RADARSEMARANG.COM – Tinggal di kawasan perkotaan identik dengan suhu panas dengan kualitas udara yang buruk karena banyak polusi. Butuh strategi khusus agar rumah tetap nyaman meskipun dihadapkan dengan kondisi tersebut. Salah satunya dengan menghadirkan hutan mini.
Astrid Candra mengubah halaman dan garasinya menjadi lahan hijau layaknya hutan mini. Ini akan memberikan kesejukan bagi rumahnya yang berada di perkotaan.
Astrid menjelaskan hutan mini tengah tren di masyarakat. Itu terjadi karena banyak warga beralih hobi menjadi bercocok tanam. Dirasa lebih fleksibel dan dapat dilakukan hanya dengan di rumah saja. Seperti halnya yang dianjurkan pemerintah saat pandemi Covid-19 melanda.
“Mulai dari artis, ibu rumah tangga, pejabat semua tertarik dengan bercocok tanam saat pandemi. Jadi sudah jadi tren baru hutan mini depan rumah ini,”ujarnya.
Dari awalnya hanya menanam beberapa saja, lambat laun keinginan seseorang memiliki tanaman lebih banyak terus tumbuh. Seperti halnya dirinya. Ia mengaku ketagihan untuk memperbanyak jumlah tandurannya. Hingga satu tahun kemudian semua tanamannya bisa membentuk hutan mini di depan rumah.
“Ada yang saya stek sendiri. Tapi kebanyakan memang beli. Sehari kadang bisa beli dua tiga tanaman,” ujarnya sambil tertawa.
Untuk membentuk hutan mininya terkesan estetik, Astrid tidak sembarangan dalam penataan tanamannya. Ia melakukan pengelompokan. Jika tanaman tahan panas ia akan memberikan spot di halaman paling depan yang terpapar banyak sinar matahari. Sementara yang tidak, akan diletakan di posisi dalam yang memang terlindung paranet. Selain itu untuk tanaman butuh air banyak diletakkan dekat kolam mini yang ada di tengah halaman. Untuk tanaman gantung, digantungkan di tiap sudut garasinya yang terbuka dan menyatu dengan halamannya.
“Kalau yang tanaman hias kecil-kecil, saya pot dan susun di rak. Jadi kelihatan estetik tidak saling menutupi satu sama lain,”katanya.
Ia mengaku banyak tetangga dan teman menyukai hutan mininya. Karena di sana mereka dapat merasakan healing. Tak jarang di antara mereka yang meminta saran agar bisa membuat sendiri. Astrid pun membagikan tips bagi pemula, mulai lah lebih dahulu belajar tanaman dan kebutuhannya. Setelah itu mulai menanam sedikit demi sedikit. Tata sesuai dengan kebutuhan tanaman tersebut. Hal itu terus dilakukan sampai tanaman banyak. Jangan lupa memberi lampu untuk pencahayaan hutan dan pupuk serta menyemprotkan pestisida agar tanaman tetap subur dan tidak termakan hama.
“Ini juga penting jangan lupa pakai paranet. Itu akan melindungi tanaman dari panas dan hujan sekaligus. Untuk media tanam pot harus poras. Agar air yang disiramkan langsung keluar, tidak mengendap yang membuat akar jadi busuk,”tuturnya.
Untuk jenis tanaman sendiri terserah dari masyarakat. Namun ia memberi saran lebih baik menggunakan tanaman yang mengandalkan daun daripada bunga. Sebab bunga cenderung tidak awet dan menarik banyak serangga hinggap. Sehingga berpotensi menyebabkan hama seperti kupu-kupu. Jika menggunakan tanaman daun, kesan segar dan asri layaknya hutan lebih terasa. Selain itu daun relatif awet. Bahkan pada beberapa tanaman masih tetap hijau meskipun sudah bertahun-tahun.
“Makanya saya lebih milih tanaman daun. Karena saya suka yang langka, banyak dari tanaman daun saya juga beli dari hasil penelitian-penelitian ilmiah,” pungkasnya. (akm/lis)