Tidak banyak yang tahu jika salah satu penulis skenario sinetron populer ‘Para Pencari Tuhan’ merupakan warga Kota Semarang yang baru lulus dari bangku kuliah beberapa hari lalu. Dialah Syaikhu Luthfi, alumnus Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang.
EKO WAHYU BUDIYANTO, RADARSEMARANG.COM
SINETRON Para Pencari Tuhan sudah tidak asing di masyarakat. Sinetron tersebut biasa ditayangkan selama bulan Ramadan di salah satu stasiun televisi swasta nasional. Sinetron ini dimotori oleh salah satu aktor kawakan Deddy Mizwar. Sebelum menjadi sinetron, Para Pencari Tuhan populer di film layar lebar. Karena peminat film ini semakin banyak, maka dibuatlah sinetron berseri yang tayang setiap ramadan. Namun tidak banyak yang tahu jika salah satu penulis skenario film tersebut adalah mahasiswa UIN Walisongo Semarang yang baru lulus beberapa hari lalu. Dialah Syaikhu Luthfi.
Melalui bimbingan Deddy Mizwar, Syaikhu menulis setiap alur sinetron tersebut di balik layar. Kisahnya bisa menjadi bagian dari tim penulis skenario sinetron yang banyak digandrungi kalangan masyarakat itupun juga panjang. Diawali dengan perasaan yang tidak menyangka-nyangka jika akhirnya dirinya berkarir di dunia perfilman.
Perjalanan karirnya tersebut dimulai ketika dirinya masuk ke Fakultas Dakwah UIN Walisongo Semarang pada 2012 silam. Di fakultas tersebut dirinya bergabung dengan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) KSK Wadas. Kebetulan di UKM tersebut terdapat divisi perfilman, divisi teater, musik, dan gamelan Panembromo.
Sebenarnya di awal masuk ke UKM tersebut, Syaikhu tidak memiliki minat untuk mendalami dunia perfilman. “Lebih tertarik ke bidang musik dan teater,” ujarnya kepada RADARSEMARANG.COM.
Namun pada semester 3, dirinya dimintai tolong untuk menjadi pengurus di divisi perfilman. “Merasa memiliki tanggung jawab atas amanah yang saya emban, mau tidak mau saya harus belajar soal film. Masak jadi pengurus perfilman, tapi tidak paham film, pikir saya saat itu,” katanya.
Karena itulah dirinya mulai belajar dengan para senior di Wadas. Tidak hanya itu, dirinya juga bergabung di media komunitas Walisongo TV untuk menambah ilmu audio visual. “Saya belajar dari nol kepada senior-senior seperti Mas Imron Sholihin, dan lain-lain. Selain itu, saya juga diajak belajar kepada para sineas di Kota Semarang dan Kendal,” kata pria yang pernah mencatatkan namanya sebagai mahasiswa jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) ini.
Luthfi mulai mengenal berbagai ilmu audio visual mulai dari kamera, directing, editing dan lain sebagainya. Singkat cerita, setelah memiliki sedikit modal pengetahuan tentang film, ia memberanikan diri untuk membuat film pendek.
Akhirnya lahir beberapa karya film pendek, salah satunya adalah film berjudul ‘Mbobot’ (The Grey Heritage) pada 2017. Mbobot ini menjadi film pendek yang digarap secara serius dan diikutkan di berbagai festival film nasional hingga internasional. “Alhamdulillah, responnya baik,” ujarnya.
Bahkan Luthfi tak mengira karya film pendek itu bisa menjadi finalis, nominator dan juara. Tidak hanya level nasional, tapi juga bisa menembus internasional. “Untuk nasional ada di Toraja, Tangerang, Padang, dan Jakarta. Untuk internasional juga menjadi finalis International Film Festival di Italia. Di Bangladesh juga pernah di-screening di salah satu kampus di sana,” katanya.
Melalui film Mbobot inilah yang menarik perhatian salah satu senior Amiruddin Olland, penulis skenario serial ramadan Para Pencari Tuhan Jilid 9 dan 10. Amiruddin menawarkan kepada dirinya untuk mengubah film pendek ‘Mbobot’ yang berdurasi 29 menit menjadi film yang berdurasi 80 menit.
“Tanpa pikir panjang, saya langsung iyakan tawaran itu,” tuturnya.
Akhirnya film Mbobot diadaptasi, dan terciptalah film berjudul Mitos. Film ini ditayangkan di salah satu stasiun televisi swasta pada program Sinema Wajah Indonesia. Beberapa bulan kemudian dirinya bergabung dengan tim kreatif skenario sinetron ramadan Cuma di Sini. “Dari situlah, saya belajar menulis skenario film panjang bersama Mas Amir dan Mas Wahyu HS, penulis Lorong Waktu. Selain itu, saya juga belajar langsung dengan Pak Deddy Mizwar,” beber warga Jalan Sedayu Sawo II Nomor 27 RT 9 RW 2 Bangetayu Wetan, Genuk, Semarang ini.
Kemampuan Luthfi semakin terasah, bahkan ia dipercaya untuk menulis beberapa skenario FTV. Di antaranya, FTV berjudul Mitos, Rebutan Rejeki, dan Sontoloyo. Gayung terus bersambut, pria kelahiran 25 Agustus 1994 itu dipercaya untuk menulis serial ramadan Para Pencari Tuhan Jilid 12 bersama dua penulis lain.
“Saat ini saya sedang menyiapkan skenario film layar lebar pertama saya. Selain itu, saya dipercaya kembali oleh Bapak Deddy Mizwar untuk kembali menulis skenario Para Pencari Tuhan Jilid 13,” ungkap pria yang hobi nonton film dan mendaki gunung itu.
Luthfi mengaku minat dalam hati sebetulnya adalah menjadi sutradara. Namun karena kesempatan yang ada sebagai penulis skenario, mau tidak mau harus belajar menulis skenario. “Untuk masuk ke dunia industri perfilman, saya bercita-cita menjadi sutradara film bertaraf internasional,” ujar mahasiswa yang lulus di semester 14 dengan hasil cum laude ini. (*/aro)