RADARSEMARANG.COM – Walkman, sempat tren di tahun 1990-an. Digemari anak-anak muda hingga orang tua. Dengan pemutar audio portabel itu bisa mendengarkan musik di mana saja dan kapan saja. Kini, walkman sudah jadi barang langka.
Sekarang eranya internet. Semua serbadigital. Segala sesuatu bisa dicari dari internet melalui handphone. Orang yang suka mendengarkan musik bisa menggunakan handphone, sambil jalan-jalan atau berolahraga. Tidak seperti era 90-an. Penggemar musik punya andalan walkman. Dengan walkman, orang bisa mendengarkan musik di mana saja. Karena bentuknya kecil bisa dibawa-bawa.
“Orang-orang sekarang taunya lebih enak digital. Kalau orang zaman dahulu mau dengerin musik ribet juga. Sebenarnya sekarang pemakai walkman juga masih banyak. Kalau saya lihat dari media sosial Instagram sih ada anak anak 18 tahun sampai 35 tahun yang gemar walkman,” ujar Samsul, warga Candi Prambangan, Semarang Barat ini kepada RADARSEMARANG.COM Sabtu (3/10/2020).
Menurutnya, menggunakan walkman lebih asyik. ”Karena memiliki albumnya juga. Kita beli ada fisiknya, kita simpan. Sehingga kita seolah-olah punya karyanya,” ungkap pria yang hobi mengoleksi perkakas elektronik ini.
Samsul mengaku mengenal walkman sudah lama. Meski saat itu masih berusia ABG, alias anak baru gede. Namun, sekarang ini almarinya penuh dengan barang elektronik pemutar musik. Belum lagi, di kamar pribadinya yang didesain selayaknya studio. Mulai dari yang menggunakan kaset pita, CD hingga piringan hitam berjajar rapi.
“Namun barang ini sudah tidak diproduksi. Itu stok lama cuma masih baru-baru semua. Yang saya jual semua normal,” bebernya.
Menurutnya, usaha ini dirintis sejak 2015 silam. Awalnya hanya iseng-iseng main kaset pita, atau mendengarkan musik. Hingga akhirnya, Samsul merogoh kocek untuk membeli walkman, dengan cara hunting di wilayah Kota Semarang dan sekitarnya.
“Harga sebenarnya bisa jadi lebih mahal. Kalau sekarang orang nyari yang lebih mahal dari kalangan kolektor. Tipe-tipe tertentu yang susah dicari,” bebernya.
Samsul menyebutkan barang elektronik koleksinya terkumpul lebih dari 100, belum yang sudah terjual. Menurutnya, peminat atau pelanggannya meningkat. Hanya saja barangnya sulit dicari. “Peminat sebenarnya masih ada, cuma penyuplainya yang susah. Kalau koleksi saya masih banyak, di gudang juga masih numpuk banyak,” katanya.
Selain susah mendapatkan barang, sekarang ini juga sulit mendapatkan mekanik atau tukang servis. Ia juga tidak menerima servis barang bukan miliknya. Samsul mengatakan, perawatan walkman sangat simpel, cuma jangan terlalu lama dibiarkan alias tidak digunakan.
“Displai misalkan seminggu sekali nggak apa-apa. Rawan rusak ya kalau tidak dipakai lama. Kan semua elektronik kalau tidak dipanasin mudah rusak. Walaupun sebentar tetap dipanasi (didisplai),” terangnya.
Samsul mengatakan, selain perawatan mesin, yang perlu diperhatikan adalah bagian head. Sebab, akan mengalami jamuran, sehingga suaranya tidak keluar. Ini bisa dibersihkan dengan cara dilap menggunakan alkohol 60 persen. “Penyimpanan tidak di tempat lembab. Kalau kaset jangan dekat magnet, suaranya bisa rusak,” jelasnya.
Ditambahkan, enaknya menggunakan barang elektronik zaman dulu kalau mengalami kerusakan masih bisa diperbaiki. “Kalau sekarang, ada yang rusak harus ganti satu set. Sekarang juga susah nyari tukang servisnya, sudah tua-tua, regenerasinya sudah berkurang. Paling sekarang ngecek kerusakan berdasarkan pengalaman. Spare parts juga gitu, sudah mulai langka,” pungkasnya. (mha/lis/bas)