26.8 C
Semarang
Sunday, 22 June 2025

Pernah Kirim Sayur ke Kendal dan Demak tanpa Ongkir

Lima Pemuda Desa Ciptakan Aplikasi Jual Beli Sayur dan Buah Bandungan

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Lima pemuda Desa Jetis, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang membuat aplikasi jual beli untuk membantu pedagang Pasar Bandungan. Dengan modal sendiri, mereka siap antar sayuran, buah, hingga cinderamata sesuai pesanan.

MARIA NOVENA, Ungaran, Radar Semarang

Di tengah pandemi Covid-19, para pedagang Pasar Bandungan mengeluh sepi pembeli. Jumlah pengunjung merosot. Khusus pedagang sayuran yang merupakan andalan wilayah ini, kerap membawa pulang dagangannya karena tidak laku. Bahkan terkadang harus dibuang, lantaran sayuran sudah mulai membusuk.

“Kami berlima yang memang berlatarbelakang berbeda-beda. Ada yang suka IT (teknologi informasi). Ada yang memiliki armada. Ada yang punya rumah untuk basecame. Keresahan pedagang di awal ketika Covid-19 mewabah mulai berdatangan. Mereka mengeluh jualannya sepi. Dari situ, kami berpikir apa yang bisa membantu, terutama bagi para pedagang Pasar Bandungan,” cerita salah satu pencetus ide aplikasi, Riza Rifai Asnan kepada RADARSEMARANG.COM.

Saat itu, Riza dan empat temannya sesama pemuda Desa Jetis RW 1 Bandungan lantas membuat aplikasi jual beli. Namanya Pusat Sayur dan Buah (PSB) Bandungan. Aplikasi ini bisa diunduh di display store android. Tidak ada modal khusus yang disiapkan kelima pemuda desa tersebut. Mereka memanfaatkan yang ada di rumah masing-masing. Misalnya, almari pendingin, keranjang, handphone, hingga kendaraan untuk mengantar pesanan.

Hingga berjalan dua bulan, pihaknya tidak memikirkan untung. Sebab, pernah ada yang memesan senilai Rp 16 ribu dan diantar ke Salatiga. Ada juga pembeli dari Mranggen Demak hingga Kendal. Secara kilometer dengan perhitungan per liter bensin dirasa tidak cukup. Bandungan ke arah Kendal harus ditempuh 65,3 km sedangkan ke arah Demak 65,9 km yang menghabiskan waktu hingga 2 jam.

“Kami berikan free ongkir. Sampai kemana pun. Kami paling jauh Kendal ini nanti kami antar. Jika hitung secara bisnis memang tidak masuk, tetapi untuk para pedagang, UMKM ini angin segar,” lanjut pria asal Kota Semarang yang tinggal di Bandungan ini.
Dari data yang ditunjukkan tercatat ada 100 pedagang, UMKM, hingga home industri yang memanfaatkan aplikasi ini. Per harinya PSB Bandungan bisa menghabiskan 150 item barang yang dikirim ke 20 alamat di luar Kabupaten Semarang.

Secara sistem, PSB belum bisa menyetok barang. Cara pemesanan pun serupa dengan market place lainnya. Namun pembeli hari ini memesan hari berikutnya baru bisa dikirim. Dari segi harga pun tidak ada perbedaan dengan di pasar. Kalau pun berbeda, selisih rupiahnya untuk kemasan paling rapi. Mengingat makanan atau bahan pokok yang diantar harus masih segar. Pembayaran pun tidak dilakukan di depan atau dengan virtual. Setelah semuanya diterima pelanggan PSB, baru bisa menerima uang dengan chas.

“Tidak hanya sayur dan buah, sate kelinci Bandungan, sego jagung, gablok pun bisa kami antar. Kami usahakan masih anget,”tegasnya sambil membawa daging kelinci yang sudah dipesan.

Pengantar barang pun diusahakan selalu pagi. Pukul 10.00 hingga 17.00. Hingga kini pihaknya belum menemukan kesulitan. Ketika ditanya omzet, pihaknya tidak bisa membeberkan. Pasalnya, uang yang diterima pun langsung disetorkan kembali ke pedagang. Bahkan, menurutnya uang capek pun tak pernah diambilnya.

Salah satu pembeli warga Bandungan yang jaraknya cukup jauh, Tri Sumedi, mengaku sangat terbantu. Terutama untuk sang istri. Tidak lagi bertengkar untuk masalah pergi ke pasar. Ia mengaku setiap hari selalu memesan lewat aplikasi ini. Di samping menyenangkan hati istri, ia juga ikut mempertahankan roda ekonomi pedagang Pasar Bandungan. “Biasanya saya antar istri ke pasar, tapi ini kan lagi pandemi, lebih baik dari rumah belinya,” kata pria yang juga ketua RW tersebut. (*/aro)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya