26 C
Semarang
Tuesday, 14 January 2025

Perpustakaan Multi Fungsi yang Ramah Lingkungan

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM – Kota Semarang memiliki satu lagi perpustakaan untuk menambah semangat baca masyarakat. Namanya, Microlibrary Warak Kayu. Berbeda dari perpustakaan biasa, Microlibrary ini berkonsep bangunan multi fungsi yang ramah lingkungan. Namun tetap nyaman. Bahkan arsitektur bangunannya menampilkan ikon Kota Semarang, Warag Ngendok.

Letak perpustakaan ini cukup strategis. Lokasinya di Taman Kasmaran, Kalisari. Berdekatan dengan Kampung Pelangi, salah satu destinasi wisata andalan Kota Atlas.

Bangunan seluas 90 meter persegi dengan tinggi 6,55 meter ini, diarsiteki Daliana Suryawinata dan Florian Heinzelmann dari SHAU (Suryawinata Haizelman Architecture Urbanism) Indonesia.

Florian menjelaskan, desain yang ia gunakan merupakan penggabungan antara bentuk rumah panggung Indonesia dengan sistem konstruksi Fasad dari Jerman yang dikembangkan pada 1920. Bernama  Zollinger Bauweise. Teknik tersebut telah disesuaikan untuk iklim tropis yang dapat berfungsi sebagai ventilasi udara, shading atau pencahayaan dan multi fungsi pada suatu ruangan.

“Konstruksi ini dilakukan dengan menggabungkan tiga papan dengan satu atau dua sekrup,” jelasnya lebih teknis.

Sementara dinding bangunan, desain fasad berfungsi untuk penghawaan silang. Di mana sirkulasi di perpusatakaan tidak perlu lagi menggunakan pendingin ruangan. Karena angin dari luar dapat masuk ke dalam, sehingga interior lebih dingin. Sementara untuk pencahayaan, sistem ini membuat perpustakaan terang dengan cahaya alami dari matahari. Meski begitu, ia masih  tetap menerapkan screen layering. Agar sinar matahari tidak langsung menyinari ruangan. Serta dapat menghalagi hujan. Yang dapat membuat buku di dalamnya menjadi lembab dan berjamur.

“Jadi untuk pagi, siang, sore pencahayaan langsung dari sinar matahari. Dan ketika malam hari dapat menggunakan lampu. Yang justru menambah estetik karena akan secara transparan terlihat dari luar,” jelasnya.

Fasad ini juga berfungsi untuk menampilkan keindahan dan budaya. Di mana dengan bentuk wajik, secara tidak langsung memiliki kesan seperti sisik Warag Ngendok. Yang notabene merupakan ikon budaya Kota Semarang.

“Kami tidak hanya ingin menunjukkan layer ini sebagai fungsional saja. Tapi juga sisi estetik dan budaya Kota Semarang sendiri,” katanya.

Di dalam bangunan tersebut terdapat berbagai elemen yang membuat ruangan lebih estetika. Rak buku berbentuk kotak berjejer di pinggir tempat baca beralas tali. Ya ini menarik. Sang arsitek sengaja membuat tempat baca yang menghubungkan langsung lantai satu dan dua dengan menggunakan anyaman tali. Tujuannya agar anak dapat berkomunikasi dengan orang tua yang menunggu di lantai bawah.

Selain itu ada pula meja kotak panjang dan dilengkapi banyak kursi. Untuk memfasilitasi kegiatan diskusi atau menonton film bersama. Serta tangga yang menghubungkan lantai satu dan dua. Yang dapat sekaligus berfungsi menjadi tangga baca bagi pengunjung.

“Di bawah tangga juga dibuat boks yang dapat digunakan untuk meletakkan sepatu dan jaket milik pengunjung yang datang,” lanjut arsitek asal Jerman tersebut.

Sementara untuk lantai satu atau dasar, dilengkapi dengan tempat duduk untuk bersantai. Atau menunggu anak mereka yang tengah membaca di perpusatakaan tersebut. Ada pula ayunan bentuk memanjang yang dapat digunakan sebagai media bermain anak-anak.

Secara keseluruhan untuk material, Florian menggunakan berbagai spesies kayu. Antara lain playwood berbasis kayu Mirantinuntum eksterior bangunan, Finger Joint Laminate dari kayu Bangkirai untuk struktur kolom dan balok. Serta kayu sisa pabrik untuk interior lantai.

“Saya puas dengan karya ini. Sangat bersih, rapi dan sedikit ada nuansa Skendanavia. Serta memberikan kesan sedikit playfull dan romantis. Namun dengan corak dan warna yang ditonjolkam kami tetap ingin memberikan intrepetasi mengenai aspek tropikal dan budaya dari Indonesia,” pungkasnya. (akm/zal/bas)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya