RADARSEMARANG.COM – Menyukai band kurang lengkap rasanya jika tidak memiliki merchandisenya. Salah satu merchandise yang paling umum yakni kaus dari band tersebut.
Hal itu juga berlaku bagi Markus Rudy Kusuma, warga Perum Puri Anjasmoro Semarang. Ia mengoleksi 300-an lebih kaus band. Semuanya merupakan kaus yang menjadi merchandise dari band-band era glam rock.
Mulai dari Metallica, Megadeth, Skidrow, sampai merchandise band Slash sebelum muncul Gun N Roses yakni LA-Gun. Mendapatkan kaus merchandise band tersebut tentu tidak mudah. Melalui perjuangan. Mulai dari mencari saat event-event musik, sampai bertanya langsung di band melalui website mereka.
“Ngumpulin bertahap,” kata Markus. Kaus band koleksinya banyak didominasi band dari negeri Paman Sam dan Inggris atau Eropa. Saat ini merchandise band-band era musik glam rock tersebut memang sulit ditemukan.
Apalagi asli merchandise dari band tersebut langsung. Semua kaus band koleksi Markus merupakan marchandise asli dari band. Selain melalui event musik, beli sesama kolektor, ia juga berburu melalui dunia maya. Kaus-kaus tersebut, lanjutnya, sebagian besar memang sudah tidak diproduksi.
Beberapa di antaranya masih dilisensi pabrikan kaus luar. Seperti gildan, fruit of the loom, dan masih banyak lagi. Seperti kaus band Skidrow dengan artwork cover album kedua masih banyak dirilis oleh pabrikan kaus.
“Biasanya pabrikan kaus tersebut kerja sama dengan band untuk memproduksi masal merchandise kaus mereka,” terangnya. Harga masing-masing kaus koleksinya juga bervariatif. Mulai dari Rp 200 ribu sampai ada yang menyentuh angka hampir Rp 1 juta.
Tentu semakin langka merchandise kaus band tersebut, harganya semakin selangit. Bagi orang awam, kaus-kaus tersebut memang tidak diminati. Terkadang karena model artworknya yang seram. Pun dengan warna kaus yang dominan hitam. Adapun kaus koleksinya yang susah didapat yakni dari Band Alcatrazz. Band yang di dalamnya ada gitaris tersohor se-antero jagat Yngwie Malmsteen.
Bagi pecinta musik, nama Malmsteen tentu lebih dikenal sebagai gitaris solo. Tetapi, sebelum ia bersolo karir, ternyata namanya sudah besar dari band Alcatrazz. Ia berburu merchandise Alcatrazz sampai menanyakan langsung ke website band tersebut.
“Ternyata sudah tidak dirilis sendiri,” ujarnya. Ia menemukan merchandise band yang kini sudah berusia 33 tahun itu, justru dari kolektor kaus band juga.
Menurutnya, ada seni dalam mengumpulkan atau mengoleksi kaus band. Seni memperoleh dan seni merawat. Meski ia menjalani hobi tersebut terbilang lama, yakni sudah 10 tahun. Namun kaus-kaus bandnya masih seperti baru. Perawatannya cukup mudah. Kaus hanya dicuci menggunakan sabun biasa. Namun ketika disetrika, diusahakan jangan sampai kena bagian yang disablon. Perawatan sederhana itu terbukti membuat ratusan kaus band miliknya tetap awet.
Tidak sedikit yang menawar kaus koleksinya untuk dibeli. Namun ia enggan untuk melepasnya. “Banyak yang nawar untuk beli, tapi ya untuk koleksi kok. Mau nambah lagi malahan,” katanya. (avi/lis)