RADARSEMARANG.COM, Bagi penggemar PSIS pasti familliar dengan Muhammad Ridwan. Penyerang muda ini memang langsung menyedot perhatian dan memiliki basis penggemar tersendiri. Bukan karena ketampanannya, namun juga skill yang memesona.
DEWI AKMALAH, Radar Semarang
MUSIM ini, PSIS Semarang memang dibanjiri banyak pemain muda. Bahkan hampir setengah skuad yang ada saat ini berusia di bawah 23 tahun. Dengan tenaga dan semangat yang menggebu, mereka masih dapat memoles diri untuk meningkatkan skill. Sehingga dapat menjadi bintang masa depan bagi Mahesa Jenar. Di antara banyaknya daun muda tersebut terselip nama Muhammad Ridwan.
Remaja kelahiran Boja, Kendal, 20 tahun lalu ini sedari kecil memang telah memperlihatkan bakat menjadi pemain sepakbola profesional. Ia senang bermain bola dan mencintai segala hal yang berhubungan dengan olahraga rakyat ini. Melihat ketertarikan sang anak, orang tuanya pun memutuskan untuk mengikutkan Ridwan kecil ke Sekolah Sepakbola (SSB) Putra Mandiri di Mijen. Dari sinilah perjalanan karirnya menjadi pemain bola dimulai.
“Saya kali pertama masuk SSB kelas 3 SD. Setelah itu pas kelas 5 SD pindah ke SSB Tugu Muda sampai lulus SMP,” ujarnya kepada RADARSEMARANG.COM.
Di SSB Tugu Muda inilah insting predator mencetak gol Ridwan mulai muncul dan terasah. Ia yang semula berposisi sebagai gelandang, mulai tertarik untuk menjadi penyerang murni. Tujuannya satu. Agar bisa mencetak gol. Di tunjang dengan postur tubuh yang menjulang, ia pun menarik banyak perhatian pemandu bakat. Puncaknya, saat duduk di bangku kelas 3 SMP, Ridwan mendapat panggilan untuk mengikuti seleksi Timnas U-16. Saat itu, ia lolos untuk mengikuti pelatihan di Sawangan, Depok.
“Waktu itu dari pendaftaran di Semarang diseleksi secara bertahap. Alhamdulillah saya terpilih. Padahal waktu itu saingannya dari berbagai provinsi di Indonesia,” ceritanya.
Meskipun pindah keluar kota selepas lulus SMP, tidak membuat Ridwan melupakan pendidikan. Ia justru mendapat kesempatan melanjutkan pendidikan SMA di Sekolah Olahraga Ragunan. Sekolah ini banyak melahirkan pemain sepakbola legendaris. Sebut saja Imran Nahumarury, legenda Persija Jakarta yang saat ini menjadi pelatihnya di PSIS, lalu Ramdani Lestaluhu dan Kurnia Mega yang menjadi langganan timnas dan masih banyak lainnya.
Di sini ia tetap menjalankan pendidikan layaknya siswa pada umumnya, di samping tetap berlatih menjadi atlet profesional. Ridwan mulai mengasah skill dan kemampuan. Yang akhirnya membawanya ke klub profesional pertamanya, setelah lulus dari SKO tersebut.
“Lulus dari SKO Ragunan saya ditarik ke Sriwijaya FC. Di sana sebenarnya saya diproyeksikan untuk tim U-19. Namun belum sempat saya main, saya justru ditarik ke tim senior. Saya menciptakan satu gol dalam setengah musim bersama mereka,” ujarnya.
Lepas dari cengkraman Elang Andalas, Ridwan melanjutkan perantauan. Kali ini, ia memilih kembali ke tanah Jawa dan bergabung dengan Persela Lamongan. Bergabung pada 2019, ia pun bertahan selama semusim bersama Laskar Joko Tingkir. Meskipun hanya mampu mencetak satu gol, pesona Ridwan banyak didengar klub-klub Liga 1 yang lain. Termasuk PSIS Semarang. Pihak manajemen PSIS Semarang pun mulai melakukan pendekatan, hingga berhasil mengembalikan putra daerah tersebut ke Semarang.
“Senang banget bisa bergabung PSIS Semarang. Bagaimana pun saya besar ya dengan menyaksikan PSIS Semarang. Jadi, saat kembali ke sini ya bangga sekali,” katanya.
Ia mengaku saat ini sangat menikmati karirnya bersama Mahesa Jenar. Ridwan merasa ikatan kekeluargaan yang ada di anak asuh Dragan Djukanovic sangatlah erat. Ditambah lagi dengan tidak adanya kesenjangan antara senior dan junior membuatnya bebas bertanya dan menimba ilmu serta pengalaman dari mereka.
Meskipun belum mendapat kesempatan berlaga di musim ini, ia tidak patah semangat. Baginya masih ada banyak pertandingan ke depan. Ia akan menjadi lebih siap dan hebat untuk mencetak banyak gol demi PSIS.
“Mungkin karena kemarin memang kebutuhan tim yang belum memungkinkan saya bertanding. Insya’ Allah ke depan saya akan belajar terus agar dapat sehebat Hari Nur Yulianto,” ujarnya.
Selain itu, di tengah libur kompetisi akibat pandemi Covid-19, Ridwan mengaku lebih banyak menghabiskan waktu dengan latihan mandiri di rumah. Selain itu, ia juga memperbanyak ibadah dan mendekatkan diri dengan sang pencipta. Ridwan memang pemain yang terkenal santun dan rajin beribadah.
“Kegiatannya ya paling latihan, ibadah, dan satu lagi menjalankan bisnis Rumah Makan Padang. Kebetulan saya punya bisnis itu di daerah Mijen,” katanya sambil tersenyum. (*/aro)