31 C
Semarang
Wednesday, 16 April 2025

Portal Jalan Kampung hingga Dirikan Lumbung Pangan

Mengintip Aktivitas Warga Semarang Menyukseskan Gerakan Jogo Tonggo

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Gerakan Jogo Tonggo sudah diluncurkan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo. Gerakan berbasis warga tingkat RW ini dilakukan untuk mencegah penyebaran virus menular Covid-19. Apa saja yang dilakukan warga?

IDA FADILAH, Radar Semarang

LEBIH TERTIB: Warga Kelurahan Sambirejo, Gayamsari kembali mengaktifkan gerakan poskamling. (kanan) Warga RT 8 RW 4 Kelurahan Bringin, Ngaliyan, mendirikan dapur umum bagi warga terdampak Covid-19. (ISTIMEWA)
LEBIH TERTIB: Warga Kelurahan Sambirejo, Gayamsari kembali mengaktifkan gerakan poskamling. (kanan) Warga RT 8 RW 4 Kelurahan Bringin, Ngaliyan, mendirikan dapur umum bagi warga terdampak Covid-19. (ISTIMEWA)

HAMPIR di setiap jalan masuk kampung di Kota Semarang kini dipasang portal. Ada yang ditutup 24 jam. Ada yang dibuka tutup. Juga dipasang tulisan, jalan ditutup untuk mencegah penularan korona.

Setiap RW juga mulai membentuk satgas Jogo Tonggo. Apalagi setelah diberlakukannya Perwal Kota Semarang No 28 Tahun 2020 tentang Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PKM) sejak Senin (27/4) lalu. Program ini dilakukan hampir di semua RW yang melibatkan Ketua RT dan warga. Salah satunya di Kelurahan Sambirejo, Kecamatan Gayamsari.

Lurah Sambirejo Akbar Ali Nurdin mengatakan, persiapan sudah dilakukan mulai koordinasi dengan RT/RW untuk pemetaan dan pembagian tugas kewilayahan. Baik pemortalan, pendataan warga yang keluar masuk terutama dari luar kota, dan pendataan warga yang terdampak Covid-19.

“Yang sudah dilakukan yakni adanya pos pantau atau penjagaan di setiap gang dan RT/RW setempat untuk membatasi pergerakan warga agar tidak bergerombol dengan menutup portal. Kami imbau untuk memakai masker setiap keluar rumah, termasuk sosialisasi Perwal No 28 tahun 2020 tentang PKM,” ujarnya kepada RADARSEMARANG.COM, Selasa (28/4).

Menurut Akbar, pemberlakuan Jogo Tonggo ini sebenarnya sudah berjalan lama. Misalnya, dalam kegiatan Poskamling, kerja bakti, dan baksos. Namun saat ini lebih diintensifkan untuk pencegahan penyebaran Covid-19.

Kegiatan ini menuai banyak tanggapan. Ada warga kooperatif dan saling hahu-membahu untuk mengatasi pandemi korona. Namun masih ada juga beberapa warga yang ndablek. Untuk itu, Akbar memberikan edukasi secara personal agar bisa besama-sama memutus penyebaran virus mematikan ini.

“Saya kira wajar kalau ada yang kurang sreg, karena aktivitasnya dibatasi. Tapi tetap kita imbau terus dengan pendekatan personal,” katanya.

Selain itu, Akbar juga menggerakkan lumbung kelurahan sesuai arahan Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi. Ia berkomunikasi dengan tokoh masyarakat RT/RW untuk mengkoordinasi warga yang mampu untuk bisa berbagi dan membantu sekitarnya yang terdampak situasi saat ini.

“Sejauh ini di Keluarahan Sambirejo sudah mulai berjalan di tingkat RT/RW, masjid-masjid, dan warga lain yang mampu. Walaupun belum bisa meng-cover semua, tapi setidaknya kita terus berusaha untuk membantu program pemerintah,” ujarnya.

Gerakan Jogo Tonggo juga dilakukan warga RW 06 Kelurahan Sambiroto, Kecamatan Tembalang. Warga setempat sudah siap menjalanakan program Jogo Tonggo ini.

Menurut salah satu warga Isdiyanto, sejak adanya Perwal, masyarakat sudah siap mengantisipasi penyebaran Covid-19. Adapun caranya dengan penerapan satu pintu masuk wilayah di masing-masing RT, menjaga kebersihan dengan mencuci tangan, dan pemakaian masker saat keluar rumah.

“Meski ada beberapa yang tidak setuju, tapi tinggal bagaimana kita menyosialisakan dengan baik dan benar, serta mengedepankan kepentingan bersama daripada kepentingan pribadi,” katanya.

Sementara di wilayah RT 8 RW 4 Kelurahan Bringin, Kecamatan Ngaliyan, gerakan Jogo Tonggo diwujudkan lewat pendirian dapur umum dan lumbung pangan bagi warga terdampak Covid 19. Secara swadaya, warga mengumpulkan bahan baku untuk dimasak setiap pukul 14.00.

Ketua RT 8 RW 4 Kelurahan Bringin, Broto Utomo mengatakan pembuatan dapur umum dan lumbung pangan ini diawali karena di wilayah RT 8 ini banyak warganya yang bekerja di pabrik dan pedagang angkringan yang terdampak wabah korona. Mereka terkena PHK dan penjualannya sepi. “Lalu kita bantu makan saat buka puasa di dapur umum ini,” katanya.

Dalam sehari, disiapkan 100 hingga 110 nasi bungkus yang dibagikan kepada warga. Semua bahan berasal dari swadaya warga yang mampu. Seperti ayam, telor, beras, dan sayur-sayuran. Di wilayah RT ini terdapat 123 jiwa dari 33 KK.

“Nasi bungkus dibagikan dengan mendatangi rumah warga. Kalau masih sisa, digunakan untuk sahur petugas jaga malam,” ujarnya. (dilengkapi nur wahidi/aro)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya