RADARSEMARANG.COM, Bagi sebagian orang, bambu dipandang biasa saja. Namun tidak bagi Avif Novianto. Baginya, bambu memiliki nilai seni dan kunikan. Hal itu yang membuatnya mengoleksi ratusan bambu berbagai bentuk dan jenis. Seperti apa?
EKO WAHYU BUDIYANTO, Radar Semarang
AKTIVITAS mengumpulkan berbagai bentuk bambu, sekarang telah dilakukan oleh Avif Novianto, pemuda Kampung Gebyok, Kelurahan Ngijo, Kecamatan Gunungpati.
Dari hobinya itu, kini Avif sudah memiliki sedikitnya 400 jenis bambu unik. Dikatakan unik, karena bentuk bambu tidak seperti pada umumnya. Mulai dari yang memiliki lekuk seperti keris, sampai bentuk ros yang tidak lazim.
Sudah lima tahun terakhir dirinya gemar akan mengoleksi bambu-ambu unik. Bahkan hampir semua bambu yang ia miliki merupakan hasil mencarinya di hutan-hutan. Bersama teman satu komunitasnya yaitu Komunitas Pecinta Bambu Unik. “Hampir setiap hari pergi ke hutan. Tentunya, kalau pas tidak ada kerjaan,” ujarnya.
Ratusan bambu miliknya dipajang di belakang rumahnya. Dijejer, satu persatu sehingga tampak rapi dan menjadi ornamen yang menghiasai tembok teras belakang rumahnya. Ia mengakui suka mengoleksi bambu pada awalnya hanya ikut-ikutan saja. Lama-kelamaan, ia mempercayai jika selain bentuknya yang unik, bambu-bambu hasil berburu di hutan itu ternyata bisa mendatangkan rezeki.
Bambu buruannya banyak yang membeli. Meski pada dasarnya, ia tidak berniat untuk mengomersilkan bambu-bambu unik hasil buruannya. Sebut saja, beberapa dari jenis bambu koleksinya yaitu Songgo Buwono, Patil Lele, Bulu Perindu, Carang Gantung, Petuk Jalu, Pring Petuk, Combong, Tumpang Sari dan Bambu Dampit.
Semuanya ia miliki dan sebagian besar hasil buruannya di hutan-hutan. Sebagian lagi merupakan pemberian dari koleganya. Hal lain kenapa ia gemar dan menjadi kolektor bambu unik, dikarenakan ada filosofi budaya di dalam bambu tersebut. “Karena dari segi adat Jawa berbagai jenis bambu unik mengartikan tentang kehidupan manusia, ada filosofinya sendiri-sendiri,” ujarnya.
Ia mencontohkan filosofi bambu Songgo Buwono. Menurutnya, seseorang yang telah hidup dan berada dalam dunia ini, haruslah bisa dan belajar menyengkal dunia. Artinya manusia yang ada di dunia ini, jangan tenggelam dalam keterpurukan duniawi. “Yang seharusnya manusia itu bisa mengendalikan duniawinya, jangan menyerah dalam menghadapi semuanya pusatkan pada satu titik yaitu Tuhan,” katanya.
Tidak hanya jenis-jenis bambu yang disebutkan di atas. Di teras sederhana belakang rumahnya itu juga berjajar jenis bambu trisula, naga. Dalam mencari bambu berbagai bentuk dan jenis, ia rela pergi berhari-hari ke luar kota.
Tidak lupa dengan membawa peralatan potong bambu seperti gergaji dan sabit yang selalu dibawanya. Tantangan seperti bertemu dengan ular, kalajengking, kelabang dan hewan-hewan yang mendiami rumpun bambu sudah sering ia temui dan hadapi.
Kemudian dalam merawat bambu koleksinya cukup dibersihkan setiap hari dan dilapisi dengan pernis agar bambunya tidak lapuk. Tujuan mengoleksi bambu yang memiliki bentuk unik juga untuk mengedukasi masyarakat tentang jenis-jenis bambu itu sendiri. (*/bas)