RADARSEMARANG.COM, Semarang – Sudah dua bulan terakhir harga kedelai naik dari Rp 7.000 menjadi Rp 10.500. Termasuk harga minyak goreng yang semula Rp 12.000 menjadi Rp 18.000/kg. Kondisi tersebut semakin memberatkan pembuat tahu dan tempe. Mereka tak bisa menaikkan harga, hanya mengecilkan sedikit ukurannya.
“Kalau menaikkan harga tempe walaupun sedikit, pembeli pasti komplain. Harga tempe hanya Rp 5.000 untuk satu papan tempe,” kata Nardi, pembuat tempe di Lamper Tengah Rabu (19/1).
Demikian juga dengan Hartono, pemilik Pabrik Tahu Harapan Tenang Kedungmundu. Menurutnya, omzet penjualan berkurang banyak saat harga kedelai naik. Kondisi ini diperparah dengan naiknya harga minyak goreng.
Kendati begitu, dia akhirnya menaikkan harga tahu, meski kecil. Ssemula 2.500/10 biji sekarang menjadi 2.750/10 biji. Untuk tahu yang besar dari 3.000/10 biji menjadi 3.250/10 biji. “Walaupun naiknya sedikit, para pedagang tahu selalu komplain dengan kenaikan ini,” kata Hartono.
Pemerintah mulai kemarin sudah menindaklanjuti kenaikan harga minyak goreng. Tapi, para penjual minyak goreng masih menjual dengan harga yang tinggi. Ia mengharapkan agar harga kedelai dan minyak goreng turun seperti semula.
“Selama ini, bisnis membuat tahu hasilnya atau omzetnya sedikit. Apalagi kalau harga bahan pokoknya naik, menyebabkan pabrik tahun merugi,” katanya prihatin.
Pemerintah katanya sudah menurunkan harga minyak, tapi kenyataanya sampai sekarang harganya masih mahal. “Harapan saya, harga sembako terutama minyak goreng dan kedelai bisa turun seperti semula lagi,” harapannya. (cr2/ida)