32 C
Semarang
Sunday, 15 June 2025

Renovasi Sekolah, Berbagi Ilmu hingga Biayai Siswa Tak Mampu

Lebih Dekat dengan Komunitas Laskar Peduli Anak Negeri Salatiga

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Banyaknya sekolah yang masuk kategori tidak layak membuat hati nurani tiga mahasiswa IAIN Salatiga ini tersentuh. Mereka adalah Muhammad Darojat Bayu Adi Nugroho, Angga Saputra, dan Amrin Asrui. Ketiganya merintis berdirinya Komunitas Laskar Peduli Anak Negeri (Laspan) Salatiga pada 11 November 2016 lalu.

IDA FADILAH, RADARSEMARANG.COM

Komunitas Laskar Peduli Anak Negeri didirikan berangkat dari keprihatinan melihat kondisi salah satu sekolah di Kabupaten Semarang, tepatnya MI Darussalam yang beralamat di Dusun Lembu, Desa Kalimaling, Kecamatan Bancak. Sekolah yang hanya memiliki 56 siswa tersebut menjadi sekolah binaan Laspan yang pertama. Kini Komunitas Laspan memiliki 50 anggota aktif.

Ketua Laspan Muhamad Luthfi Anshor mengatakan, saat ini ada empat sekolah binaan, yaitu MI Darussalam Lembu, MI Baleagung, Grabag, Magelang, MI Miftahul Ulum Kadirejo, Pabelan, dan MI Pitoro Gemawang Kabupaten Semarang.

“Untuk medannya kebanyakan sulit. Karena dari empat sekolah binaan kami berada di perkampungan yang dikelilingi oleh hutan dan kebun. Jadi untuk akses ke sana agak sulit,” terangnya.

Untuk menuju lokasi MI Darussalam, dibutuhkan waktu sekitar 1.5 jam dari Kota Salatiga, dan sekitar 45 menit dari kantor kecamatan. Hal tersebut diperparah dengan kondisi jalan yang masih sulit dan keadaan sekolah yang memprihatinkan.

Luthfi, sapaan akrabnya mengaku sebelum direnovasi, sekolah tersebut tampak tak terawat. Ketika masuk ke kelas, tidak ada plafon sebagai penutup, sehingga jelas sekali genteng dan laba-laba yang bersarang. Cat temboknya pun mulai memudar. Bahkan, ada beberapa siswa yang tidak memiliki sepatu. Meski begitu, di dinding-dinding kelas berjajar rapi poster ilmu pengetahuan.

“Sebelum kami datang, kamar mandi tidak layak pakai karena sudah tertimbun sampah. Atap kelas 4 waktu itu sempat rubuh, dan tidak ada perpustakaannya. Alhamdulillah, sekarang untuk tiga hal itu sudah kami bantu untuk pembangunannya,” jawabnya.

Di MI Darussalam, pengajar seluruhnya berjumlah enam orang. Sedangkan, yang lebih parah di sekolah binaan MI Pitoro. Disana, hanya memiliki kurang lebih 38 siswa dan 3 guru pengampu, sekolah ini juga hanya memiliki 4 ruang, tiga ruang dan satu perpustakaan. Bahkan, untuk toilet masih menumpang di masjid terdekat.

Di Laspan, ada empat kegiatan unggulan yang menjadi program kerja yaitu, one day share in school (osdis). Odsis merupakan program yang dilakukan oleh relawan untuk berbagi ilmu dan pengalaman bersama anak-anak dalam satu hari. Program ini dilakukan sebagai pembuka pengabdian di sekolah binaan yang baru. Lalu, pengabdian berjalan, di mana program ini melakukan kegiatan secara berkala dengan kegiatan pengabdian yang dilakukan setiap Sabtu.

Kemudian program pengadaan buku-buku penunjang, yaitu mencari donasi buku bacaan dan buku penunjang lainnya untuk dijadikan di perpustakaan sekolah. Terakhir, program pengembangan ekonomi kreatif, yaitu setiap anggota membuat kreasi yang berkaitan dengan komoditas yang ada di daerah sekolah.

“Kita juga setiap sebulan sekali mengadakan kegiatan yang dinamakan mobilan (moco mbi dolanan, Red). Kegiatannya itu kita membuka perpustakaan dadakan dan galang dana dengan menjual merchandise seperti gantungan kunci, pin, stiker. Uang penjualan itu nanti akan digunakan untuk pembangunan perpustakaan di sekolah binaan yang belum mempunyai perpustakaan,” ungkapnya lagi.

Saat ini, lanjutnya, komunitas ini sedang mengejar legalitas komunitas. Hal tersebut dikarenakan upaya agar komunitas bisa diakui oleh pemerintah. “Kita sudah mencoba melobby Dinas Pendidikan dan Perpustakaan Daerah, tapi ya itu.. Kita di tagih untuk legalitas komunitas itu,” keluhnya.

Tak hanya mengabdi di sekolah, Laspan juga menyekolahkan dua anak didik asal MI Darussalam yang hendak melanjutkan sekolah, namun terhalang kebutuhan ekonomi.

“Awalnya kami hanya mencarikan dan membantu proses adminnya. Tapi seiring berjalannya waktu, melihat orang tuanya Ngalim, salah satu siswa juga kayaknya kesusahan untuk memberi uang saku. Jadi kami yang memberi uang saku. Juga antar jemput setiap bulan untuk pulang ke rumahnya,” tandasnya.

Hebatnya, Ngalim anak yang pandai. Kini ia sudah hafal dua juz Alquran. “Alhamdulillah sekarang bisa sekolah dengan gratis. Tapi untuk saku masih kami subsidi,” pungkasnya.
Salah satu anggota Laspan, Anggi Prahesti mengatakan setelah mengikuti komunitas ini hidupnya berubah. “Jadi relawan itu menyenangkan kalau dinikmati. Setelah menjadi relawan di komunitas ini banyak banget hal yang aku pelajarin, terutama bersyukur. Aku gabung di komunitas ini karena mau belajar di ranah pendidikan. Sukanya ketika melihat anak-anak seneng atas kedatangan kita,” kata mahasiswa jurusan Tadris Matematika ini.

Terdapat 6 devisi yang dimiliki komunitas ini. Yakni, divisi kurikulum adalah devisi yang mengatur konsep pembelajaran setiap pengabdian hari sabtu. Dua, divisi kerja sama, yaitu divisi yang mengatur relasi dengan komunitas, personal ataupun lembaga. Berikutnya, divisi dana usaha dan donasi, yaitu divisi yang bertugas mencari donasi untuk kegiatan Laspan seperti disalurkan kepada sekolah yang membutuhkan.

Keempat, divisi kegiatan, yaitu divisi yang mengonsep kegiatan besar Laspan, seperti peringatan hari besar nasional. Lima, devisi pengembangan anggota, yang bertugas mencari minat dan bakat temen2 laspan untuk nanti nya dikembangkan sesuai passion mereka. Dan terakhir yaitu divisi dokumentasi, yang bertugas mendokumentasikan seluruh kegiatan Laspan untuk nanti di upload di media sosial.


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya