RADARSEMARANG.COM – Tak banyak orang tahu Kabupaten Temanggung ternyata memiliki band yang sudah go internasional. Namanya, Prison of Blues. Band dengan genre psychobilly ini digawangi enam personel yang hingga kini tetap eksis.
Tak hanya di Asia, band asal kota tembakau yang lahir 2007 itu sudah berkali-kali manggung di negara-negara di Eropa. “Pengalaman manggung kita nggak banyak di Indonesia masih sekitaran Pulau Jawa dan Bali. Sedangkan paling jauh di Northampton, Inggris tahun 2016, Barcelona, Spanyol tahun 2017, dan yang terakhir tour kami 2018 di Republik Ceko, Jerman, Belanda, Hungaria, Serbia, dan Rumania,” ungkap Bowo vokalis dari Prison Of Blues. Personel lain yakni Aldino di contra bass, Antok pegang drum dan Dharu di gitar.
Diceritakan, ban beraliran underground itu dibentuk bersama kawan-kawan tongkrongannya pada 2007. Nama Prison of Blues, menurutnya terinspirasi dari judul lagunya Johnny Cash yaitu “Folsom Prison Blues“.
“Soal genre atau aliran dalam bermusik, kami tidak memilih rock, tapi psychobilly. Kami memilih aliran tersebut karena kami pikir di Indonesia masih jarang sekali ada band yang mengusung aliran itu,” akunya.
Band yang sudah berusia 13 tahun tersebut tidak pernah mengikuti kejuaraan yang seringkali digandrungi oleh para pendatang di kancah musik. “Soal even kita sama sekali tidak pernah atau paling anti dengan even kejuaraan. Kebanyakan kita main di festival. Waktu di Spanyol, Inggris, Republik Ceko kami juga main di festival yang berskala internasional,” terangnya.
Pihaknya tidak menyukai even-even kejuaraan lantaran memiliki skill yang sangat minim. “Kami lebih senang main di festival. Dan festival di Eropa lah yang memang membawa nama Prison of Blues semakin diketahui di berbagai negara,” katanya.
Prison Of Blues telah memiliki sejumlah album. Album pertama “Trick or Threat” (2012) dengan 6 lagu, album kedua “Graveyard Party” (2016) 12 lagu, single “Indonesian Psycho” (2019), album singles “Bloody Valentine” (2020) 2 lagu. “Untuk saat ini kita juga masih produksi untuk album baru dengan 13 lagu,” tandasnya.
Dikatakan dia, band beraliran musik underground itu melejit setelah sering direview di majalah-majalah musik di Eropa hingga akhirnya diundang pertama kali di luar negeri tahun 2016 di Northampton, Inggris. “Dari situlah kita mulai sering manggung di luar Indonesia,” katanya.
Mereka juga sering sepanggung dengan band-band ternama yang memiliki genre yang sama. Ia pernah sepanggung Inner Circle yang sekota dengan Bob Marley saat festival bareng di Ceko.
“Yang paling istimewa saat di Psychobilly Meeting, Barcelona kita sepanggung bareng band-band yang dulu waktu kita belum punya lagu sendiri kita sering cover lagu mereka. Seperti Mad Sin, Demented are Go, bahkan waktu kita perform ditungguin sama vokalisnya The Living End, band ternama dari Australia,” ungkapnya.
Sementara itu, selama pandemi ini sejumlah jadwal manggung pun ikut tertunda. Seharusnya di tahun 2020 mereka harus tour di Eropa salah satunya di Festival Psychobilly Internasional yang terbesar di Barcelona untuk yang kedua kalinya. “Kemarin harusnya kita juga mengikuti festival psychobilly di Potsdam Jerman dan negara-negara di Eropa lainnya,” jelasnya. Dengan kondisi pandemi ini mereka memilih untuk fokus membuat album baru untuk mengisi waktu luang. (tbh/lis)