kita sendiri. Itu yang saya terapkan pada teman-teman di kantor, mengasihi dan saling mengayomi,”ungkapnya.

Sutrisno mencoba mengulik kembali ingatannya. Bekal apa yang pernah ia punya hingga bisa terjun ke dalam ilmu pemerintahan. Ilmu itu sangat berseberangan dengan disiplin ilmu yang dipelajarinya saat kuliah. “Karena dulu suka ikut organisasi layaknya OSIS, Pramuka saat di bangku SMP. Pernah terlibat di karang taruna juga,”jelas Sutrisno.

Ia memulai karirnya saat bekerja di rumah sakit di Kota Semarang. Karirnya menanjak pesat. Dari perawat biasa, perawat pelaksana hingga menduduki Wakil Direktur Umum dan Keuangan RSUD KRMT Wongsonegoro Kota Semarang. “Melayani masyarakat yang membutuhkan lapangan kerja sepertinya lebih penting,”tutur pria asli Brebes ini.

Sebelum menjadi wakil direktur umum, ia juga pernah menduduki kepala ruang rawat inap di RSUD KRMT Wongsonegoro. Hingga jabatan sosial menjadi Wakil Ketua Paguyuban RT se-Kota Semarang. “Jadi saya belajar menjadi pribadi di dalam dan di luar. Tidak pilih-pilih tempat, karena setiap tempat itu pasti memberikan pelajaran,”kata pria kelahiran 28 Februari 1968 ini.

Gayung pun bersambut. Rekam jejaknya menjadi perawat dan sikap istiqomahnya berbuah hasil. Oleh Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi, ia diberi tanggung jawab baru, menjadi Kepala Dinas Tenaga Kerja Kota Semarang. “Pak Hendi selalu berpesan agar saya bisa membantu lulusan perawat. Yang setiap tahun angka kelulusan perawat berkisar 300 perawat,”terangnya.

Usaha tidak menghianati hasil. Ilmu perawat berupa ketekunan dan kesabaran berjalan seiringan menapaki karirnya. Amanah agar dapat menjadi penghubung antara perawat dan pemerintah. “Minimal memberikan informasi mengenai ketersediaan lapangan pekerjaan,”ujarnya. (*/aro)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya