RADARSEMARANG.COM, Di saat partial lockdown, tim medis di Kota Bristol, Inggris supersibuk. Hampir setiap saat suara sirene mobil ambulans meraung-raung membawa pasien yang diduga terinfeksi korona maupun sakit lain. Berikut lanjutan laporan AGUNG NUGROHO, Dosen Universitas Negeri Semarang (Unnes) dari Bristol, Inggris.
JALANAN di Kota Bristol lengang. Warga membatasi diri keluar rumah. Mereka hanya keluar untuk kepentingan essential atau penting. Misalnya, berbelanja kebutuhan pokok. Itupun mereka tak pergi bersama keluarga seperti sebelum pandemi Covid-19. Biasanya hanya kaum pria. Sedangkan anak dan istri lebih banyak di rumah.
“Di sini sangat disiplin. Kalau diminta di rumah saja ya taat semua. Saya sendiri memilih di rumah. Momong anak dan memasak. Kalau kebutuhan pokok habis, suami yang belanja,” kata Aswina Fathimatul Habib, istri penulis, yang juga alumnus Sastra Inggris Fakultas Bahasa dan Seni Unnes.
Saking disiplinnya warga, lanjut Aswina, jarang ditemukan anggota polisi turun ke lapangan. Polisi lebih banyak di kantor, dan melakukan pemantauan lewat monitor yang terhubung dengan kamera CCTV di setiap sudut jalan dan kawasan keramaian. “Selama saya tinggal di Bristol dua tahun, jarang lihat anggota polisi,” ujar ibu satu anak, Musa Alfaronizam Nugroho ini.
Menurut Ario Muhammad, PostDoctoral dari Indonesia yang bekerja di University of Bristol, selama semi lockdown, semua sekolah dan kampus tutup. Sama seperti di Indonesia, selama libur itu, siswa tetap diberikan tugas-tugas oleh guru mereka di rumah. Tugas itu bisa dikerjakan secara offline maupun online.
“Seperti tugas Mathletic untuk mata pelajaran matematika dan coding online untuk mata pelajaran TIK, anak saya mengerjakannya dari rumah,” tutur Ario Muhammad yang kebetulan anaknya adalah siswa di salah satu sekolah di Bristol.
Pun dengan para mahasiswa, termasuk mahasiswa asal Indonesia di Bristol yang berjumlah sekitar seratusan. Selama masa self-isolate ini, mereka mengerjakan tugas-tugas kuliah seperti research, essay, dan online presentation di rumah.
Para mahasiswa asal Indonesia baik S1, S2 maupun S3, terkadang melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing atau rekan satu angkatan melalui Skype, Google Hangout, Zoom, dan Bluejeans supaya tetap update dengan perkembangan ilmu perkuliahan. Selain itu, kampus juga menginisiasi kelas online interaktif yang bisa diikuti oleh mahasiswa dari rumah masing-masing.
Lalu, seperti apa kondisi kantor pemerintahan di Bristol? Menurut pantauan penulis, sebagian besar kantor pemerintahan tutup dan hanya beberapa yang buka, terutama yang melayani masalah-masalah urgent, seperti kependudukan, tempat tinggal, dan layanan kesehatan. Untuk yang masih buka, jam kerjanya relatif masih sama dengan kondisi normal, yakni buka pukul 09.00 dan tutup pukul 17.00.
Pun dengan kantor- kantor perusahaan swasta yang dianggap essential atau penting tetap buka. Seperti Amazon, Range, dan Pirtek. Sedangkan kantor-kantor yang lain sudah tutup sejak aturan partial lockdown ini diberlakukan oleh inisiasi Perdana Menteri Inggris Boris Johnson sejak 23 Maret lalu.
Sosialisasi aturan ini dilakukan baik dengan pamflet di pinggir jalan, di kantor- kantor, dan di ruang-ruang umum. Sosialisasi yang paling gencar dilakukan adalah dengan pemberitahuan secara online di hampir setiap website yang dibuka di area United Kingdom atau yang berakhiran dengan alamat web, .co.uk.
Nah, selama semi lockdown, yang paling sibuk adalah tim medis di setiap rumah sakit. Bahkan, belakangan ini cukup sulit untuk membuat appointment untuk pergi ke rumah sakit. Dikarenakan banyaknya pasien yang antre untuk mendapatkan perawatan, baik korban Covid-19 maupun penyakit lainya. Yang bisa dilihat secara kasat mata adalah jumlah ambulans yang lalu lalang menjadi lebih banyak selama pandemi Covid-19 ini.
Warga di Kota Bristol sendiri memilih melindungi diri dengan tetap di rumah. Meski sebenarnya jika sakit biaya kesehatan warga di sana ditanggung pemerintah lewat NHS atau National Health Service, semacam BPJS-nya Inggris. Ini sesuai slogan di negeri Ratu Elizabeth, yakni Stay Home, Protect NHS, and Save lives. Penulis dan warga Bristol jadi jarang ke rumah sakit.
Sampai sejauh ini, kondisi warga Indonesia dan keluarganya yang tinggal di area Bristol masih terbebas dari Covid-19. Hampir semua warga Indonesia di kota ini sangat patuh pada aturan dengan melakukan self-isolation guna mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.
Sebagai contoh, di hari-hari biasa, terkadang satu keluarga akan pergi ke pusat perbelanjaan untuk membeli bahan-bahan pokok. Sedangkan di masa isolasi ini, biasanya hanya salah satu dari mereka yang akan pergi berbelanja.
Kedutaan Besar (Kedubes) RI di London selalu memberikan arahan dan informasi kepada seluruh WNI yang berdomisili di Inggris melalui website ataupun Whatsapp group lewat Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) di kota masing-masing dan WNI di setiap kota yang memiliki kontak langsung dengan pihak kedutaan. Pihak kedutaan juga selalu menyediakan kontak darurat bagi WNI yang mengalami suatu yang harus dilaporkan. (*/aro)