Iwan Hasto Edi Setiawan memang kreatif. Ia mengklaim sebagai pembuat animatronik pertama di Indonesia. Saat ini ia menerima pesanan untuk membuat Jurasic Park jenis Three Ceratops, Tirex, Raptor dan Spinosaurus dengan tinggi 180 cm dan panjang 450 cm. Seperti apa?
NUR WAHIDI, RADARSEMARANG.COM
DINOSAURUS jenis Three Ceratops dalam film Jurasic Park itu harus diangkat enam orang. Animatronik karya Iwan Hasto Edi Setiawan dibawa dari rumahnya di Puspanjolo Selatan, Kelurahan Bojongsalaman, Kecamatan Semarang Barat menuju mobil pikap yang diparkir di tepi jalan. Replika binatang purba itu akan dikirim ke pemesannnya di Cilacap.
“Ini produk animatronik. Animatronik itu limbahnya film Jurasic Park. Kenapa disebut limbahnya film? Karena di Jurasic Park tidak menggunakan ini, tetapi sekarang menggunakan animasi,” jelas alumni ISI Jogjakarta jurusan seni patung ini kepada RADARSEMARANG.COM.
Dikatakan, untuk pembuatan animatronik ini terinspirasi dari film tersebut, kemudian dipraktikkan dalam sebuah wahana.
Hasto mengaku untuk pembuatan animatronik tidak mengalami kesulitan berarti. Pembuatan replika Dinosaurus itu dilakukan selama 21 hari. Dalam pembuatannya, tim dibagi menjadi tiga. Yakni, satu orang yang ahli las akan bekerja sesuai dengan bidangnya, kemudian yang ahli mekanik dan voks kontrol, sehingga tidak ada kesulitan sama sekali.
“Jadi, masing-masing bekerja sesuai dengan bidangnya, ketika ada masalah langsung teratasi,” tambahnya.
Saat ini, pihaknya telah mengirimkan hasil karya ketiganya ke Cilacap. Untuk karya keempatnya masih dalam proses pembuatan Spinosaurus. Sedangkan untuk Three Ceratops akan dikirim kemarin.
Untuk harga, satu unit animatronik ukuran dua meter mencapai Rp 50 juta sampai Rp 70 juta. Ada dua jenis kulit, yakni kulit biasa yang terbuat dari busa, dan yang mahal kulitnya menggunakan bahan silikon dengan harga Rp 65 juta sampai Rp 70 juta. Untuk bahan baku tidak ada kendala, karena banyak dijual di pasaran.
“Memang ada perbedaan antara yang biasa dengan silikon. Untuk kulit biasa terbuat dari busa yang dilem dengan perban. Sedangkan silikon lebih halus,” katanya.
Diakui, selama ini animatronik banyak dipesan dari Tiongkok. Padahal dibanding asal Tiongkok, produknya tidak kalah. Harganya juga lebih murah hingga Rp 13 juta. Padahal kalau memesan dari Tiongkok, apabila terjadi kerusakan mereka membutuhkan biaya lagi untuk memperbaikinya.
“Kalau produk dari anak bangsa, apabila ada kerusakan ada jaminan perbaikannya. Selama ini, memang belum ada komplain dari pemesan,”ujarnya.
Ada beberapa alat yang mengiringi cara kerja animatronik, yakni adanya sensor jarak, timer, dimmer, power suply dan amplifier. Beberapa alat itu akan bekerja saling berhubungan mulai sensor jarak itu akan berbunyi ketika ada langkah orang yang melintas. Sehingga bagian kepala dan ekor animatronik akan bergerak sambil ada suara khas dari hewan tersebut.
“Alat itu saling berhubungan apabila sensor jarak itu membaca, maka akan berbunyi dalam waktu 2 menit akan mati dengan sendirinya. Tetapi apabila membaca, maka akan berbunyi lagi, dan itu dikasihkan di bawah hewan tersebut,” jelasnya.
Sampai saat ini pihaknya sudah mengajukan penawaran dengan Trans untuk bisa memesan hasil karyanya. Bahkan ketika mengajukan proposal, justru penawarannya lebih murah dibanding dengan produk dari Tiongkok. Pengajuan penawaran tersebut untuk pembuatan binatang yang sekarang ini ada, seperti Gajah, Jerapah, Macan dan Singa.
“Selama ini, untuk wahana itu lebih pada hewan purbakala, tetapi ini mengajukan penawaran untuk hewan yang sekarang masih ada,” katanya. (*/aro)