29.3 C
Semarang
Monday, 23 June 2025

Sisihkan Rp 1.000 untuk Bangun Musala

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Setiap hari, pada jam dinas Senin sampai Jumat, Sertu Anwari stand by melayani Komandan Kodim 0705/Magelang, Letkol Arm Kukuh Dwi Antono di Makodim. Tiap hari itu, dia harus pulang sampai rumah pukul 16.00 WIB, kadang lebih.

Namun siapa sangka, ajudan Dandim ini selepas jam dinas antara pukul 16.00 hingga 21.00 WIB beralih profesi menjadi tukang cukur. Terkadang, Anwari masih memakai seragam dinasnya saat melayani pelanggan yang datang di ruangan berukuran 3 meter x 3 meter, di di ruas jalan Magelang-Salatiga tepatnya di Dusun Diwak, Purwosari, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang. Tempat cukurnya diberi nama, Comando, sesuai dengan nama kesatuannya dulu.

Usaha jasa potong rambut Comando sebenarnya sama dengan jasa potong rambut pada umumnya. Yang membedakan, Anwari kadang tidak mengutip jasa pada orang yang tidak mampu. Ya, Anwari menggratiskan jasanya. Sedang untuk tarif normal yang dipatoknya, adalah Rp 6.000. Dari jumlah itu, Rp. 1.000 diambilnya untuk dimasukkan ke kotak amal. Jadi, Anwari hanya mengutip Rp 5.000 tiap pelanggan. Bahkan Anwari pun tak segan mau mengajari warga yang mau belajar memotong rambut, tentunya tanpa mengutip jasa.

Dengan tarif yang cukup murah, banyak masyarakat baik anak-anak maupun orang dewasa yang datang menggunakan jasanya. Untuk mengusir rasa bosan pelanggan yang antre datang, Anwari juga menyediakan buku-buku bacaan di tempat usaha potong rambut. “Saya merintis jasa potong-rambut ini pada tahun 2015,” ungkapnya sambil tersenyum.

Anwari menjelaskan, setiap Sabtu dan Minggu ia bisa mencukur 15-20 orang. Sedangkan untuk Senin hingga Jumat hanya bisa mencukur 8 orang saja. Maklum saat jam dinas ia lebih sering berada di kantor atau mendampingi komandannya. “Jasa potong rambut hanya buka full dari pagi hingga malam pas hari libur saja. Sedang untuk Senin hingga Jumat hanya dibuka saat selesai pulang dinas.”

Anwari yang masuk menjadi Tamtama TNI AD tahun 1997, menceritakan, nama Comando terinspirasi dari satuan di mana ia dulu berdinas. Sebelum ditugaskan ke Kodim 0705/Magelang, ia merupakan salah satu prajurit Kopassus yang berdinas di Grup 2 Kartosuro. Pada tahun 2012, ia mengikuti pendidikan bintara regular.

Kemampuan memotong rambut didapatnya sewaktu masih SMA karena sering melihat teman-temannya mencukur. Kemudian secara otodidak, ia mulai belajar hingga mampu menguasai teknik mencukur dengan berbagai model. “Sampai sekarang saya juga masih terus belajar, agar pelanggan juga senang. Ya mengikuti selera sekarang,” ucapnya sambil tersenyum.

Sang isteri tercinta, Hendri Sumarliana mengaku tidak merasa malu mempunyai suami prajurit yang nyambi jadi tukang cukur. Bahkan ibu dari Wafa Orlen Nandana dan Tirza Albion Widiyadana merasa bersyukur dengan pekerjaan ‘sampingan’ yang dilakukan oleh sang suami. Dari usaha cukur yang ditekuni, mereka juga bisa menyisihkan amal. “Dari kotak amal yang ada di jasa cukur disumbangkan pada pembangunan musala di Dusun Bateh Desa Bawang Kecamatan Pakis, Magelang,” bebernya. (had/ton)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya