RADARSEMARANG.COM, Hidup dan dibesarkan di lingkungan petani tembakau, membuat Frandi Charisma ingin berbuat sesuatu untuk mereka. Lewat produk tembakau kemasannya, ia pasarkan tembakau Temanggung. Seperti apa?
SAMBIL melinting tembakau, Frandi Charisma mengaku bahwa usahanya dimulai atas dorongan rasa ingin membantu petani tembakau di daerah asalnya. Keinginan itu akhirnya menjadi komitmen yang ia implementasikan dengan menjual tembakau kemasan. Sarjana Ekonomi asal Temanggung itu memulai usahanya sejak Agustus 2019.
Sambil terus melinting, ia mengatakan bahwa dirinya punya banyak cerita menyedihkan tentang petani tembakau di dekat rumahnya yang turut mendorong ia memulai usaha. Salah satunya adalah ketakutan petani menyediakan rajangan tembakau linting. Mereka lebih memilih menyediakan rajangan tembakau untuk rokok pabrikan ketimbang lintingan. Sebab, masyarakat lebih banyak memilih rokok pabrikan ketimbang rokok lintingan.
“Mereka akhirnya memilih menjual ke pabrikan, meski dibeli dengan harga murah. Tak setimpal dengan keringat yang mereka keluarkan,” katanya kepada RADARSEMARANG.COM di rumah kontrakannya, Jalan Mintarsih Timur 2, Dusun Sedayu, Kalisegoro, Gunungpati, Kota Semarang, Selasa (12/11).
Tak tega melihat kerja keras petani dibayar murah, pemuda 23 tahun itu akhirnya bertekad membuka pasar untuk petani. Perlahan, ia kenalkan budaya melinting pada teman-temannya. Melihat teman-temannya tertarik, ia berani mengemas tembakau dari daerah asalnya lalu menjualnya. Produknya ia beri nama Nako (Natural Tobacco) dan ia kerjakan bersama salah seorang temannya.
Dalam menjalankan usahanya, ia sengaja mendapatkan tembakau langsung dari petani. Tembakau yang dijual adalah tembakau murni, tanpa campuran apapun. Ia sengaja tidak mencampurkan apapun agar pelanggan mendapatkan kemurnian tembakau Temanggung.
Kini, produknya cukup dikenal di kalangan mahasiswa, khususnya mahasiswa Universitas Negeri Semarang (Unnes). Ia pasarkan produknya dengan cara dititipkan di warung-warung dan kedai kopi. Ia menjualnya dengan harga Rp 25 ribu untuk 50 gram.
Sebagai komitmen membantu petani tembakau, ia tak segan-segan menunjukkan kepada pelanggannya dari mana ia mendapatkan tembakau. Ia tak khawatir jika akhirnya mereka menjadi pesaing usahanya. “Justru jika semakin banyak yang berjualan tembakau lintingan, berarti pasar petani semakin luas,” katanya.
Ia menambahkan, jika orang-orang beralih merokok lintingan, maka kecenderungan petani untuk merajang tembakau untuk lintingan semakin besar. Menurutnya, hal tersebut akan lebih membuat petani lebih sejahtera.
Frandi memang punya mimpi besar untuk membuat petani lebih sejahtera. Bayangan cerita pilu petani tembakau yang banyak disaksikannya sejak kecil, membuat dirinya tak ingin menyerah untuk terus membuka pasar tembakai bagi petani. (nanang/aro)