RADARSEMARANG.COM – Pandemi Covid-19 membuat tren mode gaun pengantin bergeser. Harus menyesuaikan era new normal. Patuh pada protokol kesehatan. Para desainer gaun pengantin pun berinovasi. Mengreasikan gaun pengantin yang simpel namun tetap modis dan terkesan mewah.
Penerapan protokol kesehatan di masa new normal membuat acara pernikahan dirayakan dengan skala kecil. Kapasitas tamu undangan dibatasi. Banyak pasangan calon pengantin memilih menggelar acara di venue yang lebih kecil. Mengemas acara pernikahan lebih simpel dan intim namun tetap istimewa. Hal ini berpengaruh pada pemilihan gaun pengantin.
“Ada dua model gaun yang cocok dikenakan di untuk akad nikah sekaligus resepsi. Yaitu wedding dress model mermaid dan a-line,” papar desainer Aldion Soe Prijono kepada RADARSEMARANG.COM.
Wedding dress model mermaid ialah gaun pengantin yang bagian bawahnya berbentuk seperti ekor putri duyung. Menurutnya, gaun pengantin dengan cutting lurus dari atas hingga lutut dan melebar ke bawah ini memberi kesan sederhana namun tetap mewah.
Kelebihannya, dress ini tak memakan banyak tempat serta memberikan kesan slim bagi calon pengantin wanita. Model ini juga mampu mempertegas lekuk tubuh pemakainya.
Alternatif lain, wedding dress model a-line. Gaun dengan bentuk rok seperti huruf A dari bagian pinggang ke bawah ini membentuk siluet yang lebih bervolume. Tak seperti model ball gown, volume yang terbentuk dari gaun model a-line tidak terlalu mengembang. Otomatis memberikan kesan lebih jenjang untuk penggunanya. Jika memiliki bentuk tubuh pir (pear shape) gaun ini sangat cocok karena dapat mengecilkan tampilan bentuk tubuh agar lebih ideal.
“Kedua gaun tersebut simpel karena kedua pergerakan kaki lebih leluasa. Namun tetap terkesan elegan,” ujarnya.
Aldion menambahkan dress dengan kain berbahan satin dutch dapat menyempurnakan bentuk siluet dari calon pengantin wanita yang mengenakan. Pasalnya, kain ini memiliki karakter tebal dan berbahan jatuh. Agar gaunnya lebih bervolume, sambungnya, calon pengantin dapat mengenakan petticoat atau kerangka rok sebelum memakai gaun. “Petticoat juga dapat mempermudah pergerakan pengantin dan lebih membentuk siluet,” bebernya.
Bila calon pasangan pengantin ingin busana pernikahannya terdapat sentuhan tradisional, maka model kebaya modern dapat menjadi solusi. Yunius Mujiyanto, anggota Semarang Wedding Designer (Madder) mengatakan, selain memiliki sentuhan tradisional khas Jawa, kebaya jauh lebih simpel. Model ini menurutnya cocok dikenakan untuk acara pernikahan di masa new normal yang lebih mengedepankan kesederhanaan namun tetap terkesan anggun.
“Busana pengantin di era new normal lebih cocok didesain multifungsi dan tidak ribet,” ujar desainer asal semarang ini.
Adapun model kebaya modern yang dapat diaplikasikan pada busana pengantin wanita, seperti kutubaru, kartini, sunda, cheongsam, sabrina, asimetris.
“Agar look-nya terlihat berbeda antara akad atau pemberkatan dan acara resepsi, busana pengantin dapat diberi tambahan bolero, obi, cape, atau ekor gaun,” paparnya.
Tak lupa, katanya, busana pengantin dilengkapi dengan masker sebagai alat perlindungan diri. Masker terbuat dari perca yang diberi lapisan dan bagian luarnya dihiasi manik-manik agar terlihat estetik dan serasi dengan busana pengantin. Yunius mengatakan pembuatan busana pengantin model kebaya ini idealnya membutuhkan waktu 3-6 bulan sebelum acara pernikahan. “Agar hasil lebih maksimal, fitting busana dilakukan sebanyak 3 kali,” jelasnya. (mg2/mg4/lis/bas)