RADARSEMARANG.COM, Sejak ada wabah Covid-19, minuman jamu kembali ngetren. Minuman herbal ini dipercaya bisa menangkal masuknya virus korona. Salah satu peracik jamu antikorona itu adalah Dewi Kartika Kurniawati. Ia meramu jamu wedang empon dalam kemasan botol. Seperti apa?
IDA FADILAH, Radar Semarang
UPAYA memutus mata rantai penularan Covid-19 dilakukan pemerintah. Salah satunya dengan melakukan social distancing atau pembatasan sosial. Selain itu, warga juga dianjurkan untuk mengonsumsi jamu. Sebab, jamu dipercaya dapat menambah kekebalan atau daya imunitas tubuh. Tak heran jika belakangan jamu ramai diburu masyarakat Indonesia. Terlebih saat awal virus yang menyerang saluran pernapasan ini masuk Indonesia.
Dewi Kartika Kurniawati adalah salah satu peracik jamu di Kota Semarang. Khusus untuk menangkal virus korona, ia meramu jamu wedang empon.
Menurut Nia –panggilan akrabnya–inovasi wedang empon ini diklaim sebagai penangkal virus karena mengandung obat herbal yang dapat meningkatkan imunitas tubuh. Dengan begitu, tidak mudah ditumbangkan virus apa saja, termasuk Covid-19.
“Perlu ditegaskan jamu lebih untuk meningkatkan imunitas tubuh. Khasiatnya tidak bisa instan. Perlu diminum secara rutin, karena berbeda dengan vitamin atau suplemen,” terangnya kepada RADARSEMARANG.COM.
Dijelaskan, wedang empon diramu dengan sejumlah bahan. Antara lain, temulawak, jahe merah, gula aren, kunyit, kayu manis, dan daun serai. Untuk proses pembuatannya, ia terlebih dahulu menyiapkan semua bahan yang sudah dicuci bersih dan dikupas. Baik temulawak, kunyit, dan jahe merah, kemudian dipotong tipis-tipis lalu diblender.
Selanjutnya, ia merebus air hingga mendidih. Lalu, memasukkan kayu manis dan serai yang sudah dimemarkan, dilanjutkan dengan memasukkan bahan yang sudah diblender tadi. “Tunggu hingga mendidih semuanya, lalu angkat dan didinginkan di suhu ruang. Setelah dingin, disaring lalu masukkan ke dalam botol,” jelasnya.
Dikatakan, jamu ini bebas dari zat kimia maupun pengawet. Sehingga hanya dapat bertahan enam jam jika tidak disimpan di kulkas. “Tapi, apabila diletakkan di kulkas bisa bertahan hingga tiga hari,” ujarnya.
Diakui, seiring dengan banyaknya warga yang memburu rempah, membuat harga jamu wedang empon melonjak. Sebotol jamu dihargai Rp 12.000, biasanya hanya Rp 10.000. Meskipun minuman tradisional, jamu dengan nama brand Niten Jamu ini dikemas secara modern, tidak menggunakan plastik seperti kebanyakan.
Untuk pemasaran jamu wedang empon, ia memanfaatkan media sosial dan telah memiliki reseler. Dalam sepekan, ia hanya memproduksi dua kali. Yakni, Selasa dan Jumat.
Diakui, sejak merebak virus korona, penjualan jamu meningkat tajam. Ia bisa menerima pesanan dua kali lipat dari biasanya. “Naik 100 persen dari biasanya. Kalau biasanya 30-50 botol dalam sekali jual, sekarang bisa 100 botol,” katanya.
Banyak customer yang beralih memesan jamu wedang empon. Praktis, Nia kini semakin sibuk. Biasanya ia menyiapkan jamu dari pukul 15.00 hingga 23.00, kini ia harus memulai dari pagi. Nia juga hanya menerima sistem pre order (PO). Dilakukan setiap Selasa dan Jumat. Hanya saja, saat seperti ini ia sedikit kesulitan dalam melayani customer. Pasalnya, ia harus menerapkan arahan pemerintah untuk menjaga sosial distancing. “Kesulitan pemasaran jadi terbatas untuk delivery karena menerapkan social distancing,” tuturnya.
Tak hanya jamu wedang empon, ibu rumah tangga yang tinggal di Perum Green Semesta Jalan Orion 1 No 10 RT 03 RW 04 Kelurahan Wates, Ngaliyan ini juga menyediakan jamu lain. “Saat ini ada delapan varian jamu. Di antaranya, beras kencur, kunir asem, kunyit asem, gula asem dan berbagai varian lainnya,” ujarnya. (*/aro)