27 C
Semarang
Monday, 23 December 2024

Jaga Keaslian Rumah Limasan Warisan Leluhur

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM – Nuansa asri dan njawani begitu terasa di rumah Kapten Ctp Sutomo. Rumah tradisional limasan khas Jawa. Keaslian rumah yang dibangun leluhurnya sejak 1930-an itu tetap terjaga.

Suasana bak tempo dulu pun sangat terasa. Halaman luas. Berbagai tanaman tumbuh subur. Pohon mangga, jambu air, rambutan, serta aneka bunga. Ditambah gazebo kayu di halaman rumah. “Monggo mas. Pinarak dulu,” kata Kapten Ctp Sutomo dalam bahasa Jawa, Sabtu (6/3/2021).

Warga Jalan Kauman RT 1 RW 4 Mangkang Wetan Tugu, Semarang tersebut tengah menikmati sarapan pagi saat koran ini datang. Bersama keluarga, ia sering menghabiskan waktu pagi di gazebo depan rumahnya. “Ya gini Mas, sarapan di depan rumah. Lebih asyik,” lanjutnya.

Rumah limasan miliknya dibangun pada 1930-an. Sudah tiga generasi. Tapi keaslian bangunan masih tetap terjaga. Luasnya sekitar 12 meter x 12 meter.

Begitu memasuki rumah, nuansa Jawa terlihat. Pintu rumah, dan dinding semua dari kayu. Di teras rumah ada meja yang dibuat dari akar kayu jati. Dengan ukiran naga, kelinci, dan musang. “Meja ini asli akar jati dari Blora. Saya suka ukirannya yang artistik,” jelas Sutomo yang berdinas di Topografi Kodam (Topdam) IV/Diponegoro ini.

Di dalam ruangan, keaslian rumah tradisional Jawa juga tetap terjaga. Dinding ruangan, kamar semua dari kayu. Lengkap dengan ornamen ukir kisah Majapahit. Begitu juga dengan pintu, meja, dan kursi, semua dari kayu. Tinggi rumah 4,40 meter. “Ini semua kayu jati asli sejak dibangun 1930-an. Cuma ada beberapa yang dipoles ulang,” tambahnya.

Sutomo tertarik dengan rumah kayu. Menjaga warisan leluhur yang sudah dimiliki tiga generasi. Bangunan rumah limasan terus dijaga dan dilestarikan. Bahkan, dia sengaja mendatangkan gazebo langsung dari Blora. Daerah dengan kualitas kayu jati nomor satu. Rumah kayu baginya menyimpan nilai historis dan artistik.

Untuk perawatan tidak repot. Kayu jati dengan kualitas bagus dan tua memiliki warna kecoklatan yang menarik. Tahan sampai puluhan tahun. Untuk membersihkan cukup dicuci dengan air. Warnanya akan kembali bagus dan tidak akan pudar. “Sejak dibangun sampai sekarang, kayu jatinya masih bagus,” tambahnya.

Dia terus berusaha untuk menjaga ciri khas rumah tradisional. Tanpa AC dan dengan halaman yang ditanami pepohonan. Beternak ayam dilengkapi kolam ikan. Nuansa alam, dan njawani begitu terasa. Rumah kayu juga membuat sirkulasi udara di dalam rumah bagus. Saat musim panas di dalam rumah tetap dingin. Ketika musim hujan tetap hangat. “Jadi tidak perlu AC,” cetusnya. (fth/lis)

 


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya