RADARSEMARANG.COM, Semarang – Aulia, salah satu pedagang sembako di Pasar Bulu memilih tidur untuk membunuh rasa bosan menunggu pembeli. Pasalnya, sejak pagi pembeli yang datang menghampiri dagangannya hanya beberapa.
Ketika wartawan RADARSEMARANG.COM menghampirinya, Aulia mengaku sejak harga sembako terus naik, pembeli menjadi berkurang drastis. Terutama harga telur yang terus merangkak naik. Sebenarnya kenaikan terjadi secara bertahap, awalnya di kisaran Rp 22.000/kg. Saat ini menjadi Rp 27.000/kg. “Naiknya sudah dari awal tahun. Kalau harga naik terus ya gini, nggak ada yang beli,” ujarnya.
Dari pemasok sudah mematok harga tinggi. Harga jualpun terpaksa ia naikkan. Awalnya bisa menjual dua kotak telur seberat 20 kg. Kini hanya bisa menjual 10 kg per hari. Namun Auliya tetap bersyukur karena kebutuhan telur masih bisa diberikan oleh pemasok. “Alhamdulillah-nya telur tidak langka. Jadi permintaan masih bisa dikondisikan,” jelasnya kepada RADARSEMARANG.COM.
Masudah, pedagang sembako di Pasar Bangetayu juga merasakan sepinya pembeli. Apalagi menjelang puasa Ramadan dan Lebaran, bahan pokok terus mengalami kenaikan harga. Hal ini berpengaruh pada dagangannya. Hal ini menyebabkan omzetnya turun. Biasanya sehari ia bisa menjual 10 kotak telur, saat ini hanya bisa menjual satu kotak pe hari. “Kalau sepi gini cuma laku satu kotak mbak. Sekitar 10 kg saja,” katanya.
Sementara itu, Asmunah pedagang asal Penggaron hanya bisa menjual telur 1 kg per hari. Harga jual Rp 27.000/kg membuat pelanggannya tidak jadi beli. Dengan ini, penghasilannya menjadi berkurang banyak. “Naik terus harganya, susah jadinya. Harga mahal tapi permintaan tidak banyak,” jelas Asmunah. (cr4/ida)