RADARSEMARANG.COM, Semarang – Lima pemeran dalam film “Inang”, melakukan roadshow dan menyapa para penonton ke berbagai daerah. Sehabis dari Jogjakarta, kelima pemain yang terdiri atas Emil Kusumo, Muzakki Ramdhan, Naysilla Mirdad, David Nurbianto, dan Dimas Anggara, menyapa para penonton di XXI, DP Mall Semarang, Minggu (23/10).
Kelimanya kompak mengenakan kaos warna hitam bertuliskan Inang. Film horror-thriller pertama dari rumah produksi IDN Pictures ini, disutradarai oleh Fajar Nugros, ditulis oleh Deo Mahameru, dan diproduseri oleh Susanti Dewi. Film ini menyatukan ibu dan anak di dunia nyata, yakni Naysilla Mirdad dan Lydia Kandou ini sudah tayang di bioskop sejak 13 Oktober 2022.
Film Inang menggambarkan perjuangan seorang perempuan melawan kekuatan jahat yang ingin mengambil alih kehidupan bayinya. Sebagai film horror-thriller dengan segudang unsur thrilling & jump-scare, “Inang” menawarkan pelajaran yang berharga seputar perjuangan perempuan, kasih sayang orang tua, dan realita kehidupan yang dibalut unsur mitos Jawa yang menjadi inspirasi utama film ini. Yaitu Rabu Wekasan atau Rebo Wekasan.
Head of IDN Pictures & Sutradara Film “Inang” Fajar Nugros menyampaikan, cerita film ini berangkat dari pengalamannya yang mengalami berbagai tradisi selametan. Hal itu membuatnya tertarik untuk mengeksplor tema tersebut lebih lanjut. “Meski sering dilihat hanya sebagai tradisi, saya merasa ini menjadi nilai yang menarik untuk diangkat,” tuturnya.
Menurutnya, melalui cerita di film ini ikut mengenalkan betapa budaya Indonesia sangat beragam, terutama terkait mitos atau tradisi. Terbukti, masih banyak yang ternyata belum tahu mengenai Rebo Wekasan ini. Selain itu, sosok Wulan dalam film ini juga mewakili kerasnya realita hidup seorang perempuan yang saya yakini ada banyak di sekitar, namun mungkin tidak diketahui.
Head of IDN Pictures & Produser Film “Inang” Susanti Dewi menambahkan, film ini akan menghibur sekaligus memberikan pandangan baru mengenai perjuangan seorang ibu. “Film “Inang” ini, menggambarkan sosok perempuan, khususnya ibu yang cukup dominan. Ini menjadi spesial bagi saya sebagai produser perempuan.
“Selama ini, memandang sosok ibu yang melimpahkan kasih sayang kepada anaknya sebagai sebuah hal yang indah. Namun di film ini, hal yang indah, jika tidak dilakukan dengan cara dan porsi yang tepat akan berakhir buruk pula,” tuturnya.
“Perempuan jangan pernah patah semangat, meskipun lingkungan tidak mendukung. Harus punya semangat berjuang, kita mampu kok mencari jalan keluar yang dihadapi,” kata Naysilla Mirdad menyampaikan pesan moral dalam film tersebut. (ida)