Dua dunia berbeda dijalani Anang Budi Utomo. Ia menjadi anggota DPRD Kota Semarang, sekaligus dosen di sebuah perguruan tinggi swasta di Kota Semarang. Seperti apa ceritanya?
EKO WAHYU BUDIYANTO, RADARSEMARANG.COM
BELAJAR sampai akhir hayat. Prinsip itu yang dipegang Anang Budi Utomo. Anggota DPRD Kota Semarang dari Fraksi Golkar ini sekarang menjadi satu-satunya wakil rakyat Kota Lunpia yang bergelar doktor (S3). Gelar tersebut diperoleh setelah lulus dari Pascasarjana Universitas Negeri Semarang (Unnes) pada 2016 lalu. Anang Budi Utomo lulus S3 dengan Indeks Prestasi Komulatif (IPK) 3,8 yang ditempuh dalam waktu empat tahun enam bulan.
Sebenarnya kecintaannya di dunia pendidikan bukan tanpa sebab. Pasalnya, Anang sebelum memperoleh gelar doktornya, ternyata ia juga lulusan dari jurusan Pendidikan Kimia di Unnes. “Kemudian juga ambil S2 di Unnes jurusannya Manajemen Pendidikan,” tutur Anang.
Tidak ada bayangan sebelumnya ia bakalan duduk di kursi parlemen. Anang menceritakan sejak kuliah S1, dulu ia memang suka dan aktif dalam organisasi kampus. “Dulunya saya aktivis kampus,” kata suami Nanik Anang ini.
Darah aktivis itulah yang kemudian tanpa direncana menghantarkan dirinya ke kursi parlemen. Karena memiliki latar belakang dunia pendidikan juga masih mengajar di kampus sampai saat ini.
Politisi Golkar ini menjadi salah satu dosen di Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi (Stipar) Yayasan Pharmasi Semarang. Ia mengakui jika menjadi pengajar hanya untuk menyalurkan ilmunya supaya lebih bermanfaat bagi orang lain. Anang menjadi anggota DPRD Kota Semarang sejak 2009 lalu.
Di periodenya kali ini merupakan kali ketiga dirinya menjadi anggota legislatif di DPRD Kota Semarang. Karena latar belakang pendidikan itulah dirinya selalu ditugaskan di Komisi D. Komisi yang di dalamnya juga membidangi pendidikan.
“Penugasan di parlemen saya di Komisi D, di antaranya mitrakerjanya Dinas Pendidikan. Karena komisi saya di bidang pendidikan mau tidak mau saya harus meng-up date situasi dunia pendidikan dengan permasalahannya,” ujar ayah dua anak ini.
Up date ilmu tersebut berguna untuk mengetahui perkembangan dunia pendidikan. Mau tidak mau dirinya juga harus terus belajar. “Sehingga salah satu upaya untuk belajar secara formalnya adalah saya ingin terus belajar, sampai saya lulus S3 gelar doktor pada prodi manajemen kependidikan,” katanya.
Latar belakang pendidikannya sebagai seorang doktor pendidikan memang sangat membantu dirinya dalam mengambil keputusan di Komisi D. Pastinya kemampuan analisa, sintesa, kemampuan statistik dunia pendidikan dirinya sangat menguasai.
Menurutnya menjadi anggota dewan merupakan caranya memperluas spektrum pemanfaatan bagi masyarakat lebih luas. “Agar saya bisa mewakili menyampaikan aspirasi masyarakat bertugas dibidang legislasi, penganggaran, pengawasan, dengan bekal pendidikan yang cukup diharapkan saya tidak akan mengecewakan masyarakat yang saya wakili,” ujarnya.
Tentunya berbekal pendidikan tinggi dan ilmu yang mumpuni, ia berharap juga dapat memuaskan semua stakeholder di Kota Semarang. Dunia politik memang berbeda degan dunia akademis.
Meski begitu, Anang mengaku tidak mempermasalahkan hal tersebut. keduanya bisa berjalan bersamaan. Bahkan karena latarbelakang pendidikannya yang tinggi tersebut membuatnya tidak asal-asalan dalam bertindak dan mengambil keputusan sebagai wakil rakyat.
“Walaupun dalam mengemban tugas itu saya tidak bisa sendiri. Mesti harus bekerja sama dengan teman-teman dewan. Dukungan dari sekretariat dewan, bekerja sama yang baik dengan OPD Pemkot Semarang yang menjadi mitra kerja,” katanya.
Sehingga keharmonisan antara eksekutif dan legislatif karena saling mendukung bisa terjaga. Tentunya dapat membuat visi dan misi Pemkot Semarang dapat terwujud. Mengajar dan menjadi anggota dewan ia menganggap bukan sebuah beban. Menurutnya, mencintai dunia pendidikan harus dapat diartikan lebih luas. (*/aro)